II - It's started

6.8K 604 79
                                    

"Sebentar," Charles Kemalio Gunawan menginterupsi ketika temannya sedang memesan makanan pada pelayan yang sedang memegang kertas dan pulpen, "elo pesen apa tadi?"

"Nasi goreng?"

Membuat Charles memejamkan matanya kesal sambil merutuki temannya dalam hati, "gue udah capek-capek cariin tempat makan yang unik dan elo pesennya nasi goreng doang?!" Serunya tidak habis pikir, mengingat dia sampai download beberapa aplikasi makanan demi temannya ini, "mending gue beliin di pertigaan jalan aja tadi, tau gak!"

"Gak nasi goreng doang kok, tadi gue juga pesen sweet ice tea."

"IYA, ALIAS ES TEH MANIS! OH YA LORD SELERA ELO TUH EMANG PAYAH BANGET. MALU-MALUIN!"

Samuel Hector Radjasa sih sudah sangat terbiasa dengan ucapan-ucapan tidak santai temannya ini. Sebentar-sebentar naik dua oktaf, sebentar-sebentar bikin kaget jantung, "mending elo gabung sama cewek-cewek itu," sambil menunjuk pada salah satu meja di ujung yang baru saja membuat kehebohan, "sama berisiknya."

"Bodo amat! Mbak, mbak, coret itu nasgor, ganti aja sama ini nih, Arabic pizza, atau apa kek nih," Charles membuka-buka menunya dan menunjuk secara asal, "apa aja deh makanan yang enak pokoknya taro di meja ini buat dia tuh!"

Padahal menurut Charles, seharusnya Sam sudah bisa mulai ada variasi selera makanan sepulangnya dia dari Sydney. Kegemaran Sam akan nasi goreng sudah Charles ketahui sejak mereka sama-sama duduk di bangku sekolah SMA, sampai si ibu kantin sudah hapal betul pesanan kesukaan Sam yang harus ada bawang goreng, dan kerupuknya di kecapin lagi.

"Kenapa sih secinta itu elo sama nasgor?" Charles masih heran.

Sam memantikkan lighter untuk satu batang marlboro yang tersemat di jarinya, mengembuskan awan putih dari mulutnya, baru mengatakan, "Setia, man."

"Beraklah," balas Charles acuh, "gak ada korelasinya."

"Ada dong. Setia itu sama seperti gue ini, diantara sejuta hidangan menggiurkan yang disajikan depan mata, gue masih tetep pilih nasi goreng."

Mereka berdua memperhatikan pelayan yang baru saja meletakkan appetizer di meja.

"Jangan anda pikir saya tidak tahu sepak terjang anda disana, ya, bapak Samuel Hector Radjasa," Charles berbicara layaknya mata-mata profesional, "yang bule, yang chinese, yang Indonesia banget, apalagi tuh."

"Wah, kalau itu beda lagi case-nya pak."

"Nah, siapa tadi yang ngomong setia?"

"Tapi gue aslinya emang setia kok."

"HADEUH!" Charles jengah duluan mendengar ketidak konsistenan temannya itu, "terus sekarang dalam rangka apa ini balik ke Indo, hah?"

Samuel menghisap lagi rokoknya dalam-dalam, "biasa, ada yang mau perpanjang sewa apart, mau ketemu anak juga, sekalian....."

"Sekalian apa?" Charles mencaplok Morrocan Bastillanya tidak sabar.

"Sekalian cari sambian lah. Kangen juga sama 'cita rasa nusantara'."

"Bangsat."

"Udalah..." Sam mengganti topik pembicaraan dengan balik bertanya, "bini apa kabar? masih si Gladies?" Mengingat terakhir mereka bertemu saat natal tahun lalu, ada saja kemungkinan untuk ganti tunggangan, bukan.

"Masih lah. Gila elo, yang official itu harus tetep only one."

"Tapi sambian tetep bertebaran kan dimana-mana?" Mengingatkan kalau Sam juga pegang kartu as Charles yang sama seperti dirinya, suka main cewek.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cool As A CucumberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang