1

89 8 1
                                    

"Astagaaaaa! Aku terlambat!"

Betapa sialnya aku hari ini. Di hari pertama masuk setelah libur semester panjang, aku malah terlambat masuk. Dan lebih sialnya lagi, aku dapat hukuman berlari mengelilingi lapangan sebanyak 5 kali. Setelah selesai menjalani hukumanku, aku langsung menuju kelasku untuk mengikuti pelajaran pertamaku dikelas 9 ini.

Namun saat itu, ada seorang laki-laki yang menghalangiku.
"Prayuda Wiratama" katanya sambil menyodorkan tangannya.
"Heh?"
"Aku Prayuda Wiratama, dan kamu?"
"Aku?" Kataku menunjuk diriku.
"Iya kamu, masa tembok"
"Oh" Kataku, lalu berlari menuju kelas.

"Masih hari pertama, udah telat aja kamu ini Al," kata Fira, teman sebangku ku.
"Iya nih, pasti masih keenakan liburnya nih" sambung Shila.
"Iya aku fikir besok baru masuk, eh ternyata hari ini. Aku lupa hehe"
Aira berbalik kemudian mengejekku, "Dasar pikun"

Begitulah teman-temanku. Sudah 2 tahun ini mereka selalu ada dan selalu menemani aku. Dan tentang laki-laki yang bertemu denganku tadi, ternyata dia sekelas denganku. Murid pindahan katanya. Hampir semua cewek dikelas memujinya, bahkan mencoba mendekatinya. Hanya aku yang mengabaikannya.

Saat ini bel istirahat sudah berbunyi. Semua murid dikelas pada berhamburan pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka, termasuk ketiga temanku. Kini hanya aku dan cowok itu dikelas. Entah mengapa rasanya aku risih banget karna dia terus melihat kearahku.

Kini ia berjalan kearahku dan kembali bertanya, "Siapa namamu? Aku ingin berkenalan denganmu"
"Coba saja cari di daftar absensi, siapa tau ketemu namaku"
"Kalau bisa tau dari orangnya langsung, kenapa harus cari di daftar absensi"

Dengan kesal, aku menantangnya, "Kalau aku gak mau kasihtau gimana?"
"Yasudah, aku disini saja sampai kamu mau kasihtau siapa namamu"
"Nyebelin banget sih"
"Tapi kamu suka kan?"
"Dih. Ge-er banget sih. Sudahlah aku mau ke kantin."

Aku fikir setelah itu dia berhenti menggangguku. Tapi ternyata aku salah, dia malah mengikutiku. Betapa kesalnya aku saat itu. Dia menarik tanganku untuk menjabat tangannya.
"Aku Prayuda Wiratama, kalau kamu?"
Lagi-lagi dia menanyakan namaku.
"Aku Alya. Lepasin tanganku."

Akhirnya dia melepaskan tanganku, kemudian aku pergi meninggalkannya menuju kantin. Sejujurnya, aku tak begitu menyukai keramaian. Aku terpaksa berjalan kesini karna aku tak ingin bertemu dengan lelaki nyebelin itu lagi.

Aira membuka suara ketika yang lain heran melihatku berada dikantin saat ini, "Tumben kesini. Biasanya juga berteman dengan kesepian"
Shila tertawa kemudian menggodaku, "Pasti karna habis digodain anak baru itu kan?"
"Ah sudahlah, tidak penting," kataku

Akhirnya kami kembali kedalam kelas dan mengikuti pelajaran sampai selesai. Setelah bel pulang berbunyi, aku langsung merapikan semua buku dan alat tulisku, kemudian pulang bersama ketiga temanku. Karna kebetulan rumah kami searah.

Seperti biasa, kami menunggu metro mini yang biasa kami tumpangi. Namun saat itu, ku lihat Fira sedang mengobrol dengan si cowok nyebelin itu. Tapi aku tak menghiraukannya. Bukan urusanku juga.

Setelah menemukan metro mini yang biasa, kami langsung pulang kerumah masing-masing. Karna kebetulan rumahku dan rumah Fira dalam satu komplek yang sama, kami pun berjalan bersama. Saat keheningan ada diantara kami, akhirnya Fira membuka suaranya, "Al, menurut kamu Wira itu gimana?"

Aku yang terkejut dengan perkataannya langsung berkata, "Ha? Gak tau Fir"
"Kok gak tau sih? Kan tadi katanya kamu ngobrol sama dia"
"Enggak, dia cuma mau tau namaku"
"Oh gitu, yasudah deh"
"Emangnya kenapa tanya gitu Fir?"
"Gakpapa kok Al. Cuma bertanya saja"

Dari percakapan kami itu, aku langsung berfikir kalau Fira pasti menyukai cowok itu. Setelah sampai dirumah, aku langsung merebahkan diri dikasur kemudian menyetel lagu kesukaanku. Saat lagi asik mendengarkan alunan musik kesukaanku, handphone ku berbunyi.

Kulihat ada pesan singkat masuk, tanpa nama. Kuabaikan saja. Beberapa menit kemudian, handphone ku kembali berbunyi, ternyata ada telfon masuk dari nomor tidak dikenal tadi.

Dengan perasaan yang sangat malas, aku mengangkatnya, "Halo ini siapa?"
"Tebak dulu dong" jawab seseorang diseberang sana.
"Tidak suka main tebak-tebakan"
"Masa tidak kenal dengan suaraku?"
"Tidak. Maaf anda salah sambung" Tanpa berbasa basi, aku langsung mematikan sambungan telfon itu dan juga mematikan handphone ku.

Kini sudah menjelang sore hari. Setelah mandi, aku duduk di ayunan ditaman belakang rumahku sambil mendengarkan lagu-lagu kesukaanku. Kemudian aku mengambil handphone ku, lalu ku hidupkan.

Saat itu, begitu banyak pesan masuk dari nomor yang sama dengan yang menghubungiku siang tadi. Dan akhirnya aku tau siapa pemilik nomor itu. Ya, dia si cowok nyebelin itu. Tapi aku hanya membaca semua pesan yang dikirimkan olehnya, karna tak ingin membalasnya.

Kini waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Setelah selesai makan malam tadi, aku langsung masuk ke kamar. Rasanya aku sangat mengantuk dan ingin tidur. Tapi saat aku memejamkan mataku, handphone ku berbunyi, kulihat Wira menelfon ku lagi. Karna sudah mengantuk, ku matikan saja handphone ku agar tidak mengganggu tidurku.

Pagi ini matahari bersinar sangat cerah. Dan hari ini aku beruntung karna aku tidak terlambat lagi. Dan aku juga berharap, hari ini aku tak lagi di buat kesal oleh makhluk nyebelin itu. Semoga saja dia berhenti menggangguku.

Saat ini aku sudah sampai di gerbang sekolah. Kulihat ada makhluk nyebelin itu sedang berdiri di samping pos satpam. Namun ku abaikan saja dia, lalu aku menyapa satpam sekolah ini, "Pagi Pak Beni" Sambil tersenyum padanya.

"Pagi juga Kak Alya" katanya kemudian membalas senyumku.

Namun saat itu kulihat Wira tersenyum kearahku lalu menyapaku, "Selamat pagi Alya yang cantik"
Dengan malas, kupalingkan saja wajahku dan kemudian pergi menuju kelas. Tapi saat itu, Wira mengikutiku, bahkan berjalan disampingku kemudian menggenggam tanganku.

Aku yang tak suka dengan perlakuannya langsung menghentikan langkahku dan berkata dengan nada tinggi, "Lepasin tanganku! Jangan seenaknya aja jadi orang!"

Kemudian dia pun melepaskan tanganku lalu meminta maaf.
"Maaf, aku gak bermaksud gitu ke kamu"
"Sudah aku maafin"
"Terimakasih. Aku hanya ingin berteman denganmu, dan maaf kalau caraku ini salah"
"Lupakan saja"
"Tapi..."
"Sudahlah, jangan ganggu aku lagi."

ReviensTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang