BAB 1 [Jongin]

277 41 14
                                    

Gue menatap layar laptop yang masih menyala, membaca setiap folder yang disimpan, ketika menemukan folder yang dicari dan hendak membukanya tiba-tiba sebuah pertanyaan terlontar dari teman sekantor gue.

"Lo jadi nikah nggak sih?"

Gue alihkan pandangan gue ke sumber suara yang kini sedang menatap gue dengan mata menyipit penuh selidik.

Dengan sedikit kesel gue menjawab "Menurut lo?"

Gue kembali menatap layar laptop dan membuka folder yang gue cari sebelum teman gue–Sehun–menyahut dan tak lama kemudian gue kembali kesal saat mendengar tanggapannya.

"Kayaknya sih ya nggak bakalan jadi."

Gue mendelik ke arahnya yang kini menampilkan wajah tenang tak berdosa.

"Jadi, lo mendoakan gue gagal nikah gitu?"

Gue dapat mendengar suara hembusan napas yang keluar dari bibir Sehun "Ya, bukan gitu sih tapi gue nggak yakin aja dia nerima lamaran lo. Lo kan dikenal banget sebagai playboy kelas kakap."

Rasanya gue ingin melemparkan gelas yang ada di meja ke wajahnya yang songong itu. Omongan dia ada benarnya juga tapi itu dulu dan sekarang gue udah tobat.

"Itu kan zaman dahulu kala."

Sehun mengangkat kedua bahunya sebelum duduk dan berkutat dengan berkas-berkas yang harus di baca.

"Siapa tahu kan sekarang masih dan gue nggak bisa bayangin setelah lo nikah terus lo selingkuhin istri."

Gue berdecak mendengar asumsinya yang bikin gue kesel setengah mati. Emang gue seburuk itu apa buat calon istri gue? Untungnya Sehun ini sohib gue kalo bukan udah babak belur itu muka gantengnya.

"Gue udah tobat woy! Lagian dia juga mau kok sama gue."

"Ya kan siapa tahu–"

Ucapan Sehun terpotong saat ponsel gue berdering dan disana yang muncul adalah nama yang sedang menjadi bahan perbincangan gue dan Sehun. Gue mengangkat tangan mengintruksi Sehun untuk diam setelah gue menggeser tombol hijau untuk menjawab panggilan.

Sebelum gue menyapa, suara disebrang sana sudah terdengar.

"Nini, kamu pulang jam berapa hari ini?"

Gue melirik jam yang melingkar di tangan, masih jam 3 sore dan untung hari ini gue nggak lembur jadi kemungkinan satu jam lagi baru balik.  "Satu jam lagi aku pulang, sayang."

Saat itu mata gue nggak sengaja melihat Sehun yang menatap gue dengan pandangan jijik. Mungkin karena gue manggil calon istri gue dengan panggilan "Sayang".

"Kamu nggak lupa kan hari ini?"

Gue mengerutkan dahi mengingat-ingat ada janji apa sama dia hari ini dan gue hampir aja mau jawab "emang ada apa hari ini, sayang?" tapi gue nggak mau kuping gue panas denger dia ngomel panjang lebar setelah itu.

"Pasti kamu lupa kan? Kebiasaan banget ya kamu!"

Tuh kan.. belum juga gue jawab dia udah begitu.

"Inget dong, kenapa sih kamu suka curigain aku terus." jawab gue masih sambil mengingat-ingat.

"Kamu kan emang gitu, kamu tuh wajahnya emang patut di curigai tahu nggak!"

Buset! ini cewek gue kejam banget ya sama pacar sendiri.

"Udah ya aku masih kerja nanti lama kalo kita terus ngobrol gini, aku jemput kamu ya."

Gue mendengar suara decakan di sebrang sana, seketika wajahnya yang lagi kesal terbayang dan gue senyum geli mengingatnya, makin imut kalo dia lagi kesal. Duh.. Jadi nggak sabar buat ketemu.

THE WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang