Namanya Seo Joohyun. Gadis bersurai coklat bata yang menganggap seni sebagai belahan jiwanya. Di setiap tetes darah yang mengalir dan udara yang dia hirup. Jauh di dalam sanubarinya, dan di luar kendali otaknya, seni adalah keindahan yang tidak akan dia tolak. Di setiap peristiwa yang begitu luas tertangkap oleh matanya yang beriris cokelat tua.
Dia senang menyanyi. Dia senang memainkan alat musik. Dia mahir memainkan piano dan gitar. Dia cakap menciptakan lagu maupun mengaransirnya menjadi karya yang menggugah rasa. Seohyun juga sangat senang dalam seni peran, seni yang akhir-akhir di dalaminya. Dan sekarang dia sedang berlatih memainkan harmonika dan biola dengan giat.
Banyak hal yang bisa menjadi inspirasi baginya. Hanya berjalan menyusuri taman kota, Seohyun dengan mudah akan menemukan ide cemerlang. Dengan senyum yang mengembang, dia mengamati seorang ibu hamil yang duduk bersama suaminya.
Di sudut jalan, Seohyun menemukan kakek tua bersama cucunya. Mereka berjalan dengan bahagia. Kakek itu tak terlihat lelah mengikuti cucunya yang berlari dengan boneka beruang sedikit lusuh dalam pelukannya.
Tangan Seohyun terulur mengambil boneka beruang si gadis kecil yang terjatuh. Dengan ramah dia mengembalikannya.
"Terima kasih Nona, semoga kau selalu diberkati." balas si Kakek tidak keberatan menarik segaris senyuman pada wajahnya yang telah banyak kerutan di mana-mana. Seohyun merasakan hatinya disirami ketenangan.
'Cinta bisa mengubah segalanya. Hanya dengan senyuman dan doa, sudah bisa dibuktikan tanda cinta itu. Tidak perlu tuntutan lebih.' katanya dalam hati.
Dieratkan mantelnya demi merasakan hangat udara musim gugur. Embusan angin Seohyun rasakan, saat kakinya mulai menaiki undakan demi undakan menuju sebuah taman dia biasanya mendapat ketenangan di sore hari.
Kriek...kriek...kriek...
Suara daun kering saat terinjak begitu Seohyun sukai. Seohyun merasa lucu jika ingatannya terbang saat dia memakan kerupuk. Suaranya mirip.
Kriuk...kriuk..
Tawa kecil tercipta di paras ayunya. Tidak peduli ada orang menganggapnya gila yang terpenting dia bahagia dan dia mensyukurinya. Di keluarkannya sebuah pulpen berwarna merah muda lalu menulis peristiwa apa saja yang dilaluinya. Dari yang malang sampai membuatnya hampir berteriak senang.
Humm dia jenuh di sini. Tanpa merasa bersalah, diambilnya selembar daun maple kering dan menuliskan hangul 'Seo-Joo-Hyun' di atasnya lalu memandangnya dengan bangga.
'Sepertinya aku memang gila.' Lagi-lagi Seohyun tertawa kecil. Kebahagiaan memang sederhana bukan? Salah satu hal unik dari Seohyun, dia bisa memecah kebosanan dalam dirinya dengan melakukan hal yang aneh namun menghibur.
"Bisakah kau membuatkan satu untukku?"
Deg.
Tanpa Seohyun sadari seorang laki-laki berambut coklat eboni datang. Seohyun memandangnya dari bawah hingga atas. Postur tubuh tinggi dan...rupa yang tampan. Kulitnya yang cerah terlihat memesona kala diterpa cahaya matahari yang lolos menembus celah-celah dahan pohon. Matanya hitam sehitam jelaga.
Seohyun mengerjapkan matanya. Seohyun mendongakkan wajahnya setelah malu ketahuan menulisi daun kering dengan pulpennya. Diselipkannya daun itu di tengah-tengah bukunya. Laki-laki itu tertawa gemas. Dagunya yang indah seperti lebah menggantung membuat senyumnya semakin memikat.
"Buatkan satu untukku Nona. Tulis Cho-Kyu-Hyun di atasnya." katanya santai lalu duduk menyilangkan kakinya di samping Seohyun—berbeda dengan Seohyun yang duduk dengan kaki mengatup rapat, tanpa dipersilakan. Lagipula ini bangku umum 'kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall
FanfictionKala daun-daun berguguran. Kyuhyun, Seohyun. Segala yang sederhana namun terkenang. #358 - Oneshoot - 11 Mei 2018 #306 - Oneshoot - 12 Mei 2018