Remember When [1]

733 50 36
                                    

Background sound : Avril Lavigne - Remember When

Happy Reading
.
.
.
.


Malam itu ia memelukku, erat, sangat erat. Napasku baru saja bekerja dengan normal setelah sebelumnya berlari dengan deru napasnya, saat kami bersama sama mencari kehangatan dalam dinginnya malam pada musim gugur saat itu. pergumulan yang bermula setelah sebelumnya ia menenangkanku,tapi malah berakhir dengan ia menyerangku.

Aku menyerahkan pasrahku padanya, menunggu dan berkerja sama untuk saling mendapatkan kenikmatan yang selalu membuat kami semakin candu akan tubuh satu sama lain.

Ia sangat mempesona. bahkan saat aku berbicara dengan mata yang dipenuhi lelehan cairan kesedihan, ia tetap mempesona. Ia tampan. akan melebihi dari kata tampan, saat ia memenjarakan tubuhku diantara tubuhnya dan tempat tidur. Dan disaat matanya dipenuhi oleh api yang membakar seluruh hatinya.ia tetap membuatku terpukau.

Aku menyesal datang padanya malam itu, saat wajahku penuh dengan ruam ruam kebiruan disekitar mata dan pipiku. Aku melihatnya,saat ia mengepalkan tangan siap menghilang nyawa siapa saja yang menyebabkan orang terkasihnya terluka. Aku tau ini akan terjadi . Tapi aku tetap disini menemuinya, karna aku membutuhkannya.

Kehausan akan keingintahuannya kian memudar, berganti dengan rahangnya yang mengatup keras. Gerakan lidahku menjadi santapan menyiksa bagi indera pendengarannya. Aku mengeluarkan semuanya, dengan tersedu karena bercampur dengan air mataku yang sialnya juga ikut keluar berserta keluh kesahku.

"Sudah ku katakan harusnya kau ikut denganku, lalu apa yang akan kau lakukan besok !?"

Aku menunduk, memikirkan kata apa yang akan aku keluarkan demi meredamkan bara api yang sedang menguasainya. Aku menggigit bibir bawahku dan memejamkan mata, tak ada guna nya menyesali segala yang sudah terjadi menurutku, tapi tidak dengannya, amarahnya sedang berada pada tingkatan tertinggi saat itu. Aku...sedikit takut.

"Aku hanya ingin merayakannya bersama keluargaku,Chanyeol-ah"

Kali ini ia yang menghela nafas, lalu menunduk, aku mendengar nafas berat itu, dia sedang menahan ledakan kekecewaannya di hadapan ku. Aku kembali terisak, menutup seluruh wajahku dengan kedua tanganku. Tak lama aku merasakan kasur sedikit berdenyit, ia duduk disebelahku-ujung kasur. Memelukku yang masih tidak mengubah posisi menutup wajah dengan tanganku. Tapi kini dengan kepalaku bersandar pada tubuh bagian depannya. Sekali lagi, ia menawarkan diri menanggung deritaku.

Ini kegiatan kami yang kesekian kalinya, kegiatan yang sama saat aku mendapatkan perlakuan itu. Aku diam karna tak mampu mengubahnya, ia juga diam, tapi bukan karna tak mampu mengubahnya, tapi karna aku yang memintanya, hingga ia menjadi tidak mampu melakukan apapun yang sebenarnya dapat ia lakukan, maafkan aku Chanyeol-ah.

Ia tau pikiranku, ia tau perasaan ku, ia tau derita ku. Ia tau segalanya, karena aku menceritakan semuanya. Ia mengatakan akan ikut menanggung bebanku pada hari ia mengetahui aib terbesarku,dulu. Ia benar-benar melakukannya, dari awal hingga akhir.

Aku ingat saat itu, masih ingat dan sangat ingat, setiap semua perlakuan dan perkataan yang ia lontarkan guna mengeluarkanku dari badai kegelisahan. Aku bergantung padanya, bergantung pada lengan kokohnya, yang selalu menyelamatkan ku dari jurang kesengsaraan yang sangat amat curam. Aku bergantung pada pundaknya, yang selalu menjadi landasan bagi setiap air mataku yang keluar dengan cara yang selalu tidak elegan.

.

Ia telah bertemu dengan alam mimpinya. aku bergerak perlahan, memindahkan tangannya yang terletak manis di perutku, lalu menyingkap selimut yang kami gunakan. Dingin malam langsung menyapa seluruh tubuhku yang tak terlapis. Aku memungut baju yang aku gunakan beberapa saat lalu, terdapat juga baju dan celana Chanyeol disana. Aku melemparnya di tempat khusus baju kotor, lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku.

UNTOLD STORY [EXO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang