Jika normalnya aku berharap tak pernah terbangun lagi di pagi hari, anehnya hari ini aku malah menanti-nantikan matahari terbit.
Lagi-lagi sihir milik Kino bekerja.
Tepat pukul 10 pagi aku keluar dari rumah dan mendapati Kino yang sudah berdiri menunggu di tempat yang sama seperti kemarin.
"Kau tahu, aku tak pernah punya teman sejak kecil." Aku menceritakan hal pribadiku lagi tanpa diminta.
Kino diam, tapi aku tahu kalau dia menyimak.
"Aku payah dalam hal sosialisasi, hingga tak bisa membedakan mana yang tulus ingin berteman denganku dan yang hanya ingin mengambil keuntungan."
"Manusia memang mengerikan." Sahut Kino yang membuatku tergelak.
"Kita mengerikan, kalau begitu."
Kino membalikkan badannya. Lelaki itu berjalan mundur di hadapanku.
"Bagaimana denganku? Apa aku tulus atau hanya memanfaatkanmu?"
"Entahlah." Aku mengangkat bahuku. "Aku terlalu bodoh untuk bisa membedakannya."
Kali ini jari Kino menudingku. "Berhenti mengangkat bahumu, itu menganggu."
Baru 10 menit berlalu, dan lelaki misterius ini sudah membuatku tertawa dua kali. Rekor yang bagus.
"Mau kemana kita?" Tanyaku ketika sadar bahwa kami sudah berjalan agak lama.
"Mencari hal baik."
.
Hal baik versi Kino adalah mengelus setiap anjing dan kucing yang ia temui di jalanan. Tak memedulikan tatapan aneh yang dilontarkan sang pemilik.
Bermain lempar batu di tepi sungai.
Memanjat pohon cherry di taman.
Menonton anak-anak SD berlatih bela diri di lapangan.
Bahkan hanya duduk mengamati kelopak bunga yang berguguran.
Tak ada yang spesial dari semua hal itu, namun anehnya Kino membuatku melihatnya dari sudut pandang yang berbeda.
Membuatku menyadari bahwa masih ada hal yang begitu polos dan murni di dunia ini.
Senyuman hangat Kino membuat tangisku makin deras.
"Ah, orang-orang pasti mengira aku menghamilimu. Kau menangis heboh sekali." Candaan Kino kubalas dengan tinju pelan di bahunya.
"Kau mau permen kapas?" Tanyaku dengan suara sengau pasca menangis.
Setelah mendapat anggukan dari Kino, aku berjalan ke arah penjual permen kapas tak jauh dari bangku tempat kami duduk.
Aku memesan dua permen kapas warna merah muda berukuran jumbo. Aku menoleh ke arah Kino, berniat untuk pamer namun laki-laki itu tak ada disana.
"Ini kembaliannya nona." Suara si penjual membuatku terpaksa mengalihkan pandangan.
"Ah ya, terimakasih." Ucapku terburu-buru sebelum berlari kembali ke tempat duduk kami tadi.
Langkahku terhenti. Kino ada disana. Wajahnya terlihat bingung meyaksikanku berdiri mematung seperti orang bodoh.
Aku yakin hanya menoleh selama 5 detik. Bagaimana mungkin dia menghilang dan muncul lagi secepat itu?
"Kau kemana tadi?" Tanyaku saat sampai di hadapannya.
Kening Kino berkerut heran. "Aku duduk disini daritadi. Ada apa?"
Aku menjawab dengan gelengan pelan. Kami menghabiskan permen kapas jumbo itu dalam diam.
.
"Kita mau kemana lagi?"
"Taman bermain."
"Huh?" Aku menatap Kino heran. "Taman bermain sudah tutup jam segini."
Kino tak berkata apa-apa lagi dan tetap berjalan di depanku.
Kami sampai di depan taman bermain. Tak terlihat tanda-tanda manusia disana. "Sudah kubilang, kan?"
Lagi-lagi Kino mengabaikanku dan berjalan ke bagian samping taman bermain. Mulutku menganga ketika melihat ada celah masuk ke dalam taman bermain disana.
Kino tersenyum bangga.
"Ini ilegal. Aku tak mau masuk penjara."
Laki-laki itu menggenggam tanganku dan menariknya pelan. "Tak akan." Katanya masih dengan senyuman angkuh itu.
Suasana di dalam taman bermain hampir gelap gulita. Harusnya aku merasa takut, berada di tempat sepi yang gelap bersama laki-laki asing yang baru ku kenal dua hari.
Tapi ini Kino. Aku percaya Kino.
"Percuma kita masuk, listriknya sudah dipadamkan."
"Berhenti meragukanku."
Kino masih memegang tanganku, takut aku tercecer di kegelapan seperti ini.
"Tunggu disini." Bisiknya sebelum melepaskan pegangan tangan kami.
"Kalau kau kabur, aku bersumpah akan memburumu sampai neraka."
Kino tertawa terbahak-bahak. "Kau pendek. Tak akan bisa mengejarku."
Satu menit hampir berlalu, dan tak ada tanda-tanda keberadaan Kino. Aku baru saja hendak menangis ketika lampu taman bermain serentak hidup secara tiba-tiba.
"Ayo berkeliling." Aku terlalu terpesona dengan keindahan lampu-lampu disana hingga tak menyadari Kino yang sudah berdiri di belakangku.
Aku mengikuti langkah kaki Kino yang lebar. Dia terlihat sangat bersemangat. Dasar kriminal.
Kami berhenti di wahana carousel dan duduk di kuda pilihan masing-masing. Tapi Kino tak menghidupkan mesinnya karena dia tidak suka menaiki wahana yang berputar-putar.
"Aku sudah mengajakmu jalan-jalan seharian ini. Dan aku ingin balasan."
Kepalaku menoleh ke arah Kino yang terlihat begitu serius. Apa dia mau minta uang?
"Apa?" Aku menyuarakan pikiranku.
"Jangan mencoba bunuh diri lagi. Karena aku tak akan ada disana untuk menyelamatkanmu."
"Kau mau pergi?" Entah kenapa, aku tak suka kemungkinan itu.
"Berjanjilah." Kino mengabaikan pertanyaanku.
"Ya, aku janji."
KAMU SEDANG MEMBACA
Magical You ∞ [K.H.G]
Kurzgeschichten"Kau tidak lulus SD ya? Sejak kapan setelah 2 langsung 10?" - Kino