Allegra | 00

358 83 56
                                    


Suara Lana Del Rey jadi satu-satunya yang mengisi keheningan malam itu. Aku duduk –seperti biasa, bersebelahan sama cowok yang hampir dua tahun ini ada di setiap hari. Dia memang tipikal cowok pendiam, dan aku lagi on the silent mode situation. Pikiranku mengawang entah kemana, sampai tiba-tiba salah satu dari kita, bicara. Bukan, bukan aku.


"Ga, besok aku ada jadwal tanding."


Lagi? Jawabku tanpa suara, masih belum noleh ke dia.


"—Pertandingannya jam empat sore di Jaksel, Ga."


Seperti biasa, dia akan tetep bicara meskipun aku belum nanggepin omongan dia sebelumnya. Dan seperti biasa –tanpa dia meminta, kalimat tadi maksudnya adalah aku harus datang nemenin dia.


Aku gak bisa.


"Kak ...." Aku akhirnya ngomong dan noleh ke dia.


"Ga, besok tetep temenin aku ya." Pungkasnya masih fokus menyetir.


Gak bisa, Allegra. Gimana sih?

Tapi ....


Aku tahu, wajahku pasti terlampau datar sekarang. Otakku memang lagi gak bisa mengekspresikan emosi hati banget. Tapi ini adalah moment yang paling bikin aku kaget bukan kepalang. Untuk pertama kalinya, seorang Kai Ganindra ask me to do a thing in 'a word'.

Dan itu sukses bikin aku kalah –lagi. Payah kamu, Allegra ....

Hati dan kerja otak gak pernah sinkron.


Kalau gini terus, bukan 'putus' namanya.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



*****

"Nungguin dijemput pacar?"



Aku memutar bola mataku dengan cepat sembari mendengus, "Mantan."


"Biasa aja dong mukanya ...." Cowok itu tertawa, ngeledek. Dia tahu, aku udah putus tiga bulanan yang lalu.


Aku menoleh, gak mau kalah buat ngeledek. "Mas supir lagi nungguin majikannya keluar kelas, ya?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 01, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Allegra (SKY)Where stories live. Discover now