Seorang lelaki berdiri didepan kaca sebuah unit apartemen mewah dengan secangkir kopi Americano ditangan kanannya. Kedua telinganya ia sumpal dengan ear phone yang mengeluarkan suara dari lagu Genie milik Girl's Generation. Ujung bibirnya yang kecil tertarik. Mata bulatnya terpejam menikmati lagu dengan tenang. Dia kemudia membuka matanya perlahan menatap langit Gangnam yang biru bagai hamparan samudara diatas sana. Terbayang olehnya wajah seorang anak perempuan yang manis dan cantik. Anak perempuan yang mengajarkannya bagaimana caranya bermain. Bagaimana caranya bersenang-senang hingga kau tertawa terbahak-bahak. Anak perempuan yang pintar dengan pengetahuan yang berbeda dengan yang lelaki ini tahu. Anak perempuan yang membuatnya pergi melarikan diri dari New York ke Seoul hanya untuk bertatap muka setelah 12 tahun lamanya tidak bertemu.
Ia menyimpan Kopinya diatas sebuah meja yang berada tak jauh dari tempat ia berdiri. Ditariknya gagang laci yang terbuat dari kayu. Didalam laci itu, terdapat banyak sekali ponsel dari berbagai tipe dan model. Ia mengambilnya secara acak dan memencet beberapa nomor. Lelaki itu sedang melakukan sebuah panggilan. Tak lama kemudian, dering sambungan teleponpun berhenti pertanda seseorang menjawab panggilannya.
"Halo David Do?" tanya seseorang dengan panik diseberang sana.
"Junho Hyung, aku akan menemuinya hari ini." ucap David Do dengan santai, ternyata seseorang itu adalah Murid dari ayahnya sendiri yaitu Bae Junho.
"Menemuinya? Kau sudah tau keberadaan Irene?"
"Sangat mudah menemukannya dengan koneksi yang aku punya."
"Ohh...Koneksi ya~ Kau sudah mempersiapkannya ternyata. Pantas saja kau tidak pernah mendesakku."
David Do hanya tersenyum.
"Tapi...kenapa kau memberi tahuku tentang alasan kepergianmu? Kenapa kau bersembunyi dari orang tuamu? Kenapa kau mempercayaiku untuk menyembunyikan keberadaanmu? kau harus menjawab semua pertanyaanku sebelum kau mengakhiri pembicaraan kita lagi. Aku tidak bisa menghubungimu. Aku mencemaskanmu."
"Aku ingin kau menemukanku."
"Apa maksudmu?"
"Aku mungkin tidak akan pernah kembali ke New York. Aku ingin kau membawaku pulang jika aku sudah selesai dengan urusanku disini."
"Kenapa kau tidak membicarakannya dengan Orang tuamu? Mereka sangat mengkhawatirkanmu. Ibumu..."
"Mereka tidak suka Irene..." David Do memotong ucapan Junho secepat kilat. "...Mereka sangat membencinya. Aku sudah pernah berbicara pada mereka sebelumnya dan mereka terlihat sangat marah. Makannya aku melarikan diri."
Untuk beberapa detik Junho terdiam. Mendengar bahwa ternyata Guru besarnya itu tidak menyukai adiknya membuatnya sedikit terkejut.
"Kenapa? Kenapa Mr. Michael dan Mrs. Sarah tidak menyukai adikku?"
"Hmm...Karena Irene terlalu menyenangkan?"
"Hm?" Junho semakin heran dengan jawaban David Do. Karena Irene terlalu menyenangkan jadi Guru besarnya itu tidak menyukai adiknya??? Apa ini masuk akal?
"Hyung. Terimakasih sudah membantuku. Kau bisa menghubungiku di nomor ini. Aku tidak akan menggantinya lagi. Aku percaya padamu. Aku pergi."
David Do menutup pembicaraan secara sepihak. Ia lalu mengambil mantel berwarna Coklat dan memakainya sambil berkaca. Ia menatap lekat-lekat dirinya sendiri dicermin, memikirkan sesuatu yang lain yang menjadi kekhawatirannya akhir-akhir ini. David pergi meninggalkan apartemen dengan sebuah Koper Besar berwarna metal.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
1 April 1898
Random" God gave us this Irreplaceable time. Even if we were to lose it all the changing season along with this blue sea, I will not forget the days I spent with you. I was born into this world in order to meet you. You made me the happiest in this world...