01 : Tidak Sengaja

31 8 1
                                    

Matahari baru saja terbit tapi sudah terdengar jeritan dari rumah berpagar hijau itu. Tepatnya dari sebuah kamar di lantai dua yang ditempati oleh seorang perempuan. Perempuan yang baru terbangun dari tidurnya itu berteriak ketika melihat jam di seberang tempat tidurnya.

Jam 7 kurang 5? Mati gue, batin perempuan itu sambil segera bergerak menuruni kasurnya dan berlari menuju kamar mandi untuk melakukan ritual paginya yaitu mandi pagi. 15 menit kemudian ia sudah berpakaian rapi dan memasukkan buku sesuai jadwal pelajarannya.

Duh, harusnya gue nyusunnya tadi malem, gara-gara chat sama Lean jadi lupa kan, batin perempuan itu lagi sambil mencari buku tulis Fisikanya. Setelah selesai ia langsung menyambar tasnya dan keluar dari kamar.

Perempuan tadi menuruni tangga rumahnya dengan terburu-buru sambil memperbaiki dasinya dan langsung berlari menuju pintu depan. Ayah dan Ibunya pun heran melihat kelakuan anak gadisnya itu.

"Kay, makan dulu baru pergi," kata Ibunya.

Perempuan yang tadinya ingin memakai sepatu itu pun langsung menoleh kebelakang dan berjalan cepat menuju meja makan dan mencomot roti bakar dengan cepat.

"Pelan-pelan makannya, Kay," tegur Ayahnya.

"Iya, nanti kamu keselek," tambah Ibunya.

Belum selesai menelan rotinya, ia hanya mengangguk sambil menyalami kedua orang tuanya dan segera berlari menuju pintu depan rumahnya. Ia pun memakai sepatunya dan berlari ke luar halaman rumahnya. Setelah berlari sekitar 10 menit akhirnya ia tiba di halte bus terdekat. Tepat sebelum pintu bus tertutup ia pun segera naik ke bus sembari mengatur nafasnya. Karena di bus tidak ada bangku kosong terpaksa dia berdiri dengan berpegangan di tiang bus dan memikirkan kejadian barusan. Mengapa ibunya tidak membangunkannya? Dan mengapa ayahnya belum berangkat ke kantor padahal biasanya ayah cepat sekali berangkat. Tak butuh waktu lama untuk sampai di sekolahnya. Saat turun dari bus ia tak sengaja menabrak seseorang. Namun karna terburu-buru ia hanya meminta maaf dan berlari masuk ke dalam sekolah.

"Tumben lo dateng cepet, Ren," kata teman sebangku perempuan tadi, Fleana atau yang biasa dipanggil Lean.

Ya, di sekolah nama panggilan cewek itu memang bukan, Kay. Tetapi Rena.

"Hah? Cepet? Udah jam 7 gini lo bilang cepet?" jawab Rena sambil duduk di kursinya terengah-engah.

"Hahaha. Jam 7? Jam 6 lewat 15 kali," kata Lean lagi sambil tertawa.

"6 lewat 15?" kata Rena dengan mulut setengah terbuka. Ia pun langsung mengecek jam yang ada di pergelangan tangannya.

Ini pasti kerjaan Bang Wira, pantesan aja Papa Mama tadi mukanya heran gitu, awas aja di rumah nanti, batin Kay kesal.

Belum sempat ia pulih dari kekesalannya tiba-tiba terdengar suara dari mikrofon sekolah. "Perhatian. Panggilan kepada siswi bernama Kayla Renata Alifia, harap segera menghadap ke meja piket,"

Mendengar pemberitahuan tadi, Rena langsung berjalan menuju meja piket.

"Bapak kenapa manggil saya ya, Pak?" tanya Rena begitu sampai di meja piket.

Guru piket yang ditanya pun langsung menoleh. "Oh enggak, Bapak mau memastikan saja. Apa benar ini dompet kamu?" tanya guru tadi sambil menunjukkan sebuah dompet bergambar beruang.

Rena langsung kaget dan merogoh sakunya. Kosong. "Benar, Pak. Itu dompet saya," jawab Rena

"Yasudah kalau begitu, lain kali hati-hati ya," kata guru itu sambil mengembalikan dompet Rena.

"Tapi pak, siapa ya yang menemukan dompet saya? Saya mau bilang terima kasih," tanya Rena.

"Wah, bapak kurang tau, nak. Setelah ngasih dompet ini ke meja piket, dia buru-buru pergi. Tapi, yang bapak inget yang mengembalikan itu siswa laki-laki," terang bapak itu.

"Oh, gitu. Yaudah, saya permisi ke kelas dulu pak," pamit Rena. Bapak tadi hanya mengangguk dan melanjutkan membaca koran yang sempat terhenti tadi.

Sambil berjalan menuju kelas Rena terus berpikir siapa yang mengembalikan dompetnya.

✧ • ˚ * ✵˚ * . ✧ ˚

"Mulai hari ini mobil kamu Papa sita," kata seorang pria yang sedang duduk bersama anaknya tiba-tiba

"Hah disita? Kenapa, Pa?" tanya anak semata wayangnya dengan wajah kaget.

"Iya, kamu harus mulai hidup sederhana mulai sekarang, Ren. Udah ayo berangkat, udah jam berapa itu," seru Papanya.

Dengan bersungut-sungut, cowok tadi berjalan keluar rumahnya sambil menenteng tasnya di bahu. Terpaksa hari ini dia harus naik bus kota. Sebenarnya, dia bisa saja minta agar Papanya mengantarkannya. Tapi, mengingat gengsinya yang terlalu tinggi ditambah tidak mau jadi buah bibir satu sekolah. Jadi, disini lah dia sekarang. Selang beberapa menit dia duduk di dalam bus. Dia melihat seorang perempuan berlari masuk ke dalam bus. Dia pun memerhatikan perempuan itu dari atas ke bawah untuk beberapa saat.

Dari seragamnya sih kayaknya satu sekolah sama gue, tapi kok gue gak pernah liat dia ya. Ah bodo amat gak kenal juga, batin cowok bernama Reno itu dan memilih memerhatikan jalanan di sampingnya.

Selang beberapa menit akhirnya bus sampai di halte dekat sekolah Reno, benar dugaannya, perempuan tadi satu sekolah dengannya karena mereka turun di halte bus yang sama. Karena terlalu terburu-buru, perempuan itu tidak sadar dompet yang ada di sakunya terjatuh. Reno ingin memberi tahunya tadi tapi perempuan itu sudah pergi. Reno pun membawa dompet itu dan segera berjalan menuju meja piket untuk memberikan dompet itu ke guru. Tanpa basa-basi dia pun langsung berjalan meninggalkan tempat itu. Tak selang berapa lama terdengar suara pengumuman.

"Perhatian. Panggilan kepada siswi bernama Kayla Renata Alifia, harap segera menghadap ke meja piket,"

Ia pun membalikkan badan dan melihat ke arah meja piket. Benar saja, tak selang berapa lama nampak perempuan yang tadi ada di bus.

Oh, jadi nama cewek itu Kayla, batin cowok tadi. Ia pun berjalan lagi menuju kelasnya.

Traffic LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang