02 : Tabrakan

28 7 8
                                    

Saat istirahat, Lean tidak bisa menemani Rena ke kantin karena harus mengikuti kelas tambahan. Dengan berat hati, akhirnya Rena terpaksa ke kantin sendirian.

"Ren, maaf ya gak bisa nemenin lo ke kantin. Tadi Bu Resti manggil gue, nyuruh ikut kelas tambahan," kata Lean.

"Iya, gapapa kok, Le. Lo lama gak?" tanya Rena.

"Enggak deh kayaknya. Soalnya cuma bahas tentang satu bab kok hari ini."

"Oh, kalo gitu lo mau nitip gak?" tawar Rena.

"Wah, boleh. Gue nitip bakso Mang Ujang dong, Ren," kata Lean.

"Oke, yaudah gue ke kantin duluan ya, Le, biar gak lama ngantrinya,"

"Iya, makasih loh, Ren,"

Rena hanya mengangguk dan meninggalkan kelas. Yah, walaupun harus sendiri tapi perut harus tetep diisi kan, hehe. Rena pun berjalan di lorong depan kelas menuju kantin saat tiba-tiba ada seseorang yang mengagetkannya.

"Ren," sapa seseorang dari belakang Rena.

Rena menoleh. "Eh, Gio,"

"Tumben lo tadi pagi enggak nungguin gue," kata Gio lagi sambil berjalan di samping Rena.

"Iya, maaf ya. Tadi pagi Bang Wira ngisengin gue. Masa dia nyetel jam gue jadi setengah jam lebih cepet. Pas liat jam udah jam 7 kurang 15 aja. Eh ternyata masih jam setengah 7. Gimana gak kesel coba," curhat Rena panjang lebar.

"Yah, coba aja sejam lebih cepet pasti lebih seru. Hahaha," kata Gio sambil tertawa.

"Wah, kampret lo," jawab Rena sambil ikut tertawa dan memukul lengan Gio.

"Lean mana? Tumben gak bareng," tanya Gio.

"Cie nanyain Lean. Dia lagi ikut kelas tambahannya Bu Resti tuh," jawab Rena.

"Oh gitu. Yaudah ke kantinnya bareng ya," kata Gio. Rena hanya mengangguk.

Sesuai dugaan Rena, kantin masih sepi karena bel istirahat belum berbunyi, Pak Ali tadi memang enggak masuk karena sedang mengikuti seminar di luar kota. Jadinya, mereka boleh keluar kelas duluan. Sedangkan kelas Gio baru selesai pelajaran olahraga dan diperbolehkan istirahat.

"Lo mau makan apa, Ren? Biar sekalian pesen," tanya Gio saat mereka baru duduk.

"Batagor aja deh, Gi. Tapi, tadi Lean nitip bakso, tolong sekalian pesenin ya, Gi, hehe," jawab Rena sambil nyengir.

"Yaudah, lo gak mesen minum?" tanya Gio lagi.

"Minumnya gue entaran aja, tunggu haus," kata Rena.

"Oh, yaudah," kata Gio sambil berjalan pergi.

Sambil menunggu Gio datang –menunggu makanan yang dibawa Gio lebih tepatnya- Rena memperhatikan siswi lain yang mulai berdatangan ke kantin. Ia masih penasaran siapa yang menemukan dompetnya sampai tiba-tiba suara Gio memecah lamunannya.

"Daripada ngelamun, mendingan lo ngambilin makanannya nih," kata Gio sambil melirik tangannya yang penuh makanan.

"Eh, iya iya. Tapi kayaknya lo punya potensi deh, Gi," kata Rena mulai mengambil makanan di tangan Gio dan meletakkannya ke meja.

"Hah, potensi apaan?" kata Gio sambil duduk di depan Rena.

"Potensi jadi pegawai rumah makan Padang," jawab Rena sambil tertawa kencang.

"Ye kirain apa. Eh, tapi bagus dong. Kan pecinta nasi padang banyak," jawab Gio.

"Iya juga sih. Kan lumayan gue bisa dapet nasi padang gratis tiap hari,"

Traffic LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang