4 ; Halte bus.

534 120 8
                                    

"Jadi, kau tidak photoshoot hari ini?" Bokuto membuka percakapan, ia sangat berterima kasih pada (name) yang meminjamkan handuk untuk mengeringkan rambutnya.

"Kau pikir aku robot yang setiap hari photoshoot? Aku sedang cuti, ok?" Terang (name).

"Namamu sedang naik daun, kenapa kau cuti?"

"Mungkin mereka hanya tertarik dengan rumor yang aku buat, bukannya dengan kinerjaku."

"Jadi, kau sengaja, menyebarkan rumor itu agar kau naik daun?"

"Bukan, aku sengaja karena ada seseorang yang aku suka." Bokuto terdiam.

Sampai manakah pikiran cewek ini? Yang jelas, cewek ini sudah cukup gila

"Bokuto, rumahmu dimana? hujannya makin—" Perkataan (name) terhenti ketika melihat Bokuto dengan rambutnya yang turun.

Ia menjadi seratus kali lebih tampan dibanding dengan rambutnya yang berdiri seperti orang tersambar petir.

"Ya, kenapa?" Bokuto mendekatkan wajahnya pada (name). Semburat merah makin tercetak jelas di wajah (name).

"Ehm, anu, maksudku, kalau rumahmu jauh, kau bisa menginap di apartementku malam ini. Apartementku ada di sebrang sana  dibelakang cafe." Terang (name).

"Ya, kenapa kau tidak pulang dari tadi?" Omel Bokuto. Bokuto juga tidak tahu mengapa dia mengomel, dia merasa khawatir pada (name).

"Entah, aku sendirian di rumah, jadi buat apa pulang buru-buru. Lagipula aku menunggumu." (name) memberikan senyumnya.

"Kenapa kau mau menungguku?"

"Entah, mau saja."

__________________

bokuto kotaro ; RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang