ACARA KEMAH DI SEKOLAH
Kejadian ini gue alami sendiri waktu gue kelas 1 SMA. Waktu itu gue ada acara pramuka, yaitu kemah. Kemah gue bukan di hutan, tapi di sekolahan gue sendiri. Awalnya pas gue datang
sore-sore, gue biasa aja, gak ada tuh rasa takut. Tapi pas malam tiba dan sessi terakhir, kebetulan sesi terakhir itu di aula (niatnya di lapangan gak
jadi karena hujan, dan tenda dipindah di kelas-kelas karena hujan dan banjir). Kebetulan aula sekolahan gue itu terkenal angker, apalagi dibelakang aula. Sesi terakhir waktu itu semua lampu dimatikan, gue udah merasa aneh. Tapi gue gak merasa takut karena gue sama sahabat gue namanya Via, dia punya kemampuan untuk melihat apa yang nggak bisa gue lihat, karena Via bilang asal gue
gak ganggu "dia", "dia" juga gak akan ganggu gue. Tapi tiba-tiba gue denger teman gue cewek namanya Nasya, dia nangis-nangis sambil ngedempet diantara teman-teman (posisi Nasya
saat itu dibelakang gue persis). Nasya Lalu gue tanya
pada Mara teman dekat Nasya
Gue : Nasya kenapa?
Mara: Dia nekat buka batinnya, jadi ngeliat
Gue: Masa? siapa yang bukain batinnya?
Mara : Iya, si Joko (indigo) yang bukain. Katanya di depan pintu ada cewek tinggi hampir 2 meter melototin dia.
Karena penasaran gue tanyakan pada Via
Gue : Vi, beneran gak sih ada cewek didepan
Via : Iya, cewek Belanda. Tapi gak papa, dia gak ganggu, cuma tertarik gara-gara disini ramai.
Gue: Beneran nih gapapa?
Via : Gapapa. kamu doa aja Von.
Setelah itu gue terus berdoa dalam hati. Malam semakin larut, acara sesi berlanjut. Sesi kali ini sesi menceritakan tentang kejadian menyeramkan oleh panitia. Lampu dimatikan, dan hanya menyalakan 1 lilin. Tiba-tiba seorang temanku datang dari luar namanya Desi, dia
kelihatan habis menangis. Tiba-tiba saja Desi berteriak
"Lampunya nyalakan! jangan dimatikan! mereka bakalan tambah banyak! jangan dimatikan lampunya, nyalakan!"
Setelah berteriak begitu, panitia menjadi panik, teman- teman juga panik dan bingung dengan perkataan
Desi. Tapi kemudian Desi dibawa pergi dari Aula. Setelah itu keadaan kembali tenang. Tapi teman-teman sekitarku berkata bahwa panitia menyembunyikan sesuatu. Acarapun dilanjutkan. Saat panitia akan mengumumkan sesuatu melalui
pengeras suara, tiba-tiba terdengar bunyi jeritan wanita. Sesaat kami (aku, Via dan lainnya) mengira itu adalah efek berdecit dari pengeras suara, tapi setelah itu disusul jeritan dari salah
seorang teman yang duduk agak jauh dariku, ternyata dia menjerit karena teman sebelahnya (namanya Fany) kerasukan. Fany sudah meraung
di lantai, menjerit dan menangis. Setelah itu disusul dengan raungan teman sebelah gue yang terus merembet ke anak-anak lain, hampir
seperempat anak kelas 1 kerasukan.
Panitia segera mengungsikan anak-anak yang belum kerasukan ke kelas2, termaksud aku. Aku,Via dan beberapa teman cewek lainnya diungsikan ke kelas 3 IPA. Tiba-tiba Asti, salah seorang teman gue memeluk gue dan menangis. Awalnya gue sempat mengira dia kerasukan, tapi ternyata
tidak. Asti hanya "diperlihatkan" oleh "mereka". Katanya sungguh menakutkan, dia diperlihatan oleh mbak kunti tapi memiliki wajah yang
menyeramkan. Via menenangkan Asti Kemudian Via bercerita pada aku dan Asti.
"Kalian gak usah takut, Mereka yang disini tidak mengganggu kita, hanya saja yang mengganggu adalah Mereka dari tempat sebelah sekolah kita, karena kita terlalu ribut. Mereka merasa terganggu dan marah. Karena itu mereka mengganggu orang yang sedang melamun atau fisiknya lemah. Karena itu jangan pernah melamun, tetap berdoa saja. Tadi Mereka disana
memang sangat banyak apalagi yang berada di panggung aula, ada beberapa yang sedang menonton kita, dan memang benar di belakang aula itu sangatlah angker, sekalipun jangan
pernah masuk kedalam sana, karena yang disana bukan yang baik tapi yang nakal"
Setelah Via berkata seperti itu beberapa teman kami yang kerasukan tapi telah didoakan, ke kelas kami diantar oleh panitia. Gue tidak
menyangka kalau ternyata salah seorang teman gue terkena juga, namanya Reta. Dia memang lemah fisiknya. Tapi yang paling menakutkan saat itu adalah seorang gadis yang juga didoakan, namanya Ria . Dia menatap gue dengan
pandangan tajam dan menyeramkan, hingga membuat gue tak nyaman. Saat gue tanyakan
pada Via, Via ia hanya bilang
"Cuekin aja, dia masih ketempelan. Lebih baik kita tidur yuk?"
Karena ketakutan gue mengikuti saran Via, gue meringkuk disamping Via walau masih merasakan tatapan Ria saat itu. Dan untunglah lama-kelamaan gue bisa tertidur hingga pagi
walau merasa tak nyaman.