Prolog

35 12 18
                                    

Seorang perempuan dan laki-laki kini sedang berjalan-jalan di taman yang lebih mendominasi anak-anak yang sedang berlarian. Namun, mereka tidak memperdulikan hal itu dan memilih menikmati dunianya sendiri.

"Na." Panggil laki-laki itu. Perempuan yang dipanggil itu pun menolehkan kepalanya sambil menunggu kata-kata yang selanjutnya keluar dari mulut laki-laki itu.

"Kita pacaran." Ada jeda sedikit. Si perempuan pun tampak terkejut mendengar kata laki-laki itu dan tiba-tiba ia menunduk sambil menyembunyikan semburat merah yang tiba-tiba muncul di pipinya. "Ya?"

Perempuan itu sudah tak bisa mengontrol detak jantungnya yang terus berpacu. Terus mengabaikan pertanyaan laki-laki itu yang awalnya ia kira sebuah pernyataan. Wajahnya terus saja menunduk. Dan tiba-tiba, laki-laki itu mengangkat pelan wajah perempuan itu sambil menatap ke arahnya.

Wajah perempuan itu sudah benar-benar memanas.

"Kamu mau kan?"

Perempuan itu melengoskan kepalanya. "i-iya." Jujur. Perempuan itu terkejut bercampur senang.

Laki-laki itu pun terlihat tersenyum setelah mendengar jawabannya. Tangannya tergerak untuk mengapit jari-jari mungil perempuan itu. Untung saja perempuan itu sudah bisa mengontrol detak jantungnya walaupun semburat merah di pipinya belum hilang sepenuhnya.

"Kamu mau apa? Gulali atau eskrim?"

Mendengar kata eskrim, Si perempuan langsung menatap laki-laki itu dengan mata binar. Bukan berarti dia tidak menyukai gulali, hanya saja eskrim lebih mengunggah seleranya.

"Eskrim!"

Mata binar itu belum juga pudar. Sejenak, laki-laki itu tertegun. Perempuan di sebelahnya ini kelihatan polos dengan mata binarnya.

"Rafka? Kok diem?"

"E-eh iya. Yuk!" laki-laki yang dipanggil Rafka pun langsung menarik lengan perempuan itu dan membawanya ke kedai eskrim yang memang ada di dekat taman itu.

(Not) Perfect LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang