Prolog

51 35 112
                                    

-FH-

"Tha, udah siap belom?"

Suara teriakan khas sedikit nyaring terdengar samar-samar dari dalam kamar Agatha. Sudah beberapa menit wanita setengah baya tersebut menunggu kehadiran Agatha di teras rumah.

"Iya sebentar." Sahut Agatha dengan nada sedikit kesal.

Teriakan tersebut membuat Agatha tergesa-gesa hingga tidak sadar bahwa kamarnya berantakan karena ulahnya sendiri.

"Ikat rambut gue dimana anjir." Gumam Agatha sambil mencari di setiap sudut kamar.

"Bodoh amat, gak pake juga masih hidup." Agatha membiarkan rambutnya yang panjang terurai.

Agatha bergegas menuju teras depan menemui Bibinya yang sedari tadi duduk mematung menatapi halaman rumah.

"Udah Bi, ayo berangkat, hehe."

Agatha tersenyum dengan polosnya, membujuk agar Bibinya tidak marah karena telah menunggu lumayan lama.

-----

Agatha Berliana Caroline

Siapa yang tidak mengenal pemilik inisial abc tersebut? Bagi sebagian orang, nama tersebut sudah tidak asing lagi untuk di dengar. Bagaimana tidak, ia adalah cucu dari orang tersohor di desanya.

Agatha adalah anak tunggal. Keadaan memaksa ia dewasa lebih cepat sejak kepergian kedua orangtuanya. Papanya mengalami kecelakaan saat ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Sedangkan Mama Agatha mulai sakit-sakitan sejak ia duduk di bangku SMP.Siapa sangka yang dulunya Agatha selalu di manja oleh orang tuanya, kini harus hidup mandiri.

Ia di rawat oleh Paman dan Bibinya. Meskipun di rumah ia tidak sendirian, bagi Agatha rumah tetap terasa sepi tanpa kehadiran kedua orangtuanya. Agatha lebih sering menghabiskan waktu di dalam kamar. Ya, ia termasuk gadis broken home. Ia juga menjadi semakin liar jika ada yang menentang kemauannya. Lebih tepatnya, keras kepala.

-----

Agatha melangkahkan kaki mengikuti bibinya menuju kantor kepala sekolah. Ya, hari ini pertama kali Agatha bersekolah di sekolah yang baru. Dia dipindahkan hanya karena sekolah yang sekarang lebih dekat dengan rumah. Bukan hanya itu, Bibinya juga tidak ingin menerima surat peringatan karena Agatha sering telat berangkat sekolah, padahal Agatha sendiri yang mengulur waktu bukan karena jarak yang jauh.

Tidak sedikit siswa yang mengarahkan pandangannya ke arah Agatha saat menyusuri koridor. Wajar saja tatapan tersebut tanpa henti terus memperhatikan dari ujung kepala hingga ujung kaki, itu karena mereka belum pernah bertemu Agatha sebelumnya, ditambah lagi penampilannya yang sedikit mengundang sensasi.

"Tha, tunggu disini dulu, Bibi mau bicara sebentar ke ruang kepala sekolah." Agatha menuruti Bibinya dan langsung duduk di kursi depan ruang kepala sekolah.

"Kecil sih, tapi lumayan nyaman lah." Gumam Agatha sambil mengedarkan pandangan ke sekitarnya.

"Toilet dimana ya, kebelet anjir."

Agatha yang merasa tidak sabar, langsung berjalan menyusuri sekolah mencari dimana letak toilet dan menghiraukan perintah Bibinya untuk menunggu beberapa saat. Ia berjalan menikmati suasana yang ia rasakan saat itu, lalu tanpa sengaja, ia melihat kantin yang menjual es krim Aice kesukaannya. Tanpa berfikir panjang ia berjalan memasuki kantin yang lumayan ramai karena bel masuk belum berbunyi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

False HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang