Chapter 1 : Strawberries

2.9K 262 136
                                    

Mereka bulan dan mentari, hitam dan putih, juga manis dan pahit. Entah jalan cerita apa yang mempertemukan mereka, mungkin sang penulis sedang enggan mematri sinonim pada lembar karyanya, yang ada hanya antonim. Tuhan pun sedang malas membuat jalan cerita yang berbunga seperti musim semi, mungkin salju ekstrim di gurun sahara akan menjadi cerita yang menarik.

Taehyung hanya seorang mahasiswa biasa, tinggal di asrama karena orang tuanya yang amat sangat khawatir dengan segala kemungkinan pengaruh buruk kota Seoul. Memperdalam ilmu seni, ia suka menggambar sambil makan marshmallow yang telah di bakar sebelumnya. Ia juga suka memandang langit senja sambil minum strawberry milkshake yang es batunya sudah cair. Taehyung hidup dengan sederhana, dengan tenang dan sesuai dengan keinginannya.

Jimin hidup di tengah pengap asap jalanan Seoul. Tidak sekolah, tidak pula bekerja formal. Kadang mengangkut barang, kadang pula mengelilingi Seoul sampai berkendara dengan truk ke Daegu untuk mengantar surat. Paru-parunya memelihara nikotin, tangannya berkutat dengan debu. Terkadang pensil jika ia rindu dengan masa-masa sekolah yang terhenti di tengah jalan.

.

.

"Kau mau melukis apa?"

Taehyung menggeleng kepalanya pelan, poninya yang hampir menutup pandangannya terkibas sedikit. Ia masih memegang pensil dan buku sketsa, duduk di tengah-tengah rumput hijau dengan anak-anak yang berlarian di atasnya. Taehyung tersenyum kecil melihatnya, kemudian sedikit demi sedikit arang dari pensilnya tergores di atas kertas.

Manusia di sebelahnya mengintip dengan pelan, di tangannya juga ada barang yang sama dengan Taehyung. Hanya saja sampul bukunya berwarna hitam dan pensilnya bertebal HB. Punya Taehyung berwarna merah pudar dan pensilnya ada label 2B dengan label ternama.

Satu gores, dua, tiga, sampai terbentuk sebuah figur kecil, Taehyung membanting coretan pensilnya menjadi abstraksi yang friustrasi.

"Kau sudah menghabiskan lima lembar buku sketsamu untuk dicoret-coret begitu," namanya Jungkook, manusia yang duduk di sebelah Taehyung. Menyebalkan, suka mengganggu, tapi baik hati dan imut. "Otakmu terbentur sesuatu akhir-akhir ini?"

Taehyung berdehem diam, mendengung mengingat apa saja yang terjadi belakangan ini sampai-sampai membuat otak dan hatinya mati rasa. Dan jawabannya tidak ada. Tidak ada yang terjadi. Semua berjalan seperti biasa, tak ada yang berarti. Stagnan, dan monoton.

"Mungkin kau perlu mencari objek lain," Jungkook mengambil buku sketsa Taehyung dan menuliskan 'Jungkook tampan' di atasnya secara random, "maksudku, objekmu selalu alam, anak-anak yang tertawa dan sepasang kekasih yang berpegangan tangan di tangan."

"Tidak semua―"

"Hampir, hampir semua." Jungkook memotong dengan cepat, Taehyung hanya memutar matanya tak peduli dan kembali merebut buku sketsa hak miliknya untuk kemudian mencoret habis tulisan abstrak Jungkook dan merobek lembarannya. Kertas tak berdosa itu diremas lalu di lempar ke tempat sampah kaleng sebelahnya.

Jika dipikir-pikir iya. Taehyung suka memotret keindahan alam di atas kanvasnya, suka mengabadikan keceriaan di wajah anak-anak yang menggemaskan pada kertasnya, juga suka mencoret kisah cinta sepasang kekasih yang tengah dimabuk cinta. Selama ia menekuni seni, hal-hal itulah yang membuatnya tersenyum saat menggerakkan tangan dengan kuas dan pensilnya, belum ada yang lain.

Jungkook suka melukis banyak hal, khususnya wajah orang. Ragam lukisan Jungkook lebih banyak, apalagi anak ini suka sekali melukis hal-hal yang menyeramkan dan aneh. Tapi entah kenapa, Jungkook senyum-senyum saja dengan hasilnya yang seperti penampakan film Insidious. Anehnya pula, dosen mereka memuji lukisan Jungkook yang outstanding, sementara memuji lukisan Taehyung yang sarat akan keindahan dan kelembutan.

Strawberries and Cigarettes [BTS Fanfiction - VMIN] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang