1.00 (2) END

4.3K 467 99
                                    

Seharian ini gue sekolah seperti biasa. Kak Taeyong udah pulang ke Jepang kemarin siang. You know what? Dia minta gue juga ngelanjutin kuliah di Jepang. Alesannya karena dia ngga punya temen disana. Kak Nayeon udah punya gandengan lain katanya jadi dia dilupain.

Sini gandeng gue aja kak:3

Ngga ada yang aneh sama kegiatan sekolah gue, osis masih sibuk kayak sebelumnya karena sebentar lagi ada re-organisasi. Pelajaran di kelas masih sama nyebelinnya. Semua masih normal kecuali laki-laki yang tengah melamun di bangku lapangan sekolah.

Ten menghindari gue mati-matian beberapa hari ini. Tepatnya setelah gue ketemu sama Dad-nya.

Bahkan kemarin waktu ada pembagian kelompok dan dia sekelompok sama gue, dia sampe minta tuker sama orang lain. Entah apa penyebabnya tapi yang pasti sifatnya yang berubah drastis itu bikin gue kesel sekaligus heran.

Heran karena gue bisa liat Ten bukan menghindar karena lagi marah, dia lebih kayak punya perasaan bersalah ke gue. Tapi apa? Dia ngga ngapa-ngapain gue perasaan.

Dan karena gue ngga bisa menahan rasa kepo gue lebih lama lagi, dengan tangan menyilang di depan dada, gue beranikan diri mendekati lelaki itu.
  

"Hey, what's wrong?"
  
  
Ten sedikit terlonjak waktu gue berdiri di depannya. Ia menatap gue agak lama sebelum menghela nafas berat. Ten kelihatan capek. Dia terlihat udah menyerah dengan keadaannya.

Tapi kemudian dia narik gue untuk duduk di sampingnya.
 
 
"We need to talk"

"Apa?"
 
 
Gue masih mempertahankan pose gue biar Ten ngerti kalo gue lagi kesel ke dia. Gue alihkan pandangan ke arah lain selain wajahnya. Padahal ya sebenernya gue kepo apa yang mau dia bicarain.
 

"Thanks for stayed by my side"
  
  
Suaranya yang lemah bikin gue menoleh. Ten menghelas nafas lagi seakan apa yang dia katakan selanjutnya adalah hal yang buruk.
 

"I have to go"

 
Gue mengerutkan dahi mendengar lanjutan perkataannya.
 
 
"Kemana?"

"Aku mau pulang ke Thailand. I'll stay there for long time"

 
And, yeah. Itu benar-benar buruk.
  

"Why suddenly?"
 
 
Sekarang gue bener-bener menatap Ten. Ada perasaan ngga ikhlas di dalem hati gue waktu tahu Ten mau pergi.
  
Ten tersenyum tipis seakan pergi adalah keputusan yang paling tepat menurutnya.
 

"Aku udah buat masalah disini dan aku ngga mau berurusan dengan dad lagi. I'll stay with my grandma there"
 
  
Dan entah kenapa gue sekarang berdiri di hadapannya, berharap bisa menghalangi dia yang bakal ninggalin gue. Gue butuh penjelesan buat izinin dia pergi walaupun gue tahu gue ngga berhak untuk itu.
 
 
"Buat masalah? Masalah apa sih Ten, aku ngga ngerti"

  
Ia mengerutkan dahi.
 
 
"Aku kira dad udah kasih tahu ke kamu"

"What?"
 
 
Ten ikut berdiri dan merogoh sakunya. Ia mengeluarkan sepucuk amplop darisana.
  
 
"Take this"
   
 
Gue menerima amplop itu dan Ten tersenyum sebelum menarik gue dalam pelukannya. Dia peluk gue erat banget seakan ini adalah kali terakhir dia melihat wajah gue.

Karena emang bener.

Setelah itu bel pulang berdering dan Ten bilang dia pergi ke bandara.
 
***

The Next Year.

"Dadah kakaak! Salam buat kak Taeyong!"

 
Lisa melambaikan tangannya dengan semangat walaupun beberapa tetes airmata kelihatan mengaliri pipinya. Untung ada Bambam yang sekarang tengah menepuk-nepuk pundak adek tiri gue itu.
 
Bambam juga tersenyum dan melambaikan tangannya waktu gue senyum ke dia.
 
 
"Iya iyaa. Daah"

PURE ; TenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang