Scripwritter Meikookies
“Karena kau adalah segala-galanya yang kumiliki.”—Jungkook.
🐰🐰🐰
“Jeon Jungkook—suamimu itu—dia sekarat.”
Ini adalah mimpi buruk yang tak pernah kuinginkan. Dua malam yang lalu sebuah kabar buruk datang menyapaku, bercengkarama dalam sakit yang membuatku kehilangan seluruh pijakan tentang Jungkook bahwa ia terluka dalam misinya. Empat puluh delapan jam lebih tiga belas menit terduduk di sebelahnya sembari mengengam erat jemari lemah milik Jungkook dengan tangis yang terus menerus keluar. Menyedihkan, kupikir aku adalah gadis bodoh yang lebih baik mati saja ketimbang menyebabkan seseorang yang paling mencintaiku terpaksa terbaring di brangkar rumah sakit dalam keadaan terluka parah. Semua ini, aku lah penyebabnya, kupikir begitu.
“Sudah dua hari.”
Sudah seberkian kalinya Jungkook mengusap pipiku untuk menghentikan air mata sialan ini terjatuh, meski begitu ia tetap tak mau berhenti barang beberapa jam saja. Hatiku terluka, terkoyak
dan aku jelas merasa amat frustasi akan diriku sendiri. Diriku terpaksa ditimpa rasa bersalah yang amat dalam. Aku menangis dan merutuki diriku sendiri dalam hening dan diam yang sunyi. Seharusnya aku tak melakukan hal biadap seperti ini pada Jungkook.“Maaf, ini pasti karenaku.” Menunduk, aku masih enggan menatap matanya. Sulit sekali ternyata. Jungkook tak menjawab, hanya jemarinya yang sibuk mengusak rambutku, memberi sebuah ketenangan. Ada secercah keberanian yang menantangku untuk menatap wajahnya, wajah sosok yang amat kurindui. Saat kepalaku terangkat, mencoba untuk menatapnya, senyum yang menguatkanku hadir di sana, mencipta desir hangat yang membuai. Aku berharap dia marah padaku,
entah mengapa sepertinya itu tak akan terjadi.“Aku baik-baik saja, percayalah. Tidak perlu khawatir. Ini hanya luka kecil.” Kupukul dadanya geram, tertembak di bagian dada, baginya itu luka kecil? Laki-laki ini benar-benar totol atau bagaimana sih? Hingga ketika suara ringisannya terdengar lirih dan lagi-lagi membuatku merasa bersalah. “Oh, mianhae.”
“Rasa sakit ini tidak sebanding dengan perihnya hatiku saat melihat surat gugatan perceraianmu hari itu.” Aku memaling wajah, seolah berharap Jungkook tak membahas hal ini. Perceraian bukan topik yang pantas diperbincangkan sekarang.
“Kupikir aku akan mati saja detik itu juga. Aku kehilangan sebahagian nyawaku, duniaku runtuh dan porak-poranda, dadaku sesak saat membaca kalimat demi kalimat konyol di atas
selembar kertas putih tersebut. Maka itu, kupikir aku harus kembali, apa pun caranya.”“Kupikir sudah saatnya.” Kalimatku membuatnya sedih, ia tahu aku sedang tidak dalam mood yang baik untuk membahas hal ini. Perlahan kulepaskan gengaman kami hanya untuk mengelak dan segera pergi dari tempat ini, namun sayangnya itu tidak
semudah yang kupikirkan saat Jungkook menarikku hingga aku jatuh menimpa tubuhnya. Mataku membias wajah kecewanya. Ia sedih, aku pun sama. Embusan napas kami saling menyatuh, bersahut-sahutan. Kendati tak sedikit pun membuatku ingin mengalah akan keegoisan ini. Aku jelas tahu bahwa ia tak akan bisa tanpaku, tapi perasaanku sudah pergi entah kemana, hanya sedikit yang tersisa untuknya.“Kalau kepergianmu hanya untuk menundaku untuk menjelaskan segalanya dan membiarkanmu menderita dalam pikiran-pikiran burukmu, kau salah besar. Kau akan kutahan di sini bersamaku.” Jungkook mendesak, ia menarikku naik di ranjang rumah sakit yang sempit agar bisa tidur
bersamanya. Panik, segera kudorong tubuhnya agar kami tak saling bertumpang tindih, namun percayalah bukan Jungkook namanya jika mau
mengalah di saat dia sangat menginginkan sesuatu. Apakah dia dia berniat menahanku sebagai tahanan cinta lantaran hatinya sudah kutawan dengan seenak jidat lalu kubuang tanpa penuh perasaan? Dasar Jungkook!
![](https://img.wattpad.com/cover/147263550-288-k403234.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KAPTEN JEON
Fanfiction(Collaboration Jeon_Mia and Noonameyy) ❝Pergi atau bahkan tetap tinggal. Cinta tak akan salah.❞ ©hyemi,2018