Empat belas~

3.1K 382 18
                                    

-oo0oo-

Aku mengambil koper yang ada di dalam lemari dengan susah payah. Perlu diketahui bahwa besok pemain GGS road to Baliiiiii yeeaaayyyyy akhirnya holiday walaupun sambil shooting tapi setidaknya bisa cuci matalah gak liat hutan lagi, hutan lagi dan dengan semangat 45 aku membuka pintu lemari keduanya.

Tangan kiriku berkacak pinggang dan tangan kanan mengetuk-ngetuk dagu, alisku saling bertautan untuk memilih baju yang bakalan di bawa ke Bali nanti. Ribet emang ya punya banyak baju tapi masih aja bingung.

"MAMAAAAAAAA!" teriakan cemprengku terdengar nyaring dari dalam kamarku yang tak tertutup pintunya.

"Berisik Kak!" omel Raja yang ada di kamarku main game di hapenya.

"Bodo. MAMAAAAAAA!" lagi dan lagi aku berteriak cempreng. Mama ada di kamar sebelah padahal tinggal samper aja tapi kayanya kaki mulusku lagi mager untuk bergerak.

Mama terlihat terburu-buru memasuki kamarku dengan membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Apa sih, Pril? Mama baru beres mandi!" Mama datang dengan menggelengkan kepalanya. Aku menyengir ke arah Mama memamerkan gigi putihku.

"Ma, pilihin baju!" rengekku dengan bergelayut manja di lengan Mama.

"Anjir. Gue kira lo mau ngapain ternyata mau di pilihin baju?" pekik Raja dengan sedikit berteriak. Aku menoleh kearahnya dengan mendengus kesal.

"Bodo ah!" jawab aku dengan nada ketus.

"Manja lo. Gak malu sama Bang Ali?" ucapan Raja membuatku kesal dan melemparkan sendal doraemon milikku ke arahnya yang langsung ngumpet di balik bantal.

"Eh eh, malah berantem apaan sih!" omel Mama meleraikan pertikaian antara aku dan Raja. "Udah ayo, Mama pilihin!" lanjut Mama yang membuatku memekik terlalu senang dan memeluk Mama dengan erat.

"Ma, Raja ikut gak ke Bali?" tanya Raja dengan terduduk dipinggir kasurku dan menghadap ke arah aku dan Mama.

"Emang gak sekolah?" tanya balik Mama masih fokus memilih baju-bajuku sedangkan aku melipat bajunya.

"Holiday lah Ma, Raja tuh udah bosen liat buku isinya tulisan semua!" gerutu Raja membuatku menoleh secara cepat.

"Namanya juga buku, ya udah pasti ada tulisannya. Ck!" jawabku dengan berdecak dan menggelengkan kepala pelan tak habis dengan fikiran adikku.

"Ya kali-kali gitu liat bodynya bule di Bal--"

Pletak!

Belum Raja selesai berbicara, aku melemparkan sebuah pulpen yang berada di dekatku ke arah kepalanya sehingga ia mengaduh sambil mengelusnya.

"Sakit bego, ish!" Raja menatapku kesal sedangkan aku hanya mencibirnya.

"Suruh siapa pikiran lo udah kemana-mana!"

"Pikiran gue di sini kagak keman---" lagi dan lagi ucapan Raja terhenti karna deringan handphone aku yang ada di dekatnya tepatnya di samping Raja duduk.

"Siapa Ja?" tanyaku menghampiri Raja.

"WIH BANG ALIIIII!" teriak Raja dan langsung berdiri melompat-lompat di atas kasur aku. Dengan cepat aku berlari untuk mengambil handphone ku sedangkan dia masih mencoba menghindar buat ngegeser tombol hijau.

Mama yang melihatnya hanya bisa terkekeh kecil. Aku mendengus kesal melihat Mama yang begitu santai.

"Raja ih siniiin!" teriak gue tapi terlambat, Raja udah ngegeser tombol hijaunya dan ia mengklik tomblo loud-speaker.

Cerita Kita[ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang