Sepuluh~

2.6K 441 20
                                    

-oo0oo-

Ucapan Ali begitu terngiang-ngiang di otak dan telinga gue. Seandainya aja gue lagi gak take mungkin aja gue udah nangis, walaupun gue satu scene dengan Ali, dia sama sekali gak ngajak gue bicara kecuali soal scene.

Gue terdiam menatap lurus ke arah lain, Ali sedang berbicara dengan pemain lain sedangkan gue hanya melamun tak berniat sekali pun untuk berbicara dengan mereka.

"Oke. Rolling and Action!" teriak Om Findo membuat semuanya langsung bersiap acting.

Gue mengikuti langkah Kak Mila dengan lunglai dan bahkan berlari saja kaki gue gak kuat rasanya.

"CUT!" teriak emosi Om Findo membuat semuanya menoleh.

"Apa lagi Om?" tanya Kak Dicky dengan nada kesalnya.

"PRILLY!!" sentakan Om Findo membuat gue sedikit terkejut dan menundukkan kepala gue takut. Gue merasa tangan Kak Mila mengelus bahu gue. "FOKUS DONG. NGELAMUN AJA!" teriakan emosi Om Findo.

Om Findo berjalan menghampiri kami lebih tepatnya Om Findo berdiri di hadapan gue. Tangan gue saling bermain kuku, mata gue gak kuat mau nangis. Tadi Ali nyentak gue terus sekarang Om Findo, selanjutnya siapa?

"Di pikir saya jadi sutradara gak cape apa? Teriak-teriak suara habis, kamu enak-enakan melamun!" Om Findo terdengar sangat emosi.

Gue butuh nyokap, gue butuh Ali. Mereka yang selalu menjadi penenang gue. Bahkan di saat gue di marahin Om Findo gak ada sekali pun yang membela gue kecuali tangan Kak Mila.

Ali mana? Dia malah berdiri tak jauh dari gue dan natap gue entahlah dengan tatapan gimana nya, yang jelas gue kecewa sama Ali yang gak membela gue sama sekali.

"Kemarin, yang harusnya kejar target malah pacaran. Sekarang, yang harusnya shooting dengan baik kaya biasa eh ini malah lunglai, lemes, ngelamun!" ketus Om Findo meleparkan naskah ditangannya di hadapan gue membuat gue sedikit terkejut dengan perlakuan Om Findo.

Gue mendongakkan kepala gue menatap sekitar yang tampaknya tak memperdulikan gue. Gue noleh ke samping ke arah Kak Mila, hanya Kak Mila yang menatap gue dengan tatapan sendu dengan segera gue memeluk Kak Mila dan menumpahkan segala tangisan gue.

"Udahlah, Pril. Harusnya lo gak usah nangis, terima aja orang salah lo!" ucap Kak Kevin dengan nada tak enak untuk di dengar.

"Kevin apaan sih!" omel Kak Mila.

"Gue bener kali, Mil!" sahut Kak Kevin mendengus kesal.

"Cengeng lo, kaya bocah!" suara Ali membuat tangisan gue mereda mencoba untuk mendengar baik-baik ucapan Ali barusan.

"Emang bocah kali, Li. Selama ini kan hidupnya penuh kemanjaan!"

"Iya ya, kapan dewasanya!"

Mereka menghujat.

Mereka menghujat.

Mereka menghujaaatttttt!!!

Tanpa menjawab ucapan mereka gue berlari ke arah mobil gue dan langsung masuk. Disana ada nyokap yang lagi main hp, gue memeluk nyokap gue dengan erat. Nyokap mengelus punggung gue dengan lembut.

"Jangan banyak melamun sayang, apa yang kamu pikirin nak?" suara lembut Mama membuat gue berhenti menangis dan melepaskan pelukannya.

Mama menghapus air mata gue dengan tissue yang ada di tangannya. Senyuman Mama membuat hati gue sedikit tenang.

"Kenapa sama hari ini, Ma?" tanya gue melirih.

"Gak pa-pa kok, cuacanya cerah!" jawaban Mama membuat gue terkekeh kecil, ya setidaknya masih ada tawa walaupun kecil.

"Serius dong, Mamaa sayangg!" rengek gue manja.

"Lagi pada ada masalah kali, kita harus berpikir positif aja ya!" ucap Mama menarik kepala gue dan di sandarkannya di bahu Mama.

"Ali tiba-tiba berubah, Ma!" ucap gue dengan suara pelan namun Mama masih bisa mendengarnya.

"Berubah gimana?" tanya Mama dengan nada bingungnya.

Gue menceritakan semua sifat Ali hari ini, awalnya yang biasa saja tapi tiba-tiba beda gitu saja. Tangan Mama mengelus-elus kepala gue.

"Menurut Mama sih Ali bener!" gue menegakkan tubuh gue dan menatap Mama tak percaya.

"Mama serius ngebela Ali?" tanya gue tak percaya.

Mama menganggukkan kepalanya dengan polos. "Emang kenapa? Bener kok, kan gak semua privacy Ali, kamu harus tau!" jawaban Mama membuat gue memejamkan mata gue dengan menahan air mata gue kembali.

"Mama mikir gak sih, Ma? Ali juga tau segala privacy aku bahkan dia tau semua password hp, sosmed aku Ma!" pekik gue dengan nada tak terimanya untung saja pintu mobil tertutup jadi tidak akan ada yang mendengar pekikkan gue.

"Sejak kamu berani nyolot?" pertanyaan Mama membuat gue reflex memegang bibir gue.

"Ma...Mam..Ma---"

"Mama harus pulang, bentar lagi Papa jemput!" pamit Mama dengan nada datarnya.

"Ini udah jam setengah 12 malem mah!" gue menahan tubuh Mama yang hendak keluar dari mobil.

"Kamu istirahat sana!" titah Mama dengan tersenyum tipis membuat gue semakin berasa bersalah.

"Tap..tapi---"

"Sana, good nite!" kecupan hangat mendarat di kening gue.

Gue memejamkan mata gue dan mencoba tersenyum tipis. Apa hari ini gue udah ngelaksanain kesalahan sefatal itu? Sampe buat semua orang di sekitar gue emosi bahkan Mama sampe nangis.

"Nite too, Ma. Prilly minta maaf!" balas gue setelahnya gue pergi meninggalkan mobil dan berdiam di luar menikmati angin semilir malam.

Perlahan air mata gue turun, teriakan Om Findo, kata-kata Ali bahkan hujatan-hujatan pemain GGS lainnya seakan berputar layaknya kaset yang berulang-ulang. Seumur hidup, gue gak ngerasain rasa sakit sepert ini.

Tangan gue mengepal menahan emosi yang gue tahan. Gue butuh seseorang, tapi sayang seseorang itu pergi melangkah menjauhi gue tanpa sebab.

"Prilly!" panggilan seseorang membuat gue menoleh ke belakang dan menghapus air mata gue dengan cepat.

"Kenapa Kak Egar?" tanya gue ke Kak Egar salah satu pekerja GGS.

Kak Egar Putra dia itu salah satu Disilovers yang selalu videoin gue dan Ali tanpa sadar. Di instagram dia banyak banget video gue dan Ali.

"Itu ada wartawan mau wawancara!" ucapnya sambil menunjuk ke arah belakang.

Gue mengernyitkan dahi gue bingung. "Kok malem-malem sih Kak?" gerutu gue ke arahnya.

Kak Egar mengangkat kedua bahunya kemudiam meninggalkan gue sendiri. Tanpa basa-basi gue kembali mengikuti Kak Egar, sesampainya disana gue melihat banyak wartawan mengantri. Dengan gerak cepat gue berjalan menghampiri mereka.

"Hai semua!" sapa gue tersenyum ramah.

"Hai Prilly!" jawab mereka serempak.

"Ada apa nih?" tanya gue bingung.

"Kita pengen ngeliput nih, Pril!"

"Ngeliput apa? Kok tengah malem sih!" gue terkekeh tak habis pikir dengan pekerjaan wartawan, tengah malem saja masih sempet-sempetnya ngeliput.

"Ngeliput ulang tahun kamu!"

-oo0oo-

Hallo doubleee Up nihh ada yang req minta double Up😋😋
Nanti lagi ah ulang tahun Prillynyaa mau di specialinnnn😝😝😝

Eh inget ya ini cerita campuran antara Real dan Fiksi👌. Jangan ada yang nganggap serius karna biasanya udah serius malah dimain mainin😔

Vote&commentnya dong😋

Baca cerita aku yang lainnya juga yaaa jangan lupaaa😆

Cerita Kita[ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang