1

2 0 0
                                    

"selamat pagi kak siska," sapa ira saat memasuki ruang kerja siska. Dia adalah pemilik kos tempat tinggalnya saat ini.

Siska tersenyum saat melihat siapa yang datang. Lalu dia mempersilahkan ira masuk.

"ada apa?" Tanya siska kembali menekuni beberapa kertas desain gaun buatannya, sepertinya. "tumben kamu ke sini"

"ayo segera sarapan kak." kata ira sambil meletakkan nampan berisi nasi goring telur buatannya lengkap dengan beberapa potong buah dan segelas jus jeruk. "Aku khawatir magh kak siska kambuh lagi karena telat makan,"

"wah.. baunya sedap," kata siska. Lalu berjalan menghampiri ira atau lebih tepatnya masakan yang dia bawa. Tanpa babibu, siska langsung menyuapkan sesendok nasi goring ke mulutnya. "hmm.. ternyata memang enak. Buatan mu?"

"siapa lagi?" kata ira memutar bola matanya yang berwarna biru terang. Mana mungkin adik kutu buku mu itu yang masak.

"oh ya, rio sudah bangun? Dia juga sudah sarapan?"

"entahlah, dari tadi pagi aku belum melihatnya sama sekali" jawab ira tanpa mengalihkan pandangannya. Ruang kerja kak siska memang berantakan. Di atas meja kerjanya yang menghadap kearah jendela, terdapat beberapa lembar kertas saling menumpuk disana, lengkap dengan alat tulisnya. Sebuah laptop tampak menyala dengan gambar sebuah gaun putih. Seperti gaun pernikahan wanita.

"ahh.. dasar mata empat, jangan-jangan dia masih belum bangun. Apa dia nggak takut terlambat ke sekolah?" gerutu kak siska membuyarkan investigasi amatir ira.

Meskipun siska masih menggerutu, dia tetap tidak beranjak dari tempat duduknya sambil menikmati sarapannya.

"ish.. kak siska ngomong gitu seolah hanya dia yang memakai kaca mata di rumah ini," sindir ira.

"ups.. " siska hanya nyengir sambil melepaskan kaca matanya dan menggantungkannya di kerah bajunya.

"udah ahh.. aku berangkat dulu. Jangan lupa dihabiskan ya sarapannya," kata ira sambil berjalan keluar kamar.

"ir.."

Ira menoleh, "ada apa?"

"tolong bangun kan rio ya.." kata siska yang telah selesai dengan sarapannya. Lalu kembali ke meja kerjanya sambil membawa segelas jus jeruk yang belum sempat diminum. "pekerjaan ku masih belum selesai"

Ira mengangguk.

Dia cukup paham kondisi kak siska. Rambut hitam panjang yang biasanya terurai indah kini tampak digelung dengan sedikit asal, lengkap dengan beberapa helai rambut yang tampak bandel keluar-keluar. Kak siska yang biasanya tampak segar, kini wajahnya tampak kusut lengkap dengan mata pandanya.

Saat ira akan melangkah ke pintu keluar, pandangannya tertuju pada beberapa remasan kertas yang tercecer di lantai. Siska akan mengambilnya. Namun dia cukup terkejut saat melihat tempat samapah yang cukup penuh dengan kertas yang dijejalkan disana.

"biarkan saja disana" kata siska.

"kamar kakak benar-benar kacau," kata ira.

Siska tertawa, "nanti akan ku bereskan maam, tenang saja."

Ira mengabaikan kak siska. Lalu berjalan ke kamar rio yang berada di lantai 2.

Sebenarnya kamar mereka berhadapan. Bisa saja pagi ini ira membangunkan rio, mengajaknya sarapan bersama layaknya keluarga. Namun itu tidak mungkin terjadi. Bukannya ira tidak peduli, namun ira agak malas atau lebih tepatnya sedikit takut berhubungan dengan orang yang agak kaku seperti dia.

"rio bangun.. sudah siang lho.." kata ira sambil mengetuk pelan.

"rio.." panggil ira sekali lagi. Belum sempat ira mengetuk untuk yang kedua kalinya, rio yang memiliki postur tubuh yang lebih tinggi dari ira sudah membuka pintunya.

kunang kunang (versi panjang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang