Dua.

8 3 0
                                    

"Ibu harap kamu bisa mengerti ratna, kamu adalah satu diantara yang lainnya yang mempunyai sifat kedewasaan. Ibu yakin cepat atau lambat kamu bisa mempengaruhinya menjadi lebih baik." ucap Bu Naura dengan ekspresi memohon.

"Saya-"

"Sekarang kamu sudah boleh ke kelas, lanjutkan kegiatan belajar kamu."

Hah?

"Baik bu, saya permisi."

Tidak bisakah dia bertanya dulu kepadaku, aku mau atau tidak? Aku sanggup atau tidak? Bahkan mungkin hanya untuk basa-basi? Hhhh.

Aku melangkah gontai memikirkan perkataan bu naura, bagaimana bisa aku disuruhnya untuk menuntun seorang laki-laki nakal agar berubah menjadi baik. Tidak semudah itu tau! Lagipula kalo malah aku yang kena semprot sama anak itu bagaimana? Diancam yang tidak-tidak, lalu-

"Ratna."

Aku yang masih menggengam kenop pintu membalikkan badan kearah bu naura yang kurasa menyebut namaku.

"I-Iya bu."

"Ibu tidak menerima penolakan untuk hal ini, Mengerti?"

"Iya bu." aku mendesah pelan menuju kelasku 7.1 yang berada di lantai 2.

Kenapa harus gue sih? Tidak adakah osis senior yang ingin mengurusi bocah itu, lagipula kan ada teman seangkatannya, kenapa tidak mereka saja? Gue hanya gadis kecil yang mempunyai jabatan osis amatir, tak bisakah kalian melihat itu? Arrghh!

***

"Namanya galih Wijayanto, kelas 8.5 yang berada di lantai 3 dekat toilet laki-laki. Astaga letak kelasnya saja sudah membuatku takut setengah mati, nenek bilang gue harus selalu berhati-hati karena zaman sekarang kasus apa saja boleh terjadi. Yaampun bagaimana ini? Tapi gue harus melaksanakannya, baiklah jangan jadi pengecut ratna. Lakukan sebagaimana mestinya." Batinku pelan.

"Bagaimana caranya menarik perhatiannya ya? Mungkin pertama-tama gue harus menjadi temannya, karena bagaimanapun juga karakter kita terbina dari bagaimana lingkungan sekitar memperlakukan kita bukan?"

"Cari siapa?" sosok lelaki yang gagah nan rupawan menatap datarku yang berdiri didepan ruangan kelas.

Eh, bukan kelas. Tapi ini toilet?! Hah? Apa bisa diulangi?
To-toilet?!
To-toilet laki-laki?!

"Ti-tidak kak, sa-saya cuma-" sial, benar-benar sial aku hari ini. Kenapa harus berhenti ditoilet. Toilet laki-laki. Toilet senior pula. Mati gue.

"dasar gajelas, caper banget jadi adek kelas. Gatau diri ya?" tatap sinis lelaki itu.

Anjir. Ingin berkata yang lebih kasar.

"Heh, kalo ngomong tuh dijaga ya?! Suudzon aja bisaannya, kalo gatau nanya dong gausah fitnah! Gausa sok belaga senior disini, inget lo baru kelas 8, masih ada senior diatas lo, yee belagu." balasku emosi, yang ditanggapi dengan kerutan alis dan langkah gontainya menuju lantai bawah. Dasar tengil. Sok cool. Aduh tapi emang cool sih, duh njr. Untung ganteng, jadi dibacotin doang. Coba jelek? Udah abis lo gue pepes! Batinku geram.

"Eh cantik, ngapain disini? aduh nunggunya jangan disini dong nanti aku juga ke kelas." ucap lelaki yang baru keluar dari toilet, perawakannya gagah dengan sorot mata yang tegas.

Paansi lo, kenal juga kagak dah.

"Duh, kok malah ngelamun nanti kesambet loh!"

Eh kutil enak banget nyak kalo ngomong?!

"Ayoo, udah ke kelas." ucap lelaki itu hendak menyentuh tanganku, aku tepis, namun gagal.

"Lepasin tangan cewe itu." suara serak basah menyelimuti keheningan kami berdua sesaat.

***

O

ke, jangan sungkan buat ngasih saran ya.
Aku butuh kaliannn:')
Jangan lupa vote+coment,
see you -adsss.


Vivere.Where stories live. Discover now