Purpose

12 3 6
                                    

"Dalynne?" Ini sudah yang ke lima kalinya Mark manggil.

Cewek bernama Dalynne itu berlagak gak denger. Dia sibuk main PSP dan mengabaikan cowok tampan di hadapannya.

"Dalynne, woy! Masih ada gue yang bernapas depan loe. Kok PSP terus sih yang diperhatiin?" Mark gak tahan juga akhirnya.

Dalynne ngembusin napas kesal. Disimpennya PSP ke samping. Dia ngangkat kepala terus nanya, "Apaan?"

Sebenernya Mark frustrasi akhir-akhir ini. Sikap Dalynne ke dia berubah-ubah mulu. Waktu pertandingan karate minggu lalu, Dalynne baik-baik aja. Kenapa sekarang dingin lagi?

"Gue suka sama loe, tau kan?" kata Mark pas udah jongkok depan Dalynne.

Dalynne berusaha nahan gejolak di hatinya dan bersikap sedingin mungkin.

"Ya, terus?"

"Kita pacaran, ya?"

Dalynne narik sebelah bibirnya. Senyum miring pun dianggap cantik sama Mark mah.

"Apa yang loe suka dari gue, Kak?" ciee, kakak. Biasanya Dalynne gak sopan manggil cowok di depannya pake nama aja.

"Cinta gak perlu alasan spesifik, Dalynne. Yang penting gue suka, dan selamanya bakal gitu."

"Gue gak kayak cewek lain, yang bisa merhatiin loe kapan aja."

"Iya, Dalynne. Gue tau."

"Gue juga bukan tipe orang yang mudah bilang cinta."

"Iya, Dalynne. Biar gue aja yang ngucapinnya. Tugas loe cukup diam di hati gue dan tetap biarin gue di dekat loe. Itu aja udah cukup."

Dalynne diam. Dia natap manik mata Mark. Mata itu berbinar. Gak tau kenapa, Dalynne ngerasain ketulusan di sana. Mark genggam tangan Dalynne, dan sukses bikin si cewek gemeteran.

"Kalo aja ada yang nanya gue suka apa, jawabannya cuma satu. Kang Dalynne."

Sumpah! Cowok tampan itu jago banget gombalnya. Dalynne yang baru pacaran sekali ini bisa apa? Keringat dingin mulai bercucuran. Pengen banget Dalynne ngumpatin apa aja sekarang ini.

"Jadi?" Mark nungguin jawaban yang bakal Dalynne lontarkan dengan harap-harap cemas.

"Ada yang pernah bilang, kalo jantung gue deg-degan setelah pertemuan ke dua, itu sudah pasti namanya cinta. Tapi, gue tetep gak bisa semudah itu mengklaim suatu perasaan. Jadi, bisa tolong yakinkan hati gue buat milih loe?"

Mark tersenyum senang. Spontan dia mencium tangan Dalynne, lalu berkata, "Hal itu bakal terjawab, Dalynne. Jangan khawatir. Jadi, ini hari pertama kita?"

Dalynne mengangguk ragu. Meski gak ada senyum di sana, tapi percaya saja kalo hati Dalynne bersorak senang. Mungkin, ini saatnya melupakan Jongup dan memulai kisah bersama Mark Tuan. Oke, Dalynne gak jomblo lagi. Tapi, Dalynne sadar kalo pacarnya itu salah satu cowok yang banyak dikejar para cewek. Mudah-mudahan gak ada kata cemburu dalam kamus Dalynne.

"Terus, gimana sama mereka?" Dalynne nunjuk sekumpulan gadis yang berdiri gak jauh darinya. Mereka saling berbisik-bisik.

"Apa hubungannya sama mereka?" Mark mengernyit bingung.
Dalynne mutar bola mata jengah. Mark ini polos atau emang gak peduli?

"Gue enggak peduli, Dalynne." Nah, loh? Kayaknya Mark bisa denger isi hati Dalynne. "Yang jalanin hubungan kan kita. Ngapain mikirin mereka?

Iya juga. Tapi, Dalynne tetap belum tenang. Gimana kalo tiba-tiba mereka ngebuli? Hey! Sejak kapan Kang Dalynne takut sama hal gituan?

"Ya, udah," kata Dalynne akhirnya.

"Ya, udah apa?"

"Ayo pergi."

"Ke mana?"

"Ujung dunia!"

"Hah?"

Dalynne bangkit. Dia jalan lebih dulu. Senyumnya terbit, manis banget sampe mata sipitnya berubah kayak bulan sabit.

"Dalynne, tungguin!" Mark gandeng tangan pacar barunya.

Dalynne sempat kaget. Mau lepasin, tapi Mark makin erat genggamnya. Jadilah Dalynne pasrah jadi tontonan orang di kampus.

Di depan lab, JB berdiri sambil ngepalin tangannya. Gak lama, ototnya mengendur dan senyumnya terbit. Gak rela sih iya. Tapi, mau gimana lagi? Ceweknya udah milih yang lain kan? Sekarang JB cuma bisa doain hubungan mantan pacar dan sahabatnya berjalan lancar. Udah, itu aja.

***

"Sayang, tau gak?" Ariana nanya pas lagi makan di kantin sama Jongup.

"Enggak." Jongup cuek aja masukin makanan ke mulutnya.

"Ih kamu mah. Ituloh, katanya Dalynne pacaran sama Mark."

"Uhuk!"

Jongup keselek. Buru-buru Ariana ngasih minuman sambil nepuk punggung pacarnya.

"Pelan-pelan donk. Sebegitu kagetnya, ya?"

Jongup neguk abis airnya. Abis itu dia diem. Emang gak percaya kalo Dalynne mau pacaran. Setaunya dia masih trauma. Dan setaunya juga kalo Dalynne suka sama dirinya. Tapi, Bung! Jongup harus mikir ulang, kalo dia aja bisa pacaran sama Ariana, kenapa Dalynne enggak bisa pacaran sama Mark?

"Kamu sedih?"

"Hah?"

Pertanyaan Ariana bikin Jongup balik ke dunia nyata. Apa dia sedih? Dia juga bingung sama jawabannya.

"Abisin makanannya. Aku anter kamu pulang."

Ariana nurut aja. Kalo percakapan ini dilanjutin, yang bakalan sakit hati adalah dia sendiri.

'Jadi, apa gue sedih?'

*****

Dalynne Defsoul

All about twinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang