Fallin in love?

25 5 13
                                    

"Ah, sial. Gegara Jongup pan gue musti nyari taksi buat pulang. Si Daniel juga pake acara mau ngeliat Lae Na latihan." Dalynne ngegerutu sepanjang jalan dari kelas menuju gerbang kampus.

Jongup gak bisa nganterin pulang karena harus jalan bareng Ariana. So, mau gak mau Dalynne terabaikan. Sakit? Banget!

"Dalynne!" Ada cowok manggil sambil lari-lari. Dia ngos-ngosan ngatur napas pas Dalynne nengok.

"Apa?" tanya Dalynne. Tangannya disilang di dada. Ini ampe bingung, siapa yang senior dan siapa yang junior. Dipikir-pikir, si Dalynne gak sopan pake banget.

"Bareng gue, ya." Itu Mark. Cowok yang gak ada lelah-lelahnya ngajak Dalynne pulang bareng.

"Tapi...."

"Kan sekarang gak bawa motor. Ayo!" Mark narik tangan Dalynne ke parkiran. Duh, ada apa lagi dengan hati ini?

Sepanjang karir (?) Mark ngejar Dalynne, baru kali ini mereka skinship. Rasanya nano-nano gitu. Waduh, muka pucet Dalynne pake merona segala. Jadilah tu cewek nunduk ampe gak sadar mereka udah sampe parkiran. Mark juga manggil berkali-kali buat ngasihin helm, tapi Dalynne gak nyahut. Akhirnya, Mark pasangin kan tuh helm-nya. Udah kayak drama oppa-oppa yang romantisin ceweknya.

'Ini kenapa? Jantung gue bermasalah keknya. Musti ke rumah sakit abis ini.' Polos banget isi hati Dalynne.

"Pegangan!" pinta Mark.

"Udah," ucap Dalynne.

Mark ngangkat alis kirinya. Udah? Pegangan ke mana? Pas nengok, ternyata tangan Dalynne megang pegangan belakang jok. Yaelah, gagal dah modusin gebetan. Gapapalah, Dalynne mau dibonceng aja udah peningkatan yang besar. Mark jalanin motornya hati-hati. Gak pelan, gak ngebut. Nyantai aja.

"Mau nyampe ke rumah gue jam berapa, Kak? Siput amat," protes Dalynne. Dia mah biasa jalanin 80 km/jam, jadi dibawa 40 km/jam bahkan ampir 60 aja kayak pelan banget. Padahal itu udah kecepatan rata-rata.

"Masih sore ini." Mark belok kiri pas nyampe persimpangan.

"Rumah gue di kanan, Kak."

"Gue tau."

"Lah, terus?"

"Mau ajak loe nonton. Anak-anak pada gosipin Dilan. Gue jadi penasaran."

"Tapi, gue enggak. Balik dah!"

"Lah, ini pan motor gue. Suka-suka gue donk."

"Sialan loe."

Akhirnya Dalynne nurut. Nonton Dilan? Dih, kekinian banget. Tapi, lumayanlah buat hiburan. Jadi, Dalynne iyain aja. Toh, gratis, 'kan?

****

Bioskop penuh banget hari ini. Tapi, untungnya Mark udah beli tiket dari kapan hari, jadi mereka cuman tinggal masuk dan duduk manis buat nonton film terlaris tahun ini.

Mark ngasih popcorn yang diterima senang hati oleh Dalynne. Suasananya mulai mencair. Meski masih ada sisa jutek Dalynne, tapi itu cuman dikit. Keseringan Mark gangguin Dalynne yang lagi fokus ke layar. Dalynne-nya cuman melotot dan Mark ketawa pelan.

'Milea, kamu cantik. Tapi, aku belum mencintaimu. Gak tau kalo sore.'

Entah kenapa, kalimat gombalan Dilan itu bikin Dalynne senyum-senyum. Mark seneng liatnya. Dia bukan nonton Dilan, tapi nonton Dalynne.

'Milea, jangan rindu.'

'Kenapa?'

'Berat. Kamu gak akan kuat. Biar aku aja.'

'Hehehe'

Dialog Dilan yang satu itu jadi viral di mana-mana. Pantes aja cewek-cewek pada baper. Dilannya gitu sih.

"Ada, ya cowok ngasih kado TTS yang udah diisi ke gebetannya dan bilang supaya ceweknya gak mikir keras buat isi jawabannya," ucap Dalynne pas mereka keluar bioskop.

"Loe mau gue gituin?" goda Mark.

"Apaan sih."

"Dalynne, kamu cantik. Dan aku sudah mencintaimu sejak sore dua taun lalu."

Apadah Mark ini. Kenapa ikutan bikin baper kayak si Dilan? Kan jantung Dalynne makin gak karuan. Fix ini mah musti ke rumah sakit abis dari sini.

"Langsung pulang?" tanya Mark. Dia senyum ngeliat Dalynne diem dengan pipi merona.

"Ke rumah sakit."

"Loe sakit?"

"Mau nemuin Mama."

"Oh, oke."

Mark tau mamanya Dalynne itu dokter bedah. Pokoknya Mark tau semua tentang Dalynne termasuk riwayat dan silsilah keluarganya.

****

"Makasih buat hari ini, Dalynne. Jangan rindu, ya. Berat. Meski kamu kuat, tapi biar aku aja." Mark ngegombal terus. Pake aku-kamu lagi.

"Pergi, ah. Capek gue."

Mark ketawa aja diusir Dalynne. Hari ini menyenangkan. Sangat! Dia pulang dengan hati penuh bunga. Cieee!

Dalynne senyum-senyum gak jelas. Dia megang dadanya, makin kenceng aja bunyi jantung. Perasaan, sama Jongup gak gini-gini amat. Dalynne heran.

"Loh, Dalynne? Ngapain di sini?" tanya Mama Hyera yang kebetulan ada di depan meja informasi.

"Mau ke dokter jantung, Ma," jawab Dalynne.

"Dalynne sakit, Nak?" Mama Hyera langsung khawatir.

"Di sini, Ma. Jantung Dalynne bunyinya cepet banget. Dalynne takut ada kelainan."

Mama Hyera ngerutin kening, terus nanya, "Dalynne abis jalan sama cowok?"

"Kok mama tau?"

"Astaga, haha!"

Dalynne heran, kenapa mamanya ketawa? Bukannya khawatir anaknya kena gagal jantung.

"Sini deh." Mamanya narik Dalynne buat duduk di kursi tunggu.

"Itu namanya Dalynne lagi jatuh cinta," ucap Mama Hyera dengan tenangnya.

"Apaan sih, Ma? Jatuh cinta sama siapa?" Dalynne nyangkal.

"Sama cowok yang tadi jalan sama Dalynne lah. Masa sama Daniel."

Dalynne langsung diem. Gak mungkin kan? Masa iya Dalynne jatuh cinta sama Mark, padahal selama ini dia jutekin seniornya itu. Bingung kan tuh.

"Dalynne jatuh cinta, ciee." Ah, si Mama pake godain anaknya pula.

Dalynne makin aneh aja sama perasaannya.

"Udah ah, Dalynne pulang."

"Loh, gak jadi ke dokter jantung?"

Dalynne decak kesal. Mamanya itu setipe sama Daniel. Suka godain ampe sasarannya malu semalu-malunya. Dalynne pergi dari rumah sakit dengan perasaan campur aduk. Dia harus mastiin semuanya besok supaya terdengar masuk akal.

"Cih, jatuh cinta apanya?"

****

Ciee yang gak nyadarin perasaannya sendiri....

Ini setting di negeri antah berantah. Sometimes di korea, sometimes di indonesia. Senyamannya yang nulis ajah hha...

Jakunnya menggoda, btw. Hhhhh

이 래 나

All about twinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang