Abah

9.4K 124 3
                                    

Malang, 1 September 2015
Di Kelas
"Sarah Mawlay ?" kata Bu Siti mengabsen. "Hadhirah !(hadir)" aku menjawab. Kemudian Bu Siti datang menuju bangku ku dan bertanya " Kamu anaknya Kyai Hasan ?", " Mmm, iya bu " . " Ooh nanti ikut ibu ke ruangan ibu yaa !!". "Inggih bu... ", turutku.
Bu Siti pun kembali maju dan menerangkan pelajaran tafsir yang sedang kita mulai bersama.
  ***
Siapa sih yang gak ngerasa kalau lagi dilihatin. Akupun menoleh ke arah kanan. Jauh . Dia duduk dekat tembok. Ku kira di tidak sedang melihati ku. Ah, aku keliru !! Kriiing kriiing ... Bel tanda berakhirnya pelajaranpun terdengar, berakhir pulalah risihku dari pandangan anak itu. Aku tak mengenalnya, tapi kata Warda teman sebangkuku, namanya Hamid. Anak kesayangan para guru karena kepintarannya .
  ***
Semuanya berebut keluar kelas. Sementara aku masih ingin duduk menunggu pintu kelas sepi, agar tak berdesakan. Sebenarnya, aku ini anak baru di Pesantren ini. Abah sengaja memindahkan ku ke sini agar mudah berkunjung. Karena pengasuh Pondok ini adalah sahabat Abah sendiri, beliau adalah Kyai Manshur.
"Sarah !!" . Suara keras itu memanggilku saat aku sudah berada di luar kelas. Suara laki laki. Mungkin suara Hamid. Dia datang menghampiriku, dan akupun menoleh.
"Iya ?? " aku menjawabnya, oh dia bukan yang dipanggil Hamid seperti kata Warda tadi.
"Kenalin, namaku Reza !!", katanya sambil mengulurkan tangan pertanda salam kenal.
"Aku Sarah, salam kenal", namun aku tak menjabat tangannya. Buka mahram.
"Oiya, lupa !!" diapun menggaruk kepalanya yang tak gatal, karena lupa kalau aku dan dia bukan mahram.
***
Akupun mulai berjalan menuju ruangan Bu Siti ditemani Warda.
"Mau kemana sarah ??" ternyata dia mengikutiku.
"Mau ke ruangannya Bu Siti .. "
Jawabku.
"Boleh ikut ?"
"Mmm, monggo !! "
"Kau ini Re, mau tau aja urusan orang" timpal Warda.
"Sarah gak keberatan kan ?" tanya Reza.
"Sudahlah War, biarkan, mungkin biar kita akrab ... " kataku.
"Hhhhh, tuh Warda, dengerin temennya bilang ... Sarah aja gak keberatan !! " Reza tertawa puas.
"Sarah emang baik Re !! " nada Warda sedikit meninggi.
"Sudahlaaah, saya ini kan baru kenal sama Reza, ya mungkin biar akrab. Jadi kamu mau ikut anter aku ke ruangannya Bu Siti Re ?? " tanyaku.
" Bentar lagi sampe ko Sarah... "
Aku berjalan terus bersama Warda menuju ruangan Bu Siti, sementara Reza barjalan di belakang kami.
"Nah, ini dia ruangannya, silahkan masuk Sarah ... " kata Reza sambil membukakan pintu dan tersenyum lega .
"Maturnuwun (terimakasih) " Jawabku tersenyum. Aku segera menemui Bu Siti.
"Kau ini apa apaan Re ?! Senyam senyum daritadi ngeliatin Sarah. Suka kau ya ? " tanya Warda.
"Kau itu yang apa apaan War, baru ketemu masa udah suka sukaan !! " Reza tersenyum sinis.
"Duh Re, sudah jelas dari wajah tengil kau itu, kalau kau memang mulai suka sama Sarah !!" bentak Warda.
"Sungguh sempurna !!" kata Reza pelan sambil berlalu.
"Hiisy, memang Sarah itu cantik kali !! " lirih Warda.
***
Di Ruangan Bu Siti.
"Jadi begini neng (panggilan untuk anak perempuan Kyai), biasanya di pondok ini kalau santrinya itu anak dari teman atau kerabat Pengasuh itu kelasnya beda. Kelasnya ikut sama putra Pengasuh, tapi hak itu dikembalikan sama masing masing perorangannya... " jelas Bu Siti.
"Ooo, yaa, saya ikut Abah saja bu,
Apa boleh Sarah telfon Abah, Mungkin hanya untuk meminta pendapat beliau saja" minta ku.
Ceklek..
Suara pintu terbuka,
"Assalamualaikum...",
"Waalaikumussalam..." aku dan Bu Siti menjawab bersamaan. Aku menoleh ke arah pintu, dan ternyata yang datang adalah Kyai Manshur, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Huda ini. Aku segera berdiri untuk memberi hormat dan tersenyum tipis.
"Kamu anaknya Hasan kawan saya itu ya ?" tanya beliau.
Aku hanya tersenyum dan spontan mengangguk.
"Mmmm, kalau begitu kelasnya gabung sama anak saya saja ! Bagaimana ?"
"Inggih..." jawabku sambil menatap beliau. Aku melihat lelaki yang mengintip dari balik beliau. Kelihatannya dia Hamid. Apa yang dia lakukan disini ?.
"Nanti biar aku yang bilang ke Abahmu, Bu Siti yang uruskan. Ya Bu ?? "
"Oo, gampang Pak Kyai. Biar saya yang bereskan !" kata Bu Siti bersedia.
Sekali lagi aku hanya mengangguk dan tersenyum. Aku kembali menatap Hamid yang masih berdiri di belakang kyai. Aku masih bingung. Apa mungkin dia anak Pak Kyai ?. Ah, bisa jadi. "Ooo, Hasan, aku bertemu anakmu sekarang" suara lantang Kyai Manshur memecah lamunanku.
"Ya ya, dia sudah aku urus biar kau makin mudah kalau hendak menjenguknya, bagaimana ?" tanya beliau lagi.
Mungkin, Abah yang berada di ujung telpon menyetujui pendapat beliau.
"Baiklah, Waalaikumussalam..." jawab beliau mengakhiri percakapan lewat telpon itu.
"Sarah, nanti seusai berjamaah Maghrib datanglah ke rumah ... "
Perintah beliau dengan tegas.
"Inggih Kyai ... " jawabku sambil ragu.
***
Setelah Berjamaah Maghrib
Karena sungkan. Akhirnya aku memberanikan diri berjalan menuju rumah Pak Kyai tepat waktu. Rumah beliau berada di luar komplek Pesantren Putri, jadinya aku harus melewati Pesantren Putra terlebih dahulu untuk sampai ke rumah beliau.
Di tengah tengah perjalanan. Saat aku melewati Pondok Putra.
"Assalamualaikum...". Aku mempercepat langkahku. Takutnya dia cuma orang iseng yang punya niat jahat. Aku hanya menjawab salamnya dalam hati.
"Sarah... Mau kemana ? ". Dia mengikutiku. Kok tau namaku ya ?. Berhenti enggak berhenti enggak berhenti. Akhirnya aku berhenti. Namun aku tak berani menoleh. Dia juga berhenti.
"Sarah Mawlay, mau kemana kamu ?". Suara itu memanggil nama lengkapku. Aku langsung menoleh dan... Syukurlah ternyata dia
"Reza, " kataku terkejut.
"Aku mau ke rumah Pak Kyai, mau antar ?? " tanyaku.
"Nah, kebetulan nih. Bareng aja !"
"Ngomong ngomong kamu ada apa mau ke rumahnya Pak Kyai ?" tanyanya. "Aku dipanggil beliau" jawabku malu malu. "Kamu?" "aku memang setiap setelah maghrib ke rumah Pak Kyai..." Akhirnya Reza berjalan didepan dan aku mengikutinya.
Lima menit sudah perjalanan kami ke rumah Pak Kyai. Sambil berbincang hangat. Ah, Reza menyenangkan. Aku hanya tersenyum dengan pandangan kosong.
"Assalamualaikum Hamid.." kata Reza pada Hamid yang sedang duduk di teras rumah Pak Kyai. Hamid senyum juga padaku. Akupun senyum balik. Tuh kan, Hamid ada disini, benar dia anaknya Kyai.
"Waalaikumussalam Gus (panggilan untuk anak laki laki Kyai) Re.." jawab Hamid. Loh, Gus?? Berarti ...
"Abah ada mid ?"
"Ada Gus.."
"Sudah pulang dari surau ?"
"Sepertinya sudah Gus.."
"Ayo masuk Sarah !" ajak Reza.
"Mari Gus" jawabku.
"Sarah, panggil aku Reza aja !"
Aku cuma bisa senyum. Sejak percakapan 5 menit tadi aku lebih sering membalas kata kata Reza dengan senyuman.
  ***
"Assalamualaikum bah.."
"Waalaikumussalam Re.. Sendiri kamu nak ?"
"Re tadi ketemu Sarah bah, katanya mau kesini. Yasudah Re ajak bareng" jelas Reza sambil nyengir.
"Monggo duduk Sarah..." kata Reza.
Aku pun duduk.
"Jadi Sarah, tadi Abahmu telpon lagi ke saya. Abahmu bilang besok mau jenguk ke sini. Katanya mau berangkat Haji ya?" tanya Pak Kyai.
"Ooh, iya kyai. Abah pernah bilang kalau hendak pergi Haji. Tapi sarah gak tau Abah hendak berangkat kapan."
"Kalau begitu, biar Abahmu saja yang jelaskan sendiri. Bagaimana kalau malam ini kamu tidur disini saja !? Sudah saya siapkan kamar tidurnya. Re, kamu tadi sudah suruh Mbak Ajeng buat nyiapin kamar tamu kan ?"
"Beres bah, sudah siap semuanya.." jawab Reza.
"Sarah, apa mau lihat kamarnya dulu ? Nanti kalau sudah isya' kita jamaah bersama di ruang sholat di lantai 2 ... " jelas Pak Kyai sekali lagi .
Aku mengangguk dan
" Terimakasih banyak Kyai"
"Sudah nduk!! Gak usah sungkan sungkan, anggap saja rumah sendiri ! Abahmu itu kawanku"ujar beliau.
"Bah, biar Sarah nemenin Reza disini aja bah yaa ?! Boleh ?"
"Loh Re, kamu itu gimana toh ?! Kamu itu bukan anak kecil lagi, mana boleh berduaan dengan perempuan !!"
"Yasudah Kyai, saya masuk kamar dulu, permisi" aku cuma senyam senyum sendiri dengerin permintaan Reza yang kayak anak kecil.
"Monggo nak monggo!! " timpal Pak Kyai.
Aku pun masuk kamar diantar Mbak Ajeng. Abdi ndalem.
"Itu, kamar mandinya ada di pojok neng. Kalau mau berenang mungkin, disitu pintunya. Lah kalau pintu yang sebelah situ janga dibukan yah neng" terang mbak Ajeng.
"Oooh, iya mbak !! Terimakasih ..." kataku .
Kenapa dengan pintu itu ? Aku masih bertanya tanya. Ah, lebih baik aku ambil air wudlu saja. Kemudian aku segera mengaji sambil menunggu adzan Isya'.
***
Allahu Akbar Allahu Akbar ...
Suara adzan Isya'pun terdengar.
Tok..tok..tok...ceklek..
"Sarah.."
"Reza..."
"Monggo berjamaah dilantai dua. Sama aku ..."
"Sama Abahmu juga kan ?"
"Yaiyalah Sarah ..."
Saat itu aku menggaruk kepalaku yang tak gatal sambil nyengir malu.
***
Seusai jamaah
"Re, habis ini ajak Sarah makan malam, habis itu coba kamu ajak dia bicara, biar akrab juga biar di gak sungkan. Ya ?!" bisik Kyai pada Reza.
"Siap bah..."

GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang