***
Kadang aku menerawang kehidupan yang sudah kulalui sejauh ini. Betapa banyak cobaan dan rintangan yang aku hadapi. Tak jarang pula aku sering merasa betapa takdir Tuhan itu tidak adil padaku. Bagaimana tidak? Ketika aku melihat orang-orang yang serba berkecukupan, serba bahagia tanpa memikirkan apa masalah yang dihadapi sepertiku. Aku selalu merasa iri pada mereka. Mereka punya segalanya. Tuhan memberikan segalanya untuk hidupnya. Tapi tidak denganku. Aku serba kekurangan.
Tapi saat aku melihat orang yang jauh lebih menderita dariku, aku merasa Tuhan tidak begitu jahat padaku. Aku merasa aku sangat bahagia dengan apa yang aku punya saat ini. Ternyata masih ada yang lebih berat cobaannya daripada aku. Aku selalu bersyukur, aku masih diberi kelayakan hidup meskipun tidak megah dan mewah.
***
Sebagai manusia wajar saja jika aku merenungkan nasib hidupku. Merenungkan apakah yang sedang Tuhan berikan saat ini adalah cobaan atau malah siksaan untukku. Aku merasa berbagai cobaan berat ditimpakan padaku.
"Kenapa semua ini harus aku yang menghadapinya? Mengapa aku?" begitulah aku menyalahkan takdir yang sudah tertulis untukku. Berkeluh kesah tentang apa yang aku hadapi, merasa kenapa semua tak ada henti-hentinya. Masalah satu selesai timbul kembali masalah baru. Hampir setiap hari hidupku mendapatkan masalah. Tak pernah beristirahat diriku ini dari cobaan Tuhan."Apakah Tuhan tidak sayang padaku? Apakah dosaku sebanyak itu sampai-sampai Tuhan menyiksaku dengan cobaan yang bertubi-tubi?"
Merasa lemah tak berdaya jika mengingat betapa kejamnya hidup ini. Ingin mengakhiri semuanya begitu saja. Tetapi tidak bisa. Aku tidak bisa. Aku selalu berfikir dua kali untuk melakukan hal bodoh semacam itu.
Aku selalu mengingat kata-kata dari orang-orang yang pernah melontarkan nasehat demi nasehat.
"Allah tidak pernah tidur. Allah menguji hambaNya dengan cobaan yang berat itu justru Allah menjadikan hambaNya yang diuji itu sebagai hamba yang spesial daripada hamba lain yang tidak diberi cobaan berat. Allah ingin menjadikan hambaNya yang penuh cobaan dan deritaan itu menjadi hamba yang berkualitas dan kuat dalam menghadapi segala hal. Bukan lemah dan malah menyalahkan takdir" kurang lebih seperti itulah nasehat mereka.
SABAR. Hanya itu kuncinya dalam menghadapi segala cobaan. Aneh saja, ketika orang kesusahan cuma diberi kata 'sabar-sabar' saja. Kata itu sangatlah mudah diucapkan tapi betapa sangat sulit untuk dilakukan.
Ketika hatiku terketuk saat aku diberi nikmat yang tiada terkira, aku mulai menyadari bahwa betapa Tuhan tidak pernah melupakanku. Dia selalu mengawasiku. Tuhan yang menciptakan diriku. Bagaimana mungkin Tuhan akan membiarkan ciptaanNya terlantar begitu saja.
Aku menyadari bahwa memang benar, Tuhan sangat menyanyangiku. Dia sangat memperhatikanku. Buktinya, aku selalu diberi cobaan agar aku mengingatNya dan berkeluh kesah padaNya. Lain daripada orang yang baik-baik saja. Allah tidak memberi cobaan jadi mereka tidak sesering itu mengingat Allah.
***
Dalam satu hadist disebutkan, “Besarnya pahala sesuai dengan besarnya cobaan, dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Oleh karena itu, barangsiapa ridha (menerima cobaan tersebut), maka baginya keridhaan, dan barangsiapa murka maka baginya kemurkaan.” (riwayat Ibnu Majah)
Allah menguji hamba-Nya di dunia ini bukan karena Dia membencinya, tetapi malah bertujuan untuk menolak bahaya yang akan menimpanya, menghapus dosa-dosa, dan untuk menaikkan derajatnya. Apabila ia menerima cobaan dengan sikap ridha, maka sempurnalah tujuan dari yang dikehendaki oleh-Nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Kecil Dari Anak Palestina(SKDAP)
Short StoryRenungkan! Bagaimana seandainya kau berada di posisi mereka? Miris, bukan?