Teruntuk kau yang terang di dada yang hilang di nyata
Yang hidup di hati, yang mati di hari hari
Yang indah dikenang, yang sempat basah berlinang
Yang pernah disayang, yang pergi tak pulang.Aku hanya ingin menyampaikan,
Betapa rindu selalu berlarian
Betapa harap selalu berkeliaran
Betapa raga menantikan sebuah pelukanDarimu yang tersesat, yang lupa untuk mendarat
Yang kini hilang, lupa untuk pulang.
Datanglah, kopiku selalu hangat karena bercampur air mata dan keringat.