Raldi masih terus berjalan menuju kantin bersama kedua temannya, Roy dan Fandi. Mereka cukup dikenal di sekolah karena ketampanan dan kepintarannya. Bukan keduanya sih, jadi Raldi itu tampan sedangkan Roy dan Fandi adalah langganan juara olimpiade di sekolah. Setiap hari mereka lewat kelas-kelas bahkan melewati seluruh tempat di muka bumi, pasti ada saja cewek yang salting tiba-tiba. Apalagi terhadap Raldi.
"Diliatin Vina tuh lo" Fandi membuka obrolan sambil menarik salah satu kursi di kantin.
"Vina siapa?" Raldi menjawab sambil sedikit mengerutkan dahinya.
"Cewek cantik tuh, katanya sih banyak cowok yang naksir. Tapi dia tolak karena suka sama lo" Roy tak mau kalah, dia ikut nimbrug kedalam obrolan tersebut.
"Lah, kok gue?" Raldi membalas.
"sutt.. ssutt... udah udah makan buruan nanti keburu bel." Ucapan Fandi membuat mereka menghentikan obrolan dan makan makanan yang sedari tadi dipesan oleh mereka.
*Kringggg.... Kringggg*
Bel masuk setelah istirahat sudah sampai pada seluruh telinga di SMA Taruna Pati dan semua siswa masuk kelas masing-masing. Raldi, Fandi, dan Roy selalu saja berbeda dengan yang lain. Mereka cenderung tidak terlalu takut dengan semua peraturan di sekolah. Saat terdengar bel masukpun dengan santainya mereka berjalan tanpa takut kena marah guru-guru killer di sekolah itu.
Saat masuk kelas, beruntunglah belum ada guru yang masuk. Sebenarnya Roy sudah menyangka kalau pelajaran fisika belum dimulai karena memang karaker Pak Rohim sangat pemalas.
Roy dan Fandi duduk di bangku yang sama sedangkan Raldi duduk sendiri di bangku belakang mereka. Tetapi saat mereka masuk, Raldi langsung terpaku pada wanita yang sedang duduk santai di bangkunya, yang membuat Raldi heran adalah dia yang duduk di bangkunya itu bukan teman sekelasnya, bahkan dia tidak pernah melihat orang itu di sekolah ini.
"Tuh cewek siapa sih? seenaknya duduk di bangku gue" Raldi berbisik kepada Fandi
"Mana tau lah, gue juga dari tadi mikir gitu." Balas Fandi pelan.
Karena Pak Rohim sudah bersiap di depan kelas, merekapun masuk kelas. Fandi dan Roy sudah duduk duluan, sedangkan Raldi masih berdiam di samping bangkunya karena ada wanita itu.
"Lu siapa sih? ngapain duduk di bangku gue?!" Raldi berbicara pada wanita yang sedang duduk di bangkunya itu.
Wanita itu hanya sedikit menolah dengan tatapan datar dan menjawab "Shena," Ia pun kembali mengalihkan pandangannya ke depan.
"Raldi, kenapa kamu ga duduk?" Suara Pak Rohim kini membuat seisi kelas menoleh kepada Raldi.
Belum sempat Raldi menjawab, Pak Rohim kembali berkutik "Oh, rupanya ada murid baru ya. Ayo nak silahkan ke depan dan perkenalkan dirimu kepada teman-teman baru."
Tanpa berpikir panjang, Shenapun langsung berjalan ke depan kelas.
"Jadi, siapa namamu?" Pak Rohim bicara.
"Shena" Jawabnya singkat.
Dari sana, seluruh siswa di kelas itu langsung menatap Shena dengan tatapan sangat sinis. Tak sedikit dari mereka yang langsung mengkritik Shena kepada teman sebangkunya. Karena itu juga, seluruh warga kelas sudah bisa menilai bahwa Shena bukan tipe orang yang harus didekati.
"Oh ya sudah, sihlakan duduk di sebelah Raldi." Pak Rohim kembali bicara.
"HAH? Kenapa harus sama saya pak?" Suara lantang Raldi membuat seisi kelas kembali menatapnya.
"Suttt... Heh gak pantes lo gitu ke guru." Gina, teman sekelas Raldi berbicara kecil.
"Karena hanya ada satu bangku tersisa kan?" Pak Rohim membalas.
"Ya udahlah, bodo amat." Jawab Raldi kesal.
Shenapun kembali menghampiri bangku Raldi dan duduk disana, di sebelah Raldi. Dia tidak berbicara sama sekali, bahkan matanya terus meghadap ke depan, tatapannya terlihat lambang bahwa tidak ada semangat hidup disana, ekspresinya selalu datar, tampilannya pun sangat sederhana jika dibandingkan dengan siswa yang lain.
"HAHAHA, akhirnya ada temen sebangku bro." Fandi bicara dengan nada meledek.
"Bacot lu, berisik" Ujar Raldi kesal.
*RALDI POV*
Di kantin si Fandi tiba-tiba ngomong "Diliatin Vina tuh lo."
"Vina siapa?" Gue jawab.
Haha, sebenernya gue udah biasa lah diliatin cewek-cewek secara gue itu emang ganteng. Tapi sumpah gue ga tau dan ga pernah denger ada yang namanya Vina. Kalau kata si Roy sih dia tuh cewek cantik kelas sebelas yang paling terkenal dan banyak disukain sama cowok disini tapi dia maunya sama gue, haha ada-ada aja.
Karena bel masuk bentar lagi bunyi, ya udahlah gue udahin aja obrolan nyangkut si Vina itu dan ngabisin makanan bareng sahabat gue, Fandi sama Roy.
Waktu bel masuk bunyi, ya kaya biasa aja kita bertiga mulai masuk kelas. Seinget gue sekarang pelajaran Pak Rohim, dia itu guru paling santai di sekolah bahkan dia pernah masuk waktu pelajaran lima menit lagi selesai, gila kan.
Kita bertiga diem dulu di depan kelas karena emang bener belum ada Pak Rohim. Waktu gue nengok ke dalem kelas gila kaget banget, masa tiba-tiba ada cewek duduk disana mukanya nyantai lagi kaya ga ada dosa, anjir.
Gak lama, Pak Rohim dateng dan kita masuk aja ke kelas. Fandi sama Roy emang sebangku dan mereka duduk di depam gue. Gue belum duduk karena emang masih bingun ada tuh cewek di bangku gue.
"Lu siapa sih? ngapain duduk di bangku gue?!" Sentak gue.
"Shena" Dia jawab datar.
"Dasar kampret, seenaknya duduk di bangku orang, kalo aja lo buka cewek udah gue... argh," batin gue
"Raldi, kenapa kamu ga duduk?" Pak Rohim tiba-tiba ngomong dan bikin semua orang liatin gue.
Gue mau jawab kalo gue ga bisa duduk karena ada dia, tapi Pak Rohim tiba-tiba ngomong lagi.
"Oh, rupanya ada murid baru ya. Ayo nak silahkan ke depan dan perkenalkan dirimu kepada teman-teman baru." Pak Rohim nunjuk cewek itu sopan.
Cewek itu jalan ke depan tanpa liat kiri kanan, apalagi liat gue, dasar cewek aneh. Gue kira waktu di depan dia bakal langsung ngenalin diri, taunya malah diem dan bikin Pak Rohim yang ngomong duluan.
"Jadi, siapa namamu?" Kata Pak Rohim.
"Shena." Dia jawab sinis, sambil maenin matanya.
Semua murid langsung pada liatin dia dan mikirin semua yang negatif tentang dia, ya walaupun gue ilfeel tapi kayanya gue satu-satunya orang yang mikir kalo dia masih punya sisi baik.
"Oh ya sudah, sihlakan duduk di sebelah Raldi." Pak Rohim nunjuk bangku gue dan sumpah, gue sontak kaget disana.
"HAH? Kenapa harus sama saya pak?" Bentak gue ke Pak Rohim.
Sebenernya, gue ga niat ngomong sekenceng itu, tapi gue bener-bener kaget, lagian gue emang ga mau duduk sama tuh cewek.
"Suttt... Heh gak pantes lo gitu ke guru." Gina melotot ke arah gue, tapi dia emang bener sih.
"Ya udahlah, bodo amat." Pasrah gue.
Cewek itu balik lagi nyamperin bangku gue dan langkahnya teratur, waktu duduk dia ga lirik ke arah manapun bahkan masih tampang tanpa dosa. Yang gue liat, ini anak kayanya ga ada semangat banget buat hidup, ga ada tampang cerianya sama sekali, malah mukanya datar-datar aja dari awal gue liat. Tapi gue masih tetep yakin kalo dia masih punya sisi baik, pasti.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dark Angel
Romance"Kamu begitu tak apa, aku ngerti dan akan selalu ngerti." -Raldi . Semua pria pun ingin diperlakukan sebagaimana mestinya, namun terkadang ada beberapa wanita yang tak bisa mengerti, Seperti Shena.