Pagi ini mentari kembali menyapa,disertai dengan harum bekas hujan semalam. Aku suka bau hujan di atas tanah, rasanya menyejukan hati juga fikiran ku, menenangkanku karena bau nya yang tidak rumit untuk dijelaskan.
"Aku bertemu dia!" ucapku kepada Melly. Responnya yang hanya datar seakan sudah biasa mendengar perkataan ku seperti tadi. "Dimana? Kau hanya akan makin terluka jika terus mengejar namun tak dapat menggenggam" balas Melly dengan muka malasnya.
"Aku mencintai dirinya. Rasanya cinta sudah cukup buta sehingga aku harus mencintai yang sudah memiliki kekasih" saut ku dengan senyum. "Hei bodoh, aku itu sahabat mu. Aku tidak ingin dia melukai mu lagi", "Aku tau mell, aku suka mata redupnya. Kau lihat matanya, penuh dengan ketenangan. Aku rasa aku jatuh cinta pada mata redupnya" jawabku sambil merangkul Melly. "Halah kau ini, kalau begitu ucapkan saja kalau kau jatuh cinta hanya kepada mata nya si Dion".
Dion, dia adalah sesosok penenang jiwa. Rasanya aku selalu ingin menatap matanya yang selalu membuat aku tenang jika bisa berada di sisinya...
suatu saat nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Satu tersisa
Teen FictionBodoh, aku sudah memberikan segala yang aku punya demi seorang lelaki yang belum sah dengan diri ku. Apa kalian tau bagaimana rasanya mencintai seseorang yang sudah merebut segalanya tetapi kita harus bertahan dengan sikap buruk nya?