NB : Maaf banget kalo banyak bahasa bertele–tele yang sulit dipahami.
---
####
Kita terangi malam bersama-sama.
####
Chapter 2 : Putri Purnama
"Kyaaaaaaaa" teriakannya sontak
membuat seluruh murid melihat
kearahnya.
“Apaan sih lo, Flow? Ngagetin aja deh, gila lo ya?” Celetuk salah satu temen dikelasnya. Sekali lagi Flower melihat lelaki disampingnya sembari mengucek matanya berkali-kali kemudian langsung berteriak dan berlari menuju Rosely dan Boy-sahabatnya- yang duduk di belakangnya.
“Huaaaa, Rose di bangku gue ada
hantunya” Teriaknya dengan memeluk Rosely dan Boy.
Ardio Robert Sabityo’s POV
Saat aku memasuki ruang kelas ini, semua mata para siswi tertuju padaku. Diam–diam aku mengamati seluruh anak di kelas
ini yang katanya adalah anak–anak
pilihan. Ah, persetan dengan kata
PILIHAN, lihatlah bahkan mereka sama saja dengan anak-anak yang lain, melongo saat melihatku. Aku tahu kalau aku ini memang tampan, tapi bisakah mereka tidak memandangku seperti itu?
Aku benci dengan orang yang mengagumi sesuatu hanya dari tampang saja. Aha! Oh God, ternyata ada juga yang tidak
memandangku seperti ingin
menelanjangiku *aw alay banget gue*.
Astaga, ternyata dia tertidur, pantas saja dia tidak memandangku. Tapi, apakah dia
tidak mendengar suara-suara gaduh di kelasnya ini? Mr. Zeth menyuruhku untuk duduk di bangku kosong sebelah gadis
aneh itu dan akupun menurut saja. Haha, dia dimarahi Mr. Zeth karena tidur di sekolah. Rasakan kau gadis aneh, umpatku dalam hati. Saat Mr. Zeth telah
keluar dari kelas baruku, gadis aneh itu memandangku heran dan kemudian dia berteriak seperti orang gila. Ada apa dengan dia? Kupikir dia terpesona dengan
ketampananku, huh dasar perempuan semuanya sama saja. Aku mulai duduk di kursiku dan tak menghiraukannya.
“Huaaaa, Rose di bangku gue ada
hantunya” Teriaknya dengan memeluk dua orang manusia dibelakangku. What? Apa
dia mengataiku hantu? God, apa dia buta? Masa manusia setampan aku dibilang hantu? Dia menatapku dengan pandangan ketakutan. Apa dia benar-benar menganggapku hantu? Kurang ajar!
“Apa lo liat-liat gue” kataku sengit padanya. Dia semakin mengeratkan pelukannya pada seorang lelaki yang dipanggilnya dengan nama Boy Boy itu. DEG! Hey, ada apa dengan hatiku? Kenapa aku merasa ada sebuah paku tepat menancap di ulu hatiku saat melihat gadis aneh itu
memeluk laki-laki lain? *eh* Tidak, ini tidak mungkin.
Pletak.
Cewek yang tadi dipanggil dengan nama Rose menjitak kepala gadis aneh itu membuatnya meringis kesakitan.
“Aduh, apa-apaan sih, Rose? Sakit tau” Katanya dengan memanyunkan bibirnya. Haha imut sekali gadis ini? Oh iya, by the way siapa namanya ya?
“Sakit kan? Please deh, Flow jangan bikin malu gue. Lo tuh udah gak tidur lagi, jangan bawa–bawa kebiasaan ngigau lo
YOU ARE READING
Takdir Sang Rembulan
Teen Fiction### Kita terangi malam bersama-sama ### Floweriz Giffany Purnama. Biasa dipanggil Flower oleh teman-temannya. Purnama.. Bukan. Itu bukan nama marga dari ayahnya. Diberi nama 'purnama' karena kata orang tuanya, dia terlahir tepat saat bulan purnama. ...