Pada bibir itu kuminta bulan datang;
Kusiasati agar ia tak pergi
Pada bibir iitu kupastikan kau ada;
Menjadikanku tak akan diburu kesepian lagi.
20 September 2018
Kepada siapa kepergianmu diterima, kepada sunyi dan sepi; Selepas gelap datang, dayang-dayang menari dan mengipasi tuannya, seperti doa menari menuju Tuhannya.
Kala sunyi menetap pada aliran sungai yang tenang, ada saja batu mengganjal, namun tak sampai keluar dari porosnya air tetap mengalir.
18 September 2018
Matahari hampir terbenam, saat kau kembali dengan fajar;
Jangan ambil malamku, Puan!
Ada banyak yang tak ku mengerti
Tapi aku bahagia malam ini
Sebab untuk malam-malam selanjutnya
Bisa saja engkau kembali pada paginya.
15 September 2018
Apakah kau tau rasanya sendirian?
Dikurung sunyi;
Dihantui sepi:
Ketika kau mengharapkan menetap, ternyata ia pergi,
dan akhirnya kita tau bahwa waktu tak dapat dibeli kembali.
Pada bilik-bilik penantian yang dibelenggu mati
hanya sendiri disini.
Mungkin kau akan bertanya seperti ini
Apa yang pernah terjadi ?
Aku tak pernah merasa menyakiti,
Begitupun ia tak pernah merasa pergi.
Waktu menjawab semua sesal,
entah yang ditinggalkan
atau yang meninggalkan, sama-sama bersedih atas kehilangan;
Kata mereka bukan hal sulit melupakan,
tapi bagiku masih saja menyakitkan.
20 Maret 2018
Kau menapaki langit malam,
ketika fajar hampir menjelang;
Kau terjatuh di savana kata-kata
Hingga lupa siapa kau sebenarnya
Padahal semalam sebelumnya kau adalah raja agung dunia.
29 Januari 2018
Malam jadi biru cerah
Ketika mata menengadah menghantarkan doa:
Karena rindu saja tak cukup untuk membuatmu utuh.
9 Februari 2017
Di beranda hatimu
kutemukan gerbang besar bertuliskan
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Malam Itu "Jilid Pertama"
PoetryKumpulan puisi malam itu saat masih merasa bahwa bahagia itu ternyata menyiksa.