PENULIS BERHAK UNTUK MENGHAPUS NASKAH INI SEWAKTU-WAKTU, DENGAN ATAU PUN TANPA PEMBERITAHUAN. JIKA ANDA SEPAKAT DAN DAPAT MENGHARGAI HAK TERSEBUT, SILAKAN LANJUT MEMBACA. JIKA TIDAK, SILAKAN MENINGGALKAN POSTINGAN INI DAN TIDAK PERLU PROTES.
TERIMA KASIH.
============
SEMBILAN
============
Setelah melewati rapat paripurna yang berlangsung sealot daging ayam kampung itu, akhirnya diputuskan bahwa Viona boleh ikut. Yah... abisnya, tuh cewek maksa-maksa, sih. Mana ia pasang tampang imut banget, lagi! Bikin Krisan dan ketiga temennya yang lain nggak tega buat nolak. Jadi, rencana jalan-jalan yang semula ditargetkan berlangsung selama dua hari satu malam itu pun disunat menjadi beberapa jam.
Sekitar pukul tujuh pagi, Krisan sudah selesai mandi dan berpakaian. Sepuluh menit kemudian, Nino datang dengan Honda Jazz torquoise milik kokohnya yang baik hati itu, yang selalu ngasih pinjem mobilnya buat dipake Nino jalan-jalan bareng temen-temennya.
“Kris, elo teh serius mau ngajak si Piona?” tanya Nino, saat mereka dalam perjalanan ke rumah Viona. Rutenya: rumah Krisan – rumah Viona – rumah Yogas – rumah Marcel – baru berangkat ke lokasi.
“Teuing atuh lah, aing oge bingung ini teh,” jawab Krisan, ketularan dialek Sunda-nya Nino. “Diajakin, jelas bakal bikin masalah lagi kalau Nadia sampai tau. Tapi kalau nggak diajakin, kasian juga Viona. Dia emang pernah berbuat salah sama Nadia. Tapi itu kan dulu, dua tahun yang lalu. Sekarang mungkin Viona udah berubah. Dan menurut pengamatan gue selama kita sekelas di kelas XII ini, tuh anak keliatannya baik, asik, dan seru. Easy going gitu.”
“Elo teh naksir sama Piona?”
“Enggak lah, No. Cinta gue masih buat Nadia.”
“Terus kenapa lo ngeiya-in Piona ikut? Itu kesannya elo teh kayak yang enggak ngehargai Nadia.”
“Jangan salah faham, No. Gue memandang Viona pake cara yang sama dengan ketika gue memandang elo, Acel, juga Yogas. Dia kepengin ikut, ya masa kita tolak mentah-mentah? Kan nggak enak.”
"Beda atuh, Kris. Piona mah cewek, geulis, imut, pikaresepeun. Cepet atau lambat, elo teh bisa we bogoh sama dia. Bisa aja jatuh cinta. Nggak masalah sih, sebenernya. Status lo sama Piona sekarang kan, sama-sama jomblo. Tapi lo mesti inget, si Piona teh cewek yang paling dibenci Nadia. Kalau elo terus-terusan deket sama Piona, sebagai temen atau—saha nu nyaho kalian berdua teh nanti jadian, udah pasti atuh Nadia teh bakal benci sama lo juga. Nah, masalahnya, elo teh masih cinta kan, sama Nadia?”
Krisan menghela napas. Kenapa Nino jadi lebih cerewet dari Yogas? Dari kata-katanya, Krisan merasa kalau Nino masih respect terhadap Nadia, masih ngehargai Nadia sebagai orang yang paling berarti buat Krisan. Bahkan, bisa dibilang kalau Nino lah yang jauh lebih mengkhawatirkan perasaan Nadia dibanding Krisan sendiri. Padahal, kalau Krisan ingat-ingat lagi, sejak Nadia jadi pacarnya, waktu kebersamaan yang dimiliki Krisan bareng ketiga sahabatnya itu jadi berkurang. Nadia selalu minta diperhatiin. Kalau jauh, maunya diteleponin melulu. Kalau deket, maunya berduaan terus. Dan Nadia juga sering ngelarang-larang Krisan, kayak:
1. Nggak boleh keseringan main PS bareng sahabat-sahabatnya, karena menurut Nadia, itu kerjaannya bocah.
2. Nggak boleh keseringan nongkrong di depan minimarket bareng sahabat-sahabatnya, karena menurut Nadia, itu kelakuannya anak-anak alay.
3. Nggak boleh lagi ngamen-ngamen di jalanan Dago pas malam Minggu bareng sahabat-sahabatnya, karena menurut Nadia, itu kerjaannya para pengamen.
4. Nggak boleh ngebantah semua larangan Nadia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rendezvous
Teen FictionKarena banyak readers yang belum sempet baca RENDEZVOUS dan minta aku repost/reupload, maka, mumpung aku lagi baik hati, aku akan mengabulkannya. Program ini kuberi nama "JANUARI BERSAMA RENDEZVOUS" Bagi teman-teman yang pernah membaca RENDEZVOUS se...