#3

16 1 2
                                    

      ***

"Nak, aku tahu ucapan orang tuamu memang menyakitkan. Itu kan yang membuatmu lupa waktu sampai tidak kembali ke rumah selama 2 hari?"  Aku hanya mengangguk.

"Satu sisi, kamu juga ingin menghabiskan waktu bersama kekasihmu. Nak, kamu masih muda. Umurmu baru 16 tahun. Apa kamu sanggup hidup tanpa orang tua? Kekasih? Perjalananmu masih panjang cantik. Masih ada waktu untuk menemukan jodohmu. Tuhan tahu yang terbaik untukmu nak. Begitupun dengan pertemanan. Carilah teman yang bisa membawamu ke jalan yang benar, yang membawa hal positif, bukan negatif. Rencana tuhan lebih indah dari fikiranmu nak."  Lalu, ia pun tersenyum manis kepadaku.

***

"Felyce! Felyce bangun nak!"  Teriak ibu diwarnai isak tangisnya.

Aku yang kaget hanya bisa memanggil nama Ibnu Rusyd. Aku ingat ucapannya. Aku memutuskan untuk melanjutkan hidup dan berubah menjadi lebih baik setelah ini.

"Ya tuhan, terima kasih engkau telah mempertemukanku dengan orang seperti Ibnu Rusyd"  ucapku bahagia.

~END~


Okey selesai ya:) thanks ya buat kalian yg udh mau stay di cerita aku♡ thanks yg udh support, ngasih rate, luv u♡ oke bye:* sampai ketemu di cerita berikutnya☆

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ibnu Rusyd & a WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang