Dua

42 8 13
                                    

Tanpa mereka ketahui, dibalik topeng ini aku TERLUKA luar dalam.
-A.F.A-

✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨

Setelah menerima sebuah panggilan, Agatha lantas langsung bergegas pulang dari rumah Alya. Ia takut akan terjadi sesuatu hal yang buruk.

"Kak, aku pulang ya. Maaf ya gak bisa main lama disini." Pamit Agatha.

"Iya gak apa-apa kok. Hati-hati dijalan." Jawab Alya.

Saat ini yang difikirkan Agatha adalah Papanya. Bagaimana keadaan Papa nantinya???, itulah pertanyaan yang saat ini ada dibenak Agatha.

Agatha segera masuk ke dalam rumah Papanya tanpa mengetuk pintu.

"Pa.... Pa ...... Papa dimana???" Teriak Agatha menggema diseluruh ruangan. Agatha mengitari seluruh rumah guna menemukan Papanya. Pada akhirnya Agatha menemukan Papanya. Namun keadaan Papanya berbanding terbalik dengan apa yang dikatakan pada panggilan tersebut.

Papanya saat ini dalam keadaan baik-baik saja tanpa ada celah apapun. Bahkan saat ini Papanya Agatha sedang bersenandung sambil memotong rumput di taman rumah.

"Papa gak kenapa kenapa kan???" Tanya Agatha seusai menemukan Papanya. Papanya mengangguk lalu tersenyum menunjukkan bahwa dirinya tidak kenapa kenapa. Tapi Agatha masih bisa mengetahui dibalik raut wajah yang tersenyum manis itu ada beban yang tak mungkin dikatakan kepada putri semata wayangnya sehingga membuat dia sangat tertekan.

Ingin sekali Agatha membantu Papanya tapi setiap kali Agatha mencoba Mamanya selalu menghalangi keinginan itu. Kenyataan itu sudah membuat Agatha muak dengan hidupnya. Tapi masih ada banyak hal yang harus Agatha hadapi selain kenyataan itu.

✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨

"Agatha, kamu dari mana saja???! Masih inget rumah??! Seharian gak pulang-pulang, sekalian aja gak usah pulang!!" Amuk Feli. Agatha tak berani menjawab pertanyaan Feli. Bahkan mengangkat kepalanya saja Agatha tak sanggup. Ia bahkan sudah meneteskan air matanya.

"Sudah sana masuk kamar!!" Bentak Feli sekali lagi. Agatha hanya bisa menuruti keinginan Mamanya itu.

Di dalam kamar Agatha masih terus memikirkan perkataan Feli barusan. Yang ia bisa lakukan sekarang hanyalah menangis dan meratapi hidupnya.

Kenapa aku jadi cengeng seperti ini???, Agatha terus menghapus air mata yang keluar dengan kasar. Semakin sering Agatha menghapus air matanya semakin deras pula air mata yang muncul.

Agatha samar-samar mendengar suara berisik dari luar kamarnya.

"Bagaimana sih kamu Bi, bisa-bisanya Biarin Agatha pergi kerumah Gibran."

"Maaf Nya, saya nggak tau soalnya Non Agatha pamit ke saya mau ke rumah Non Alya."

"Harusnya kamu bilang ke saya sebelum ngijinin Agatha keluar rumah."

"Iya Nya, saya minta maaf."

"Pokoknya nanti kalau Agatha mau keluar Bi Sulis bilang ke saya."

"Iya Nya."

Agatha merasa kasihan kepada Bi Sulis yang saat ini sedang dimarahi oleh Mamanya.

"Mama jahat. Memang salah kalau aku pergi ke rumah Papa." Gumam Agatha.

Setelah merasa diluar kamarnya sudah tak ada suara berisik Agatha beranjak dari kasur dan berjalan ke arah pintu hendak keluar. Akan tetapi belum menyentuh gagang pintu tangan Agatha sudah bergetar karena ketakutan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang