"Yang sudah selesai, boleh keluar dan istirahat," kata Pak Hadi sang guru sejarah pada murid-murid kelas XII IPS 2.
Arief bangkit. Dia menyerahkan lembar jawaban pada meja guru, lalu berpamitan keluar kelas. Bersamaan dengan itu, di ujung lorong, dia melihat Andi dan Edi yang sedang berdiskusi dengan wajah pucat. Arief memandangi dua berandalan itu dari jauh.
"Budi meninggal," kata Edi sambil menggigit kuku jempolnya dengan gugup.
"Apa ini perbuatan arwah Bintang? Hari ini kan pas setahun dia meninggal," ucap Andi. Wajahnya pias saking takutnya.
"Ka-kalau ini memang perbuatan Bintang, berarti setelah ini kita juga...."
Andi tidak meneruskan kalimatnya karena Edi membentak dengan marah. "Jangan bodoh! Hantu itu nggak ada!"
***
Igo kembali ke depan kelas XI IPS 2 tepatnya di depan mading tempatnya berpisah dengan Yusuf tadi. Namun, tempat itu sudah sepi dan Yusuf tidak ada di sana. Igo merogoh sakunya lalu mengetik pesan untuk Yusuf, menanyakan di mana keberadaan cowok itu.
U dim n?
Aku ke atap ya, belikan gorengan.
Setelah mengirim Line, Igo menuju atap sekolah sambil menguap lebar. Karena kebetulan sedang jam kosong Igo ingin memanfaatkannya dengan tidur di sana. Semalam dia pulang larut dan kurang tidur karena terus mendengarkan ceramah dari Pak Suprapto yang mabuk.
Igo tidak menyadari ada yang aneh pada mading yang di pajang pada dinding di depan kelas XII IPS 2 itu. Dia tidak menyadari bahwa foto Bintang yang terpajang di mading sudah tidak ada.
***
Ipda Yudha melakukan olah TKP bersama seniornya Iptu Raka dan Dokter forensik Sasa. Ketiga tenaga professional itu memandangi tanda ditemukan jenazah di Jalan X kilometer tiga belas yang telah ditandai oleh kapur lalu membandingkannya dengan foto-foto TKP saat jenazah pertama kali ditemukan.
"Benar-benar misteri, siapa sebenarnya yang menggambar lambang Bintang itu? dan apa tujuannya?" ucap Yudha bingung sambil tanpa sadar mengacak-acak rambutnya sendiri karena frustrasi.
"Pasti hantu ... Hantu...." Sasa bergaya seperti hantu dan menakut-nakuti Yudha. Yudha hanya mencibir melihat gaya dokter slengean satu ini.
"Jangan bercanda ah, Dokter! Mana ada yang namanya hantu!" Yudha mendesis.
Raka bergeming sambil memandangi tempat jenazah ditemukan lalu pohon disampingnya. Pada pohon itu masih ada sedikit bekas darah korban yang belum dihapus. Raka diam dan berpikir.
"Sa, apa penyebab kematian korban?" tanya Raka. Raka sangat akrab dengan Dokter Sasa karena mereka berteman sejak SMA, sampai-sampai polisi itu tidak pernah memanggil sang dokter dengan gelar kehormatan Dokter seperi polisi-polisi lainnya.
"Benturan keras dengan benda tumpul pada bagian belakang kepalanya," jawab Sasa.
"Ada luka lain?"
"Hm ... ada dua luka di kepalanya, di bagian dahi dan belakang kepala, namun yang menyebabkan kematiannya adalah pada bagian belakang kepala, lalu ada juga luka benturan pada lengan kiri dan pinggang, sepertinya itu adalah benturan akibat tabrakan dengan mobil, ada kadar alkohol yang sangat tinggi pula pada tubuh korban. Jadi diperkirakan dia sangat mabuk pada waktu peristiwa tersebut," jelas Sasa panjang kali lebar.
"Ini Aneh." Raka memicingkan mata.
Yufha dan Sasa menghampiri Raka dan memandangnya dengan penasaran.
"Aneh?"
"Coba kalian bayangkan, korban berjalan keluar dari semak-semak ini lalu, dia tertabrak di sini." Raka mencoba memperagakan aksi korban dengan berjalan keluar dari semak-semak lalu berhenti di tengah jalan raya itu. "Setelah itu menurut si pelaku, korban terpelanting dan terlempar hingga kepalanya terbentur pohon ini lalu jatuh di sini." Raka menunjuk pohon dan lokasi tempat jenazah korban ditemukan. Yuda dan Sasa terdiam, berusaha membayangkan adegan yang dijelaskan Raka itu dalam bayangan mereka.
"Dari bekas darah di pohon ini dia hanya terbentur pohon ini satu kali, tapi kenapa biasa ada dua luka di kepalanya? Luka yang membuatnya tewas adalah luka pada bagian belakang kepala tapi kalau kita melihat foto saat korban di temukan ini...."
Raka mengeluarkan foto saat korban ditemukan dan menunjukannya kepada duo rekannya. Keduanya melihat foto itu dengan saksama.
"Jika yang membentur pohon adalah bagian belakang kepala korban mestinya korban jatuh ke tanah dengan posisi terngkurap, kan? Sementara korban ditemukan dalam kondisi telentang. Itu artinya bagian kepala korban yang menabrak pohon ini adalah dahinya, namun benturan itu bukan penyebab kematian korban, kan?"
Raka berhenti berbicara dan menatap kedua rekan kerjanya.
"Bagaimana dia bisa memperoleh luka pada bagian belakang kepalanya?" lanjut Raka.
"Mungkin waktu dia jatuh ke tanah ini setelah kepalanya terbentur pohon." Sasa beragumen.
"Nggak mungkin, dilihat dari gaya fisikanya korban nggak akan terbentur dengan begitu kerasnya di atas tanah hingga mengakibatkannya meninggal," elak Raka.
Yudha memandangi foto-foto TKP di tangannya lalu memandangi kondisi TKP yang ada dihadapannya sekarang. Rekonstruksi kejadian pun mulai terbayang nyata dalam benaknya yang membuat Yudha menuju pada satu kesimpulan yang membuatnya sendiri tercengang.
"Jangan-jangan korban sudah meninggal sebelum dia ditabrak oleh mobil!" seru Yudha.
Raka mengangguk setuju dengan pernyataan Yuda itu. "Itu menjelaskan mengapa ada lambang bintang di samping korban. Aku rasa korban nggak berjalan ke tengah jalan raya ini sendiri. Mungkin ada yang mendorongnya. Aku sudah melihat bekas rem mobilnya. Mobil tersangka nggak melaju dengan kecepatan tinggi, sekitar empat puluh kilometer, kalau diserempet mungkin hanya luka-luka biasa yang diperoleh korban."
Yudha menatap seniornya itu dengan was-was.
"Berarti kasus ini, belum selesai...."
***
Halo! Apakah ceritanya mulai seru? 😙😙😙
At least, jangan lupa votes dan komen. 😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu di Sekolah (Republish)
Mystery / ThrillerHighest rank #1 in mystery/thriller (07/04/2019) Trio-Di Budi, Andi dan Edi adalah anak kelas dua belas yang kelakuannya meresahkan seluruh warga sekolah. Mereka sering mengganggu cewek-cewek, menjahili dan memalak anak-anak yang lebih lemah. Suatu...