Sebelumnya, maaf karena di chapt ini bahasanya baku :'''')) . Tapi kuharap para pembaca tetep suka 😅.
Jangan lupa musiknya dihidupkan. Dan kalau di tengah baca musiknya habis, bisa diputer lagi dari awal supaya lebih greget . HEHEHEHEH. bener lo ya, nggak boong. 😂
10Mei 2018
Terhitung lima bulan Jinyoung meninggalkan semuanya, dan terhitung lima bulan semua orang kehilangan Bae Jinyoung.
Sosok yang dengan mudahnya berpikiran untuk membagi sebagian hatinya kepada sahabat baik yang ia miliki. Namun sayang, Tuhan punya rencana lain untuk keduanya.
Jinyoung yang mengalami kecelakaan maut itu berikrar, bahwa ia tetap akan mendonorkan hatinya pada Jihoon seorang.
Dan inilah rencana Tuhan yang lain..
Dimana nyawa Jinyoung diambil kembali untuk mendekat pada Yang Maha Kuasa. Dimana semua orang akan kehilangan sosoknya yang pendiam dan tertutup. Dan Jihoon kehilangan sahabatnya yang paling cerewet itu. Sahabat yang hanya terbuka padanya saja. Sahabat yang dengan beraninya memberikan sesuatu yang berharga pada Jihoon. Hatinya.
Ada hati utuh Bae Jinyoung dalam tubuh Park Jihoon. Membuat Jihoon selalu merindukan segala moment yang pernah mereka lewati bersama.
Jadi disinilah Jihoon sekarang, di kamar milik Bae Jinyoung. Laki-laki berpipi tembam itu sering ke sini di saat dirinya merindukan teman baiknya. Hanya untuk sekedar melihat-lihat, dan mengingat kebersamaan mereka selama ini. Berharap itu dapat mengurangi rasa rindunya. Mama dari Jinyoung pun mengijinkannya.
Sebut saja Jihoon lemah. Karena nyatanya, Jihoon memang sudah selemah itu jika mengingat Jinyoung.
🌼🌼🌼🌼
"Selamat ulang tahun, Jinyoung.. " gumam Jihoon lirih lalu duduk di tepi ranjang Jinyoung. Raut wajahnya sedih dan matanya sudah sangat perih sekarang, tapi ia tak bisa menangis. Air matanya sudah terkuras banyak selama ini.
Jihoon memandangi meja belajar dengan buku-buku yang tertata rapi di atasnya. Tangannya tergerak untuk menyentuh koleksi novel milik sahabatnya. Ada begitu banyak, Jinyoung memang suka membaca.
Bruk! bruk!
Tanpa sengaja, Jihoon menjatuhkan sebuah novel dan beberapa buku lainnya.
Saat memungut buku-buku yang jatuh itu, mata indahnya memandang sebuah buku kecil yang tampak asing menurutnya. Ukurannya setengah dari buku tulis kecil, dengan sampul berwarna abu-abu. Jihoon tidak tahu buku apa itu. Ia belum pernah melihatnya sebelum ini.
Senyum kecil mengembang di bibirnya saat lembar pertama buku itu terbuka.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
