Chapter 2-
Sekarang aku berada di pemakaman, tak hentinya air mataku terus mengalir membasahi pipiku. Mulutku terbungkam selama 2 hari ini, aku hanya bisa menangis dan terus menangis.
"Mila sayang kamu yang sabar ya, Mama tahu kamu sangat kehilangan Adrian tapi kamu nggak boleh nyiksa diri kamu dengan terus berdiam diri seperti ini,"
kata Mama sambil terus memelukku. Mama dan Papaku menyusulku ke Jogja setelah mendengar kabar Adrian meninggal.
Dera yang baru datang ke pemakaman langsung mendekapku erat dan mulai menangis,
"Mila kamu jangan terus begini, aku tahu ini sangat berat untukmu tapi kamu harus tahu bahwa ini adalah pengorbanan Adrian untukmu karena dia sangat mencintaimu. Jadi kamu harus kuat dan meneruskan hidupmu," Dera mulai terisak-isak.
Aku hanya diam dan mematung menyaksikkan pemakaman sampai selesai, bahkan untuk mengucapkan selamat tinggal pada Adrian di pemakamannya pun aku tak mampu.
-Flash Back-
Setelah sadar dari pingsan ketika mengetahui Adrian telah meninggalkanku untuk selamanya, Dera bercerita apa saja yang terjadi setelah tiba-tiba aku menghilang dari rumahnya, jadi setelah telepon dariku terputus, Dera dan Adrian mencariku melalui GPS namun keberadaanku tidak terdeteksi di mana pun. Mereka memutuskan melaporkan kehilanganku ke polisi.
Keesokan harinya..
tiba-tiba ada seorang wanita tua mendatangi Dera dan Adrian. Wanita itu memberitahu bahwa aku terjebak di dunia lain. Makhluk yang menyekapku di dunia lain dulu adalah pemilik rumah akar yang meninggal karena menjadi tumbal oleh suaminya sendiri.
Anak semata wayangnya dibunuh oleh suaminya sebagai tumbal juga tapi tidak di sumur tua itu, tepatnya di kamar kos yang hendak
ku tempati.Sehingga makhluk itu tak dapat bersatu dan bertemu dengan anaknya di dunia lain. Wanita itu juga berkata bahwa aku mirip dengan anak makhluk akar tersebut, sehingga ketika melihatku pertama kali membuatnya terobsesi untuk membunuhku agar aku bisa tinggal menemaninya.
Mendengar itu semua Adrian memutuskan untuk pergi menyelamatkanku dengan nekat masuk ke dalam sumur untuk mencoba melawan makhluk itu karena ia yakin bahwa sumur tua tersebut adalah penghubung menuju dimensi dunia lain.
Benar yang dipikirkan Adrian karena saat aku tersadar di Rumah Akar itu ku lihat Adrian di sampingku tapi aku merasa ada yang aneh dengan Adrian, kulihat dia begitu pucat.
"Adrian kamu kenapa?" Tanyaku, tapi dia hanya tersenyum dan menggelengkan kepala.
"Kamu yakin nggak apa-apa?" Dia mengangguk.
"Lalu bagaimana bisa kamu menemukanku?" kulanjutkan pertanyaanku, namun Adrian hanya diam mematung kemudian pingsan.
"Adrian kamu kenapa? Adrian bangun!" Adrian tak bergerak sedikit pun. Aku panik dan histeris berteriak meminta pertolongan.
"Toloong.. Tolooong.. Siapa pun yang ada di sini Toloonng!!!" Aku tak berdaya untuk bangkit dan mencari pertolongan ke luar karena tanganku tak bisa ku gerakkan bahkan darah masih mengalir membanjiri tubuhku.
Beberapa menit kemudian ada warga yang menolong kami. Kami langsung dibawa ke rumah sakit. Aku mengalami patah tulang yang cukup serius, dan Adrian masih di ruang operasi dia mengalami luka di bagian perut dan kepalanya.
Aku tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada Adrian dan diriku. Hanya doa yang dapat aku lantunkan, Tuhan tolong selamatkan Adrian.
Dia adalah orang yang sangat aku sayangi, jangan biarkan dia meninggalkanku. Dokter telah ke luar dari ruang operasi.
"Bagaimana keadaan Adrian dok?" Tanyaku cemas.
"Dia banyak sekali kehilangan darah, kita berdoa saja semoga dia baik-baik saja," jawaban dokter membuatku lunglai tak berdaya.
Ku putuskan masuk ke dalam ruang operasi untuk melihat kondisinya. Ku dapati dia masih belum sadarkan diri, ku dekap tangan Adrian dan ku kecup keningnya.
"Adrian sayang kamu harus cepat sadar, jangan pernah coba untuk tinggalin aku," tak terasa air mata mulai mengalir di pipiku. Aku pun semakin terisak-isak dalam tangisan,
tiba-tiba tangan Adrian bergerak.
"Adrian kamu sudah sadar?"
Adrian tersenyum kepadaku kemudian berkata.
"Syukurlah kamu baik-baik saja Mila."
Mendengar perkataannya aku pun marah,
"Adrian please, sekarang aku tanya keadaan kamu! bukan malah kamu balik tanya gimana keadaanku. Aku takut kamu kenapa-kenapa," kataku kemudian menangis dan memeluknya erat.
Tangan Adrian membelai rambutku kemudian berkata,
"begitu pun aku juga sangat mengkhawatirkanmu Mila. Sejak kamu menghilang aku seperti kehilangan separuh jiwaku. Tapi saat aku masuk ke dimensi lain dan menemukanmu itu membuatku cukup lega. Sekuat tenaga aku coba melawan makhluk itu. Walau akhirnya aku terluka tapi aku berhasil membakarnya hingga lenyap dan kita dapat kembali ke alam kita sekarang. Jadi mengetahui kamu baik-baik saja sekarang adalah kebahagiaan yang luar biasa aku rasakan saat ini," terang Adrian.
"Adrian terima kasih kamu telah menolongku. Aku sangat mencintaimu, Adrian jangan pernah sekali-kali terluka di depanku, Oke!"
Adrian pun tersenyum, "Kamu juga, Oke!" Kami pun saling tersenyum bahagia.
Namun kebahagiaan itu tak berlangsung lama karena 1 jam kemudian tiba-tiba Adrian kritis, Teriakku.
Dokter masuk ke ruangan dan berkata bahwa kondisi Adrian tiba-tiba memburuk ini akibat adanya luka yang sangat besar di jaringan otak dan lambung Adrian.
Oh tidak! itu tak mungkin terjadi, aku panik dan terus menangis melihat kondisi Adrian. Dan kenyataan buruk pun akhirnya terjadi tepat pada jam 2 dini hari, Adrian menghembuskan napas terakhirnya.
Duniaku seakan hancur seketika. Pingsan. Aku benar-benar belum siap menerima ini semua. Apalagi saat ku ketahui bahwa Adrian telah membeli rumah untuk kado pernikahan kita nanti. Jadi selama ini dia rela tinggal di kos hanya untuk membelikan rumah impian kita.
Tapi kenapa takdir sangat kejam merenggut semua impian dan kebahagian itu?
-Tamat-
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimensi Lain
HorrorPindahan rumah yang tak terduga dan dimensi lain di rumah itu mulai termuncul.. Kejadian aneh pun mulai menyerang~