"Nanti langsung pulang, Je?" gadis itu mengangguk semangat. Tersenyum manis sembari menyodorkan helm berwarna navy ke arah pria jangkung itu.
Jean Sorraya dan Jeriko Sadewa di parkiran motor pagi ini. Keduanya baru saja sampai di sekolah. Entah sejak kapan mereka mulai berangkat bersama. Yang jelas keduanya harus berterimakasih kepada Raya, berkat Raya-lah mereka jadi sedekat ini.
Jean segera melangkahkan kaki menuju kelasnya. Meninggalkan Jeriko yang masih berdiri di samping motor sembari mengambil baju olahraga dari jok motornya.
Tepat pada saat suara dari jok motor yang ditutup itu terdengar. Seseorang menepuk bahu Jeriko. Dengan refleks pemuda itu menolehkan kepala.
"Woi, Jer!" pekik Sayyid dengan senyumnya yang sangat amat manis. Jika Jeriko tak ingat gender, mungkin ia sudah mendekap Sayyid karena saking gemasnya.
Jeriko mengangkat kedua alis. Menarik kunci dari motor lalu menaruhnya di saku celana. Kemudian dua pemuda itu berjalan beriringan menuju kelas.
"Lo tuh aneh ya, Jer." ucap Sayyid tiba-tiba. Jeriko mengerutkan dahi bingung, menoleh sekilas pada Sayyid yang masih menatap lurus ke depan.
"Aneh apaan?" tanyanya polos.
Sayyid memutar bola mata jengah. "Jangan labil. Perjuangin satu aja, gak usah semuanya. Sikap lo sekarang ngebuat lo bener-bener jadi cowok brengsek." ucap Sayyid lalu berlalu begitu saja, meninggalkan Jeriko yang kini mematung —mencerna apa yang barusan Sayyid katakan padanya.
"WOII BANTUIN GUE CEPETAN!" teriak Jovan yang tengah duduk berjongkok di belakang kelas. Matanya masih fokus pada hape.
"DEW BANTUIN GUE SAMA JOJO CEPETANNN WOYY." teriak Raya yang duduk berjongkok juga di sebelah Jovan. Dengan mata yang juga fokus pada hape. Raya sudah menabok keras kepala Dewino di sebelahnya yang bukannya membantu malah diam saja memperhatikan.
Iya, mereka lagi main game. Memang seheboh dan seberisik itu.
"AYO YANG KALAH MILIH MAU JAJANIN DI KANTIN APA BESOK KE SEKOLAH MAKE SEMPAK DOANG!!" Gerald, Keenan dan Handi sebagai lawan dari timnya Raya, Jovan dan Dewino sudah berteriak bangga akan kemenangan mereka.
Raya bangkit dari jongkoknya. Disusul oleh Jovan dan juga Dewino. Dengan emosi, Raya refleks menabok Jovan dan Dewino. "Ahh payah lo berdua, main game aja kalah. Pantesan nembak cewek kalah cepet mulu!" pekik Raya kesal.
Jovan mendengus. "Jangan bawa-bawa masalah cinta dong, Ray."
"AYO KANTIN MILIK RAYA!" teriak Keenan sambil mendorong pelan badan Raya menuju depan kelas. Yang diikuti oleh keempat temannya yang lain. Hendak menuju kantin.
Namun, Keenan memundurkan tubuh menjauh dari Raya sesaat sosok pemuda berseragam rapih dengan jam tangan hitam di lengannya itu muncul di ambang pintu.
Raya terlonjak dan mendapati bahwa sosok itu adalah Jeriko Sadewa. Dia yang tadinya ingin meminta maaf karena hampir saja menabrak tubuh cowok itu —tak jadi. Kini Raya malah memaki Jeriko kesal sembari menendang tulang kering Jeriko.
Jangan lupakan Gerald dan kawan-kawan yang jadi menjauh sesaat mereka mendapati Raya dan Jeriko yang kini malah mengobrol bersama di ambang pintu.
Jeriko mengadu kesakitan. Mengelus tulang keringnya sejenak. Lalu kembali berdiri tegap.
"Ngapain lo kesini?" tanya Raya sambil memainkan kuku-kukunya. Kebiasaan Raya yang susah sekali dihilangkan.
"Nggak papa, kangen aja."
Raya memasang wajah jijik. Lalu kembali menurunkan pandangan —masih memainkan kuku-kukunya.
Jeriko tersenyum lembut tanpa Raya sadari. Pemuda itu dengan segera menungkupkan tangan di wajah mungil Raya. Menguyel gemas pipi gadis itu. Membuat mulut Raya jadi mengerucut lucu.
Jeriko tertawa. Tapi Raya makin emosi.
Belum sempat Raya menabok kepala Jeriko. Jeriko telah lebih dulu menaruh tangan di leher raya lalu menarik cewek itu di sepanjang koridor.
Setelah kepergian Raya dan Jeriko. Beberapa siswi yang tengah asik menyantap makan siang mereka di kelas kini saling pandang satu sama lain. Menatap si gadis dengan rambut coklat panjang yang matanya masih tak lepas dari sosok Jeriko dan Raya yang bahkan sudah tak terlihat lagi dari jendela kelas.
Iya, Jean Sorraya yang sedari tadi memperhatikan dalam diam.
"Mereka cocok banget ya!" pekik Sofi sembari melirik Jean yang langsung diberi anggukan iya oleh Kayla. Olivia yang ada diantara mereka, melirik Jean dalam diam.
Sebenarnya Olivia lebih suka melihat Jeriko dan Raya bersama. Karena senyum yang terukir di bibir Jeriko saat bersama Raya, jauh lebih asli dari senyum yang ia ukir saat bersama Jean. Saat bersama Jean senyumnya memang manis tapi lebih seperti senyum palsu.Tapi bagaimanapun juga, Jean adalah teman dekatnya. Apa pun akan Olivia lakukan untuk membuat Jean tetap tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vacillate
FanfictionKarena pada akhirnya, kalimat itu tetap menjadi kalimat yang tak pernah terucapkan.