Part 2

10 1 0
                                    

  Gemuruh daun berterbangan terhempas lembut. Angin yang mampu merontokan daun hingga terlepas dari rantingnya, terbang mengelilingi kostan pagi ini.

   Matahari mulai muncul menerangi sebagian kota.  Dibalik awan tipis yang bergerak pelan  tampak rombongan burung dengan sayap yang lebar terbang mulus meluncur ke arah kota pagi ini.

  Sementara suasana kamar tampak tenang dan terlihat sang pemilik masih asyik melanjutkan mimpinya.

  Terik matahari menerpa sebagian tubuh Perempuan yang masih betah memeluk guling dikasur empuknya.

  Ia abaikan kicauan burung diluar yang seakan memintanya untuk bangun. Namun akhirnya ia mulai terusik dan kelopak matanya kini bergerak karena kegaduhan yang dibuat oleh penghuni kostan pada pagi ini.
  Perempuan itu tersadar bahwa hari telah pagi,  tapi ia masih enggan untuk meninggalkan nyamannya selimut yang kini masih melekat ditubuhnya.  Ia menggeliat tidak karuan.

"gubrak..

Yumii ayoo buruan..

Woyy cepetan udah telat nih lama banget..

Berangkat duluan yaa hmpph 'nyam nyam'.."
itu adalah kebisingan pagi ini yang terdengar hingga kamar Fahira.

Perempuan itu akhirnya menyerah untuk melanjutkan tidurnya yang nyaman dan memilih untuk bangkit setelah meregangkan otot-ototnya yang kaku. Ia melangkah menuju kamar mandi dan berkecimpung dengan dunia airnya.

Kesegaraan air yang menyentuh kulit putihnya seketika membangunkannya dari rasa kantuk.

  Ia ambil kemeja biru dan sweater abu-abu dari rak atas lemari bajunya, dan memperhatikan penampilan pada pagi ini.

"Oke!" ucapnya saat melihat penampilan dirinya didepan cermin pada pagi hari yang cukup memuaskan mata memandang.

  Fahira seakan lupa dengan keadaan semalam, saat berjalan menuju pintu kakinya mulai terasa perih akibat kejadian semalam.

  Fahira memegang knop pintu kamarnya untuk dibuka dan tanpa sadar Daffa sudah setia berdiri didepan kamarnya.

"ASTAGFIRULLAH kak Daffa ngapain didepan pintu Fahira... Kakk ini tuh masih pagi jangan ledekin fahira lagi dong" Fahira kaget karena Daffa berdiri didepan pintunya dan tidak berbicara apa-apa dengan muka yang ditekuk karena masih merasa jengkel sama Ka Daffa gara gara dia kaki Fahira sampai lecet.

"Kakinya gimna ra?  Udah mendingan?" tanya Daffa yang langsung to the point "Sorry yaa karena gua pakai kaos kaki lu dampaknya sampai segini gak sangka.. Maafin kak Daffa ya ra..  Nih permen sebagai perminta maaf gua ke lu ra" Daffa mengulurkan tangannya dan memberikan setangkai permen ke Fahira dan Fahira menerimanya dengan seulas senyum dibibirnya.

"Makasih kak, lain kali bilang dulu pasti Fahira kasih pinjem,  kak ngomong-ngomong udah liat Rio turun belum dari kamarnya mau nebeng nih biasanya hari ini dia jadwalnya masuk pagi huhh" Tanya Fahira sambil menengok ke Arah kamar Rio di lantai atas.

"Gak tuh kayaknya udah berangkat deh soalnua di bagasi motornya dia udah gak ada ra"
"Yahh gagal nebeng deh.. Yaudah kak mau berangkat dulu takut telat"
------------------------------------------------

    "Apa ini yang dinamakan kerasnya hidup di Ibu Kota hufft" Laki-laki itu mendesis merasakan panasnya matahari yang menyrngat dan udara yang penuh dengan polusi.

   "Cobaan banget dah sal kena mutasi ke jakarta harus buru-buru cari kost-san deket Kantor nih kalau gak mau telat dateng terus" ucap Faisal saat melihat jalanan sekelilingnya yang penuh dengan kendaraan dengan tatapan yang mengenaskan gimna kalau dia kejebak macet saat bangunnya kesiangan hahahha hanya dia yang ngerasain batin Faisal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rame RasanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang