"Pagi Mah, Pah?" Kata satu-satunya putri di keluarga Wijaya, Reyna, ketika tiba di meja makan.
"Pagi Dear." Kata sang Ibu, Maharani Wijaya, atau akrab di sapa Rani Wijaya, yang sudah siap dengan pakaian yang ia desain sendiri.
"Pagi cantik." Kata sang ayah, Rudi Wijaya, sang kepala keluarga tersebut tengah duduk di kursi utama sembari menunggu sang istri menyiapkan sarapannya.
"Kak aku gak di sapa?" Kata si bungsu, Renno, setelah mengunyah roti isinya.
"Gak." Kata Rayna singkat dan kini tengah duduk di sebelah Ibunya.
"Mah, Pah aku berangkat dulu ya, ada meeting pagi ini" Kata si sulung, Romi. Pemuda yang tampak tampan mengunakan setelan jas nya tersebut telah menyelesaikan sarapannya.
"Makanya buruan cari calon istri, biar ada yang ngurusin kamu, jadi gak telat kayak gini kan." Celetuk Rani Wijaya kepada putra sulung yang belum menikah.
"Rom, nanti sebelum makan siang ke ruangan Papa dulu ya. Kita makan siang bareng." Kata sang kepala keluarga yang juga telah menyelesaikan sarapannya, dan hanya di jawab anggukan oleh sang putra sulung.
"Hati-hati ya kak nanti hatinya nyangkut." Celetuk Renno yang masih sebal karena tadi tidak di sapa kakak perempuannya dan sekarang kakaknya yang laki-laki tidak pamit kepadannya.
Romi yang mendengarnya malah dengan santai mengacak rambut adik bungsunya itu, sementara Rayna terkekeh melihatnya. Memang Renno tidak suka jika rambutnya di acak-acak.
"Papa berangkat dulu ya." Pamit sang kepala keluarga.
"Have a nice day Pap." Kata Rayna setelah mengecup singkat pipi sang ayah.
Setelah mendapat kecupan singat dari putrinya Rudi beralih ke istrinya dan mencium dahinya. Lalu beralih ke kedua putranya yang masih sibuk berdebat. Di rangkulnya Romi di sisi kiri dan kemudian mengacak rambut Renno yang sudah rapi sebelum berlalu menuju kearah garasi. Keduanya tertawa melihat Renno yang merengut karena rambutnya kembali berantakan.
Setelah suami dan putra sulungnya berangkat kerja Rani mulai pembicaraan baru dengan kedua anaknya.
"Kalian tahu gak?"
"Gak tahu Mah." Sahut Renno.
"Mama belum selesai Ren." Kata Rani dengan ekspresi datarnya yang hanya dibalas cengiran oleh sang anak.
"Kalian kenal sama Nadia kan?"
"Nadia Atmajaya?" Tanya Rayna
"Iya. Menurut kalian gimana kalo Nadia dikenalin sama Bang Romi?"
"Bukannya udah kenal ya?" Tanya Renno.
"Maksudnya gimana ya." Rani memikirkan kata-kata yang tepat untuk membuat Renno paham dengan maksud omongannya, "Menurut kalian Nadia itu cocok gak sama Bang Romi?" Lanjutnya.
"Menurut Renno sih, kak Nadia itu ramah, cantik, baik yah cocoklah sama bang Romi."
"Betul banget Ren. Apalagi Nadia itu orangnya pinter banget dia kan juga pernah ikut kelas akselerasi." Sahut Reyna yang sebenarnya memang sebaya dengan Nadia.
"Makanya kak kalo dapet kesempatan ikut akselerasi itu mau, gak jadi satu angkatan sama kak Nadia kan." Kata Renno menyuapkan potongan terakhir rotinya. Ia meminum susunya sebelum melanjutkan, "O iya aku lupa, mana ada anak akse yang suka bolos kayak kakak." Lanjutnya.
YOU ARE READING
Te Amo
FanfictionKeluarga Wijaya, keluarga konglomerat yang disegani. Melakukan apa saja agar tetap berada di posisi teratas, termasuk menentukan masa depan putra putrinya yang seolah tidak mempunyai banyak pilihan. Namun ketika cinta berbicara, apa yang akan terjad...