2. Ketemu mantan

304 43 9
                                    

Karena kak Mark sakit, gue yang —kebetulan kerjanya free, bisa ijin bentar untuk— jemput si kembar ke TK.

Jalanan yang lenggang membuat gue sampe di sekolahan lebih awal. Gue harus nunggu agak lama nih kayaknya.

Gue milih beli jus dulu buat gue juga Charyoung dan Naryoung, tempat yang jual jus itu gak terlalu jauh, jadi gue jalan setelah tadi markir mobil. Habis itu gue balik lagi ke depan TK sambil bawa tiga jus.


"Jihyo,"

Gue berjengit kaget. Gak cuma karena bahu gue di pegang orang itu, tapi juga karena suara familiarnya.

Gue menoleh, tersenyum paksa. Entahlah, setelah sekian lama gak ketemu ternyata rasanya masih sama.

Menyayat hati.


"Eh, Donghyuk. Apa kabar?"

Tanya gue basa-basi. Padahal dalam hati udah ngga karuan.

Donghyuk itu mantan gue. Pacaran waktu gue masih jelek-jeleknya, pas gue masih gendut dan belum tau dandan. Itu jaman gue masih kelas 2 SMP. Sementara gue pacaran sama dia sampe kelas 2 SMA.

Habis putus pun gue masih kontak sama dia. Ya gimana mau lost contact, kita aja satu sekolah, pas kelas 3 sekelas pula. Setelah lulus satu universitas juga, tapi beda jurusan.

Kita mulai lost contact waktu gue mau skripsian sampe sekarang, mungkin lebih dari enam tahunan? Gue gak ngitung pastinya kapan.

"Aku baik, kamu gimana?" Donghyuk balik bertanya. Timingnya tepat saat Charyoung dan Naryoung sudah berhamburan keluar TK dan manggil gue,tentu dengan sebutan Bunda.

Gue senyum pada si kembar sambil sedikit melirik Donghyuk. Sepertinya dia kira Charyoung dan Naryoung beneran anak gue. Ekspresi Donghyuk sedikit kaget.

"Anak kamu?" Tanya Donghyuk setelah si kembar menghampiri gue.

Gue belun menjawab Donghyuk, Charyoung udah narik ujung kemeja gue sambil merengek minta pulang. Biasanya kalau begini Charyoung sedang kangen ayahnya.

"Bunda, ayo pulang." Naryoung ikut narik tangan gue.

Ah iya, Ayah mereka kan sedang sakit. Pantes rewel.

"Iya-iya, ayo pulang." Ujar gue menenangkan, lalu melihat pada Donghyuk, "Aku duluan yaa."

Gue segera bergegas menggandeng Charyoung sedangkan Naryoung berjalan di sebelah kembarannya ke arah mobil. Baru lima langkah, gue penasaran akan sesuatu. Gue menoleh sebentar pada Donghyuk.

Seorang perempuan hamil menghampirinya. Perempuan yang gue tau itu ibu gurunya si kembar, menggandeng lengan Donghyuk.

Dan rasa cemburu yang menyesakkan dada itu masih ada.

**

"Ha? Lo ketemu Donghyuk? Seriusan?"

Sudah gue duga kalau reaksinya Yuju akan begini. Dari dulu gue kenal dia jaman masih ingusan, reaksinya itu selalu dengan teriakan. Iya, itu spontanitas Yuju kalau kaget atau emosi.

Eh, pada dasarnya Yuju ini emang ga bisa ngomong pelan.

Tapi gue gak tau lagi mau curhat ke siapa. Apalagi setelah ketemu Donghyuk membuat fikiran gue kacau. Gue gak bisa konsen, kerjaan gue yang deadlinenya di depan mata jadi amburadul.

Jujur, gue bukan tipe orang yang terbuka, gampang curhat masalah pribadi gue. Awalnya gue mau curhat ke Yuju juga pake pertimbangan, nggak asal nyeplos.

Yuju ini satu satunya orang yang paling gue kenal di kantor. Iya, paling deket gitu. Secara kita satu kompleks perumahan, meskipun beda satu blok. Dari TK sampe SMA kita satu sekolah terus, gimana gue gak deket dia?
Dan kebetulan ruang kerjanya di sebelah gue.

Jadi setelah gue balik ngantor sehabis anter si kembar pulang, gue langsung nyamperin Yuju buat cerita.

"Trus dia gimana, Hyo? Dianya udah married belum? Eh tapi kalian ketemunya di TK? Dia ngapain? Jemput anaknya?" Tanya Yuju menggebu.

Gue menggeleng pelan, " gue nggak tau,"

Gue emang sengaja gak ngomong ke Yuju  soal Donghyuk yang ternyata jemput ibu gurunya si kembar.

Gue kira Yuju akan tau soal kabar Donghyuk, megingat Yuju paling aktif berkomunikasi dengan teman-teman SMA dulu.



Karena sejujurnya gue pengen tau.









Apa dia hidup dengan baik?


Apa dia udah nemuin yang lebih baik?


Apa dia masih suka inget gue?







"Tapi kalo udah married kita di undang, dong. Secara gitu, waktu SMA kita deket banget, ya kan? Apa perlu gue tanyain ke Junhoe aja?"

"Nggak usah, ngapain juga nyari tau? Toh dia udah bahagia." larang gue.

"Emangnya lo nggak kepo?" Yuju tersenyum sambil mainin alisnya naik turun.

Nyebelin.

"Nggak!" Kilah gue.

"Yaudah sih, bagus. Gak akan gue tanyain kalau gitu." Ujar Yuju.

Dalam hati kecil gue berharap kalau Yuju bakal kekeuh nyari tau soal Donghyuk. Gue pengen mastiin kalau Donghyuk benar-benar sudah menikah atau belum, tapi gue gengsi dan takut patah hati lebih dari ini.

"Lagian lo fokus aja sih sama Woojin." lanjut Yuju.




🌱———————🌱

Maaf, jangan hujat aku kalau kalian ga paham.

In The Zone | Park JihyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang