1° Sebuah Korelasi

317 39 0
                                    

Bentala pun tau bahwasanya
kita memang membutuhkan satu sama lain
sebab itu dia satukan kita semua melalui 
takdirnya.

sporadisendu, 2021

⠀⠀⠀

⠀⠀⠀

⠀⠀⠀Tahun ajaran baru dimulai, yang berarti semester baru pun dimulai. Universitas Brajiwaya, Kota Malang, tempat dimana berbagai kisah dari duapuluh insan yang bersatu melalui takdir Sang Kuasa dimulai.

⠀⠀⠀

⠀⠀⠀

⠀﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋

⠀⠀⠀

⠀⠀⠀Satu per satu mahasiswa/i memasuki area kampus pagi ini. Ada yang masuk dengan wajah yang segar disertakan senyuman manis sambil bersenda-gurau bersama temannya, ada pula yang masuk dengan wajah kusut nan murung karena kantuk yang luar biasa. Tak terkecuali, seorang pemuda yang memasuki area kampus dengan santai sambil mengotak-atik benda segi empat pipih miliknya dan tentu saja dengan ciri khas dirinya, headphone yang senantiasa melingkar di lehernya.

⠀⠀⠀

"Woy, Mangkubumi!" teriak seseorang. Sang empu pun menoleh ke belakang dan mendapati seorang pemuda tersenyum begitu manis, matanya pun ikut tersenyum bagai bulan sabit yang menjadi ciri khasnya. Ya, siapa lagi kalau bukan seorang Jagat Aksara Lokantara. Ia kemudian disusul oleh seorang wanita dan seorang pemuda lainnya.
⠀⠀⠀

"Apa sih lu, pagi-pagi udah teriak aja. Kaya mau ngajakin tawuran, mana selalu bertiga lagi."
⠀⠀⠀
"Biasalah. Nih cewe satu kan emang harus bareng kita, gitu deh hahaha," gurau Arayya, kembarannya Jagat.
⠀⠀⠀
"Udah, udah. Mending kita ngobrolnya sambil jalan aja, biar gak telat masuk kelas," ujar Azalea. Mereka pun berjalan beriringan, berbincang sedikit, lalu berpisah di tengah-tengah menuju gedung fakultas masing-masing.
⠀⠀⠀

⠀⠀⠀Jam perkuliahan sudah dimulai satu setengah jam yang lalu. Rasa bosan maupun kantuk sudah menyerbu sebagian besar mahasiswa/i. Mendengarkan penuturan dosen bagaikan dongeng pengantar tidur, mungkin efek terlalu lama libur dan belum terbiasa bangun pagi lagi setelah sekian lama.

 Mendengarkan penuturan dosen bagaikan dongeng pengantar tidur, mungkin efek terlalu lama libur dan belum terbiasa bangun pagi lagi setelah sekian lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⠀⠀⠀


⠀⠀⠀

﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋

⠀⠀⠀Kelas pun berakhir dan Harlan langsung melesat bak cahaya menuju kantin karena cacing di perutnya sudah mulai tidak bersahabat lagi. Sesampainya di kantin, ia menemui Hanan—yang sudah ada terlebih dahulu di tempat ke-duapuluh dari pion Damahwaya menghabiskan jajanannya—yang sedang duduk manis ditemani segelas es teh manis dan batagor. Setelah Harlan menyelesaikan pesanannya, ia langsung menghampiri Hanan. Tak lama, Yumna, Ishana, Navila dan Azalea bergabung dengan mereka, kemudian disusul oleh Ferdy dan Ciara.

"Loh yang lain mana?" ujar Ishana.

"Gisella bareng Katerina ke wc bentar, kalo Haflani sama Seinna telat dikit karena kelasnya belum bubar tapi kalo Hannah .... Nah itu dia si Hannah," ujar Navila sambil menunjuk ke arah Hannah.
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀Sepuluh menit berlalu, Jagat dan Arayya pun bergabung dengan mereka. Tak lama kemudian, Gisella, Katerina, Haflani dan Seinna juga ikut bergabung. Selagi makan dan berbincang ringan, Juna, Nawasena dan Mahesa akhirnya memunculkan batang hidung untuk bergabung bersama yang lainnya.
⠀⠀⠀
"Kalian bertiga abis dari mana? Lama banget. Orang-orang udah pada mau abis makanannya, kalian malah baru dateng," cibir Seinna.
⠀⠀⠀
"Gue tadi ada pembagian kelompok di kelas," tutur Juna.
⠀⠀⠀
"Gue sih nungguin Juna," ujar Mahesa dengan santai.
⠀⠀⠀
"Aduh, emang susah kalo udah kayak lem sama prangko. GAK. BISA. DIPISAH," ujar Nawasena heboh. Yang lain pun tertawa, entah apa yang sedang mereka tertawakan, padahal tidak ada yang lucu. Lama setelah mereka berbincang seperti biasa, muncullah pertanyaan yang agak nyeleneh dari mulut Jagat.
⠀⠀⠀
"Guys, kok kita bisa bareng-bareng sampe sekarang dah? Gue lupa gimana awalnya kita saling kenal sampai gak bisa dipisah gini." Semuanya terdiam mendengarnya, mengingat-ingat kembali bagaimana mereka bisa berteman sampai sekarang. Semuanya tenggelam dalam pikirannya masing-masing.
⠀⠀⠀
"Kalau diinget-inget ya, lucu sih cara semesta mempertemukan kita semua," ujar Mahesa, yang hanya ditatap heran oleh Jagat karwna kalimatnya yang bisa dibilang klise.
⠀⠀⠀
"Ini semua berawal dari kita yang satu kelompok waktu ospek," ujar Nawasena sambil menerka-nerka kejadian di masa lalu.
⠀⠀⠀
"Di hari kedua ospek, Hanan dateng telat. Awalnya cuma Hanan yang kena hukum. Eh tiba-tiba si kembar, Jagat-Rayya, malah gak bawa tugas ospek-nya. Karena beberapa anak di kelompok kita kesel, kita sorakin lah itu si kembar, berakhir kating ngehukum kita semua buat bersihin rumput di Lapangan," jelas Seinna, menggelengkan kepalanya pelan.
⠀⠀⠀
"Nah, iya, gue inget banget pas kita disuruh bersihin rumput di lapangan sampe di liatin satu angkatan," ujar Yumna.
⠀⠀⠀
"Hah? Kok bisa sih di liatin satu angkatan? Perasaan kita gak lakuin hal yang memalukan ..." balas Harlan dengan heran.
⠀⠀⠀
"Gak memalukan gimana, kita bersihin rumput kaya mau tawuran cuy," jawab Juna dengan santainya.
⠀⠀⠀
"Bukan kaya lagi, tapi emang tawuran. Yang paling gue inget sih pas Janu dikerjain sama Nara gara-gara takut sama serangga. Dan dari situ dah, Janu jadi sasaran empuk buat kita kerjain, dan gara-gara itu juga kita jadi pusat perhatian satu angkatan," ujar Rayya. Lalu semuanya pun tertawa bersamaan.
⠀⠀⠀
"Gue tambahin nih, pas di hukum tuh, entah kenapa kita malah jadi deket satu sama lain. Padahal awalnya yang deket tuh cuma beberapa, kaya Ferdy sama Cia, si kembar Jagat-Rayya sama Isha, dan Lio bersama si kembar Harlan-Yumna," ujar Navila.
⠀⠀⠀
"Semenjak itu, kita semua jadi deket. Meskipun beda-beda jurusan, kita sering main bareng atau sekedar nongkrong di kantin selepas kelas," ujar Hannah.
⠀⠀⠀
"Iya ... deket banget, udah kaya lem sama prangko, sampe gak bisa di pisah" ujar Ferdy yang otomatis membuat semuanya melihat kearah Esa dan Juna.
⠀⠀⠀
"Ngapain kalian liatin gue kaya gitu?" tanya Juna sinis. Mereka pun tertawa mendengar kalimat tak terduga dari Juna, sedangkan Mahesa hanya tersenyum geli.
⠀⠀⠀
"Juga, banyak yang ternyata satu kos atau yang merantau ternyata satu kampung," ujar Janu yang mendapat anggukan dari yang lainnya, menandakan setuju akan perkataan Janu.

⠀⠀⠀Begitulah kira-kira kisah awal mula ke-duapuluh insan itu dapat berteman, bahkan bersahabat, sampai sekarang.
⠀⠀⠀
"Bentar lagikan puasa nih guys," ujar Katerina tiba-tiba.
⠀⠀⠀
"Iya, terus kan katanya ada larangan mudik ..." balas Gisella.
⠀⠀⠀
"Hah? Yang bener lu?" ujar Harlan terkejut.
⠀⠀⠀
"Iya, tapi belum tau deh mulai dari tanggal berapanya," ujar Hannah.
⠀⠀⠀
"Yaudah, sebelum mudik nanti BBQ-an gas gak? Mumpung lagi banyak duit," tanya Juna.
⠀⠀⠀
"GAS LAH," teriak semuanya secara serempak.
⠀⠀⠀
"Buset giliran dibayarin aja, semangat lu pada," sinis Juna.
⠀⠀⠀
"Tapi mau dimana dah? Masa iya di rumah Lokantara bersaudara?" tanya Ishana keheranan sambil menatap satu persatu teman-temannya.
⠀⠀⠀
"Jangan, anjir?!" ujar Jagat dengan raut muka yang sedikit panik.
⠀⠀⠀
"Tenang, ntar biar gue yang mikirin tempatnya," jawab Juna dengan santai.
⠀⠀⠀
"Jun, jujur sama gue ... lu dapet endorse 1M ya?" celetuk Janu.
⠀⠀⠀
"Iya 1M ... satu eMber," canda Juna sambil tertawa keras dan diikuti oleh yang lainnya.

⠀⠀⠀

⠀⠀⠀

⠀⠀⠀

⠀⠀⠀

⠀⠀⠀

Bersambung ...



DamahwayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang