Faridh benar-benar terlihat menyesali perbuatannya, dan tulus meminta maaf. Ia rajin mengirimi Resya makanan dan buket bunga. Setelah buket bunga yang ketiga datang dua hari yang lalu, kali ini Nani yang sedang menonton televisi malam itu diherankan oleh bunyi.
Sepertinya kurir bunga.
"Lah kan biasanya seminggu sekali, kemaren baru aja da...." Belum sempat ia melanjutkan ocehannya, di depan pintu yang belum terbuka lebar berdiri sosok Faridh yang tampak lebih rapi dan dewasa dengan buket bunga di tangan sekantong plastik es krim vanilla.
Nani meninggalkan Resya dan Faridh yang sepertinya ingin berbicara serius, ia berlalu ke kamar atas. Tetapi ia berhenti di ujung tangga, menguping pembicaraan mereka sebisanya. Nani hanya menjalankan pesan Mares untuk menjaga Resya sebaik mungkin.
"Maaf kak, aku gak bisa. Aku mau fokus UN." Terdengar suara Resya sendu.
"But you are like my brother, haha setidaknya selama kak Mares di Jogja." Tawa Resya renyah.
"Whatever, as long as i can be close to you, forever!"
Senyum Resya puas, ia melambaikan tangan kepada Faridh yang setelahnya berlalu meninggalkan kediaman Resya.
Nani merasa tenang, ia menunggu cerita (yang sebenarnya sudah ia ketahui) dari Resya. Nani berpura-pura sedang membaca novel saat menunggu Resya masuk ke kamar.
"Naniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii........... udah ah simpan dulu novelnya..." Resya menjatuhkan badannya ke kasur. Nani membaca rasa lega yang membuncah dari wajah Resya. Ia mengembalikan novel ke rak buku, lalu menjatuhkan badan persis di samping Resya.
"Jadi, Nan... tadi itu kak Faridh...."
Nani tersenyum dan mengangguk-angguk paham.
YOU ARE READING
As Long As I Can Be Close To You
Teen Fiction"Ia cewek tergar, gue gak mungkin sekuat dia"- Kiranani Jingga "Gue cuma punya dia, segalanya gue lakuin buat jaga dia dari apapun dan siapapun yang berani nyakitin dia!"- Mareska Putra Prastya "Gak tau! Gue selalu kepikiran dia, bahkan gak kepikira...