Anak Desa

90 2 0
                                    

Ketika saya hadir ditengah-tengah keluargapetani, saya merasa masa kecil saya tidak seperti anak-anak pada umumnya. Mulaidari namanya kesulitan, hidup pas-pasan itulah yang saya alami. Artinya ketikasaya melihat teman-teman saya bisa sekolah TK, saya belum tentu bisa bersekolahsaat itu.

Rumah ibu saya terletak didaerah terpencil, lokasinya berada diantara sawah-sawah dan belantara hutan. Di depan rumah saya ada danau dan laut. Jadi bisa dibilang, bapak saya dari Jawa namun tinggal didaerah dekat dengan kota. Sekarang saya harus pindah ke daerah yang memang notabene mayoritas petani dan nelayan. Maka dari itu, saya termasuk anak pantai.

Saya memiliki 2 bersaudara sehingga kami seperti 3 serangkai. Satu sepeda dipakai untuk bertiga secara bergantian. Pada suatu ketika, saya punya sepeda sendiri. Lalu 2 sepeda dipakai berganti-gantian. Kalau saya capek, adik saya yang mengayuh, dia capek, saya yang mengayuh, itu bertiga-bertiga. Lucunya lagi, waktu saya bertiga saat jaman saya SD, uang saku saya tidak lebih dari seribu rupiah. Dan lucunya uang seribu rupiah tidak langsung saya habisin buat jajan karna perjalanan dari rumah ke sekolah banyak pohon-pohon pepaya. Saya suka bawa pepaya dari sekolah hasil curian saya. Selain pepaya, ada timun, kacang tanah yang saya ambil-ambilin.

"Uang seribu tidak langsung saya habisin buat jajan karna perjalanan dari rumah ke sekolah itu banyak pohon-pohon pepaya, saya suka bawa pepaya dari sekolah hasil curian saya. Selain pepaya, ada timun, kacang tanah yang saya ambil-ambilin."

Saya punya sepatu cuma satu dan hanya beberapa kali saya pakai sepatu, kemungkinan cuma dua kali karna saking sayangnya sama sepatu.

Disini tidak ada lampu listrik jadi kami pakai lampu petromak atau lampu minyak tanah.

Jumlah rumah dikampung kami itu sedikit. Waktu saya yang huni, ada 20 rumah. Dari 20 kepala rumah tangga juga, kami menggunakan lampu minyak tanah.

Kami pun dibilang keluarga pedalaman. Bahkan setiap kami mengaji harus disiapkan minyak tanah dan lampu petromak.

Mie merupakan makanan yang dianggap paling mewah karna jauh dari toko tempat penjualan mie.

Pada umunya setiap kami beraktivitas, kami selalu happy karna kami sangat menyatu dengan alam. Yang membedakan saya dengan anak lain yaitu anak lain hidupnya lebih banyak diatur oleh keluarga. "Kalau saya justru bukan diatur, malah dilepas kayak anak liar, pulang syukur engga pulang, yaudah hehe..."

Kami makan daging juga sering, kenapa? Karna kami punya ternak banyak seperti kerbau dan sapi. Namun saya sendiri lebih banyak makan daging-daging hewan liar.

Waktu masa kecil saya di rumah ibu dulu itu, saya punya senjata andalan namanya katapel, senjata yang digunakan untuk mencari mangsa kalau saya bersama teman-teman mau makan, misalnya kami berburu burung. "Apapun yang bisa kami katapel, kami katapelin haha..." sehingga kamipun merasa masa kecil kami memang luar biasa. Kami semua sangat bahagia walaupun kehidupan kami dibawah anak-anak pada umumnya.

"Secara keseluruhan, saya dapat pelajaran ketika saya mendekat dengan alam, alam pun akan dekat dengan kami. Itu yang paling penting menurut saya..."

Willy Anak DesaWhere stories live. Discover now