Masa Sekolah

51 0 0
                                    

Selama saya belajar baik dari pengalaman hidup maupun disekolah, saya selalu memilih berada di pilihan yang benar atau yang baik. Berjalan di usia 7 tahun, saya diantarkan oleh ibu saya untuk bersekolah di Sekolah Dasar Islam Terpadu. Namanya sekolah islam di kampung saya seperti Madrasah Ibtidayah atau MI sebab memiliki nilai religius yang sedikit kental, khususnya dalam ajaran Islam. Saya banyak belajar dari sikap hidup karena hidup itu adalah pilihan.

Walaupun dikondisikan dengan hal yang buruk, contoh kali pertama saya belajar dari kelas 1. Saat anak-anak berada di kelas 1 umumnya mereka sudah bisa menulis dan membaca tetapi saya tidak bisa menulis sama sekali. Boleh dibilang, waktu saya kelas 1 SD, saya hanya datang sekedar memperhatikan guru dan teman-teman. Kala itu juga, orangtua saya meminta saya untuk tidak naik kelas sedangkan guru saya menyayangkan hal itu,

"Sebetulnya kamu bisa nak untuk naik kelas cuma berhubungan orangtua kamu yang meminta, mau gimana lagi." ungkap guru saya.

Saya pun tetap tinggal di kelas 1. Saya mencoba untuk merubah semuanya. Saya merasa malu saat itu. Lihatlah, saya tidak bisa menulis dan membaca. Setelah saya sudah memiliki rasa malu itulah, saya merubah dari kegiatan saya hingga aktivitas saya. Puncaknya, saya mendapatkan ranking 1 sampai saya bisa menulis. Luar biasa ya, tadinya saya tidak naik kelas, ada sikap dan mental itu ternyata bisa merubah semuanya. Itulah realita hidup. Setelah saya ranking 1, saya merasa saya sudah pintar. Saya tidak perlu belajar lagi. Akhirnya naiklah ke kelas 2. Setelah kelas 2, saya tidak pernah belajar. Yang ada hanya main saja kerjanya, setiap hari main dan main.

Tiba dikelas 2, sayamendapatkan ranking saya turun. Dari ranking 1 jadi mendapat ranking 2. Begitu naikke kelas 3, dapat ranking tetep turun menjadi ranking 3 sampai akhirnya turunlagi di kelas 4. Mendekati kelas 5, saya pindah desa.

Akhirnya ketika saya berada di lingkungan keluarga ibu, saya melanjutkan sekolah di SDN 03 Selok Awar-Awar. Sekolah Dasar Negeri inilah yang merubah pola pikir saya. Setelah saya mulai bersekolah di SDN 03, banyak yang harus saya pelajari. Terutama dari sisi perbedaan. Awalnya saya terbiasa berbicara bahasa Jawa, saya lebih pandai mengaji, tetapi disini saya dituntut belajar tentang hal-hal yang lain. Akhirnya sayapun beradaptasi sangat serius.

Memasuki kelas 5, saya merasa tertinggal jauh terkait pengetahuan saya karena saya merasa tidak perlu belajar lagi. Singkat cerita, 6 tahun kemudian saya lulus kelas 5 SD. Saya melanjutkan ke Sekolah Madrasah Tsanawiyah karena berbasis Islami, artinya dari pengajarannya lebih mengarah keagamaan.

Menjelang kelulusankelas 6 SD itu saya sempat diminta oleh salah satu guru menjadi perwakilansekolah untuk lomba cerdas cermat IPS. Walaupun saya tidak menjadi juara saatdebat tapi secara keseluruhan saya merasa puas


Willy Anak DesaWhere stories live. Discover now