chapter 7

5.8K 760 42
                                    

MUB-7

Sakura mematut dirinya di depan cermin. Sejak subuh dirinya sudah sibuk di kamar Ino. "Gue udah cantik dari lahir, ngapain pake dandan." Gumamnya frustasi karena dirinya memang tak bisa dandan.

"Udahlah gini aja, cakep kok, Ra cakep." Pujinya terhadap dirinya sendiri.

Ino yang baru saja keluar dari kamar mandi hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat Sakura belum juga kelar. Padahal sudah bersiap dari dua jam yang lalu.

"Mau didandanin kaya apa juga sama aja Ra, gak bakalan jadi YoonA SNSD," cibir Ino.

"Namanya juga usaha, biar diterima kerja."

Tapi ada benarnya juga, karena jaman sekarang sebagian perusahaan hanya mementingkan penampilan dibanding ketrampilan. Berbahagialah kalian yang good looking sejak lahir.

Sakura kini mengenakan rok span mini,  baju putih plus blezer hitam ala-ala wanita karir. Dia terpaksa meminjam baju itu dari Ino. Karena ia memang tidak memiliki baju formal seperti itu. Ada, namun sudah kekecilan. Kalau kaos oblong celana kolor banyak.

"Jadi nganterin gue?"

"Kalau Lo gak kelar-kelar mana bisa gue siap-siap?"

Sakura langsung menyingkirkan badannya dari depan cermin. Mempersilahkan Ino untuk gantian bebenah. Ino memang bersedia mengantarnya ke tempat intervew hari ini. Itung- itung sebagai bentuk suport ke sahabat.

Ino sendiri tak ada niatan melamar kerja di perusahaan besar. Dia memang tipe orang yang tidak mau ribet mengurus hal-hal yang memusingkan. Kepalanya sudah terlalu lelah ia gunakan saat kuliah. Sekarang tinggal menjalankan misi mencari calon suami yang tajir agar masa depannya terjamin. Prinsip Ino emang tak main-main ya. Mari kita doakan agar cita-citanya tercapai. Amin.

....

Sakura sampai di PT. ShimuraX dengan membonceng motor Ino yang masih belum lunas alias kredit. Dan syukurlah, ia sampai tepat waktu.

"Gue tunggu di kafe seberang ya Ra, sukses buat Lo." Ino memeluk Sakura untuk memberi semangat.

"Makacih temen aku." Sakura lalu berjalan meninggalkan Ino dan masuk ke gedung PT. ShimuraX.

Kata security, Sakura harus naik ke lantai lima untuk intervew. Ketika sampai di sana, wajahnya berubah cengo. Kepalanya tiba-tiba pusing.

"Astagfirullah, kenapa banyak banget orang?"

Sakura memegang lehernya yang tiba-tiba pegal. Tidak menyangka jika yang datang melamar pekerjaan akan sebanyak ini. Suasana di lantai itu tak jauh beda dengan loket antrian tiket mudik lebaran di stasiun Senen.

Sakura kemudian iseng nanya-nanya ke seorang cewek yang berdiri di sampingnya, "Mbak, udah dimulai belum intervewnya?" tanyanya sambil berusaha menampilkan senyum ramahnya.

Cewek itu malah memandangnya sinis. "Kalau intervew udah mulai, ruangan ini gak bakalan penuh," jawabnya ketus.

Njir, mbaknya sewot banget. Cuma nanya begitu doang jawabnya udah kaya orang ditagih utang. Mana ngomongnya pake hujan lokal lagi alias nyemprot-nyemprot.

"Cih."

Sakura balas menatap sinis cewek itu sambil mengelap mukanya dengan tissue. Emang ya, di dunia ini jarang kita menemukan orang yang benar-benar baik. Apalagi baru pertama kenal.

Untung tak lama kemudian, datang sosok pria muda ber'jas bersama beberapa orang yang berjalan di sampingnya. Sakura mendengar dari bisik-bisik orang di sekitarnya kalau pria itu adalah pemilik perusahaan ini.

"Ganteng banget sih," bisik cewek di samping Sakura.

"Jadi kita mau diintervew langsung sama pemilik perusahaan? Hebat."

"Ganteng banget ya pak Shimura."

"Ya Allah nikmat mana lagi yang Kau dustakan."

Mungkin disana hanya Sakura saja yang merasa biasa saja. Baginya, buat apa ganteng kalau kelakuan minus. Gak usah jauh-jauh, lihat saja si Sasuke. Cakep-cakep tapi hobi nyiksa karyawan.

"Mohon perhatiannya!" seorang pria berbadan kekar tiba-tiba berseru di tengah-tengah peserta intervew.

"Saya adalah Bee kepala HRD di sini yang akan bertemu kalian nanti satu persatu."

Semua orang memperhatikan pengumuman itu dengan antusias.

"Karena pelamar kali ini terlalu banyak, saya berterimakasih pada CEO kami Shimura Sai yang akan bersedia membantu saya untuk mengintervew kalian." Bee kemudian memperkenalkan pria berkulit putih pucat itu. Pria itu tersenyum singkat sambil mengedarkan pandanganya ke seluruh penjuru ruangan.

"Saya Shimura Sai," ucapnya singkat padat dan jelas. Keren sih, kelihatan sekali aura ningratnya. Gak banyak bacot ataupun terkesan sombong.

"Sudahkah kalian siap?" tanya Bee.

"Sudah!" Jawab peserta serentak.

Bee kemudian mempersilahkan Sai memasuki sebuah ruangan yang digunakan untuk sesi interview. Tapi mata si CEO itu masih terlihat celingukan seperti sedang mencari seseorang. Dan,

Teg..

Matanya tak sengaja bertemu dengan mata Sakura. Sedetik kemudian kepalanya terlihat mengangguk perlahan.

"Ooh..itu orangnya," gumamnya dalam hati.

***

Seperti beberapa hari sebelumnya, Sasuke mondar-mandir seperti orang tak punya kerjaan. Banyak sih kerjaan, tapi yang ngerjain Suigetsu. Buat apa punya asisten kalau tidak dimanfaatkan bukan?

"Bos..gak capek apa mondar-mandir? Tuh lantai udah alus bos, gak perlu diinjek-injek lagi."

"Mau mulut Lo yang gue injek?"

Suigetsu langsung kicep. "Elah..bercanda kali Bos."

Lagipula si Sasuke hari ini terlihat aneh. Matanya terus-menerus melihat jam sambil jalan kesana kesini. Tapi-- Positif thinking saja, mungkin ia ingin melemaskan otot kakinya agar tidak tegang.

Tringg...

Tak lama kemudian telepon kantor yang ada di mejanya berbunyi.

"Halo?" Sasuke langsung menerima panggilan itu.

"Halo Sas, udah beres nih," ujar seseorang di seberang sana. Sekian detik berikutnya bibir itu langsung menampilkan senyum andalannya.

"Thanks bro," ucapnya lalu menutup teleponnya.

Suigetsu yang lagi-lagi melihat kejadian itu semakin bertambah bingung. Sudah dua kali dia melihat tingkah Bosnya di luar batas kewajaran.

"Ya Allah, Bos hamba kenapa lagi?"



MY UNIVERSE BOS (PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang