Riuh dalam jiwanya, tenang dalam ucapnya
Hati sesak dan kalut menutup mimpi
Dia hanya ingin mengangkat harkatnya
Meski keberanian tinggal sepercik api
Tegarlah, tegarlah hai anak malang
Yang berdiri di garis paling depan
Yang menyimpan pedih sedalam palung
Dan memilih patuh sembari bertahan
Heulida, 180514