Satu: cherry blossoms and you

237 29 5
                                    


Kelopak cherry blossoms yang jatuh bermekaran di awal musim semi menjadi pertanda tahun ajaran baru untuk para pelajar yang masih duduk di bangku sekolah. Tidak terkecuali untuk Park Woojin yang pada tahun ini akan menduduki tahun terakhirnya di Sekolah Menengah Atas Guro. Gerbang yang ramai oleh siswa-siswi lama maupun baru menjadi penyambut pagi hari yang cerah sebelum ia menghadapi secarik kertas penentu layaknya keputusan sidang untuk mengetahui dimana dan dengan siapa saja ia akan melewati waktu pada satu tahun terakhirnya ini.

Dari kejauhan, Woojin dapat melihat kerumunan murid yang tengah mengerubuni papan pengumuman yang berada pada koridor tepat di samping ruang guru. Mereka yang melihat di paling belakang barisan seraya memanjang-manjangkan lehernya, yang berkerumun dengan teman-temannya, kerumunan laki-laki yang bersorak dengan satu dua tendangan melayang ke bokong dan beberapa siswa yang masih menunggu gilirannya untuk melihat.

Woojin, yang memang pada dasarnya tidak begitu peduli itu berjalan dengan kedua tangan masuk dalam kantung celananya sebelum ia merasakan tepukan yang cukup keras di pundaknya. Tepukan dari sang sahabat yang juga merupakan sepupu jauhnya, Park Jihoon.

"Woy. Tumben cepet."

Park Jihoon, si lelaki paling populer di sekolah.

"Umma pagi-pagi udah ribut. Bikin kesel aja." gerutunya, decakan terdengar di penghujung kalimat.

Suara tawa Jihoon yang menarik perhatian beberapa perempuan yang berada di sekitar mereka pun terdengar. Pundaknya kembali ditepuk. "Jangan gitu. Ahjumma kan emang suka gitu kalo mau bangunin lo pagi-pagi."

"Berisik, ah."

Keduanya kembali melanjutkan perjalanan mereka hingga berada tepat di depan papan pengumuman. Satu hal yang harus diketahui apabila kau berjalan dengan seorang Park Jihoon, maka kau akan merasa menjadi salah satu perdana mentri paling penting karena semua orang langsung menyingkir dari tempatnya apabila mendapati Jihoon yang tengah berjalan seraya tersenyum. Semua mata tertuju padanya dan hanya padanya. Woojin yang berada di sampingnya selama dua tahun yang sudah dilewati mereka bersama hanya mendapati cipratan keberuntungan saja karena mampu dikenal sebagai side-kick Park Jihoon.

Entah beruntung atau bukan.

"Yah. Sekelas lagi kita."

Kedua matanya mengerjap tatkala menyadari Jihoon tidak lagi memberikan senyum (yang menurutnya menyebalkan itu) pada kerumunan perempuan-perempuan bising di sekeliling mereka. Woojin mendongak, mendapati kedua nama mereka kembali berurutan atas bawah dalam satu kolom yang sama. Ruang tiga, kelas tiga. Di tahun ketiga, sama sekali tidak ada yang berubah. Park Jihoon dan Park Woojin tetap berada di kelas yang sama.

"Muak gue lama-lama liat muka lo."

"Lo pikir gue nggak?"

Decakannya berujung sebuah sikutan di tulang rusuk sahabat sekaligus sepupunya itu. Sementara yang disikut malah tertawa seraya meringis pelan, beberapa perempuan-perempuan menyebalkan kembali membuat keributan hanya karena mampu menjadi saksi tawa Park Jihoon yang meluluhkan hati dalam jarak sedekat ini. Dan di saat itu pula, ia merasakannya. Sebuah perasaan yang muncul apabila kau merasakan pandangan intense seseorang.

Woojin membalikkan tubuhnya, mendapati beberapa perempuan yang dengan tidak sopannya menunjuk-nunjuk ke arahnya—tepatnya ke arah Jihoon. Namun yang lebih menarik perhatiannya adalah punggung seorang gadis berambut panjang tengah menghampiri kedua temannya yang baru saja datang. Entah, rasanya gadis itu baru saja berbalik.

Ia mengernyit.

"Woojin? Woy!" Sebuah tinju pelan yang mendarat di pundaknya berhasil mengalihkan perhatiannya dari gadis itu.

"H-ha? Apaan?"

"Melamun mulu lo. Yuk lah ke kantin. Sekalian nungguin Hyungseob sama Haknyeon pasti belom dateng."

Woojin berdecih. "Iya, iya. Kajja."

.

.

.

I See You - {15/05/2018}

aylody ©2018

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I See You | woojin sohyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang