Next Door to April | ✓

#1

Gadis yang jadi tetanggaku itu terlihat ramah. Sejak kepindahannya kemari sebulan lalu, lingkungan menjadi lebih ramai. Gadis itu suka berkebun dan menyapa orang yang lewat di depan rumahnya, termasuk aku.

Waktu itu, aku baru pulang sekolah. Kebetulan membawa teman, namanya Risyad. Ketika aku lewat di depan rumah tetanggaku, Risyad penasaran dengan gadis yang sedang jongkok sambil memotong gulma yang hadir di pekarangannya. Dia memintaku untuk menyapanya, namun aku enggan.

Respon Risyad hanya dengusan.

Oke, jadi biar kujelaskan alasan mengapa aku menolak ide Risyad: pertama, aku ini kurang suka bersosialisasi. Jangan mengharapkan senyum dariku, karena jika kita bertemu pandang, aku akan buru-buru menundukkan pandanganku. Lagipula, akan aneh melihat seorang yang konon membenci interaksi menyapa stranger duluan; Kedua, ibuku kenal gadis ini. Kalau gadis ini bercerita apa-apa soalku ke ibu, aku bisa digodai habis-habisan; ketiga, aku suka gadis ini.

Yap. Kutekankan sekali lagi: aku suka gadis ini.

Meski tak pernah tahu namanya, dan Ibu hanya sekali menyebut dia sebagai "Anaknya Bu Rita", aku selalu mengagumi gadis itu. Selain karena keramahannya, senyumnya manis sekali. Dia terampil jika sudah berurusan dengan kebun—dan terkadang aku menontoninya lewat balkon kamarku.

Aneh ya? Padahal aku saja belum pernah mengobrol dengannya. Tapi sudah seenak jidat mendeklarasikan kalau aku menyukainya.

[author note]
*melirik lapak SKS sama mengurai*
*senyum cringe*
halo dunia wattpad. maafin jahra yang tidak bisa menahan diri untuk mempublish cerita baru, heuheu'-'
tenang, yang ini kayaknya bakal cepet apdet, soalnya ceritanya udah beres. hehehehe.
makasih ya udah mau maklumin jahra.
*senyum manis*