Chapter 1

4K 258 8
                                    

DON'T LIKE DON'T READ!

***

Resto 'Chicken Fire' tampak sibuk hari ini dikarenakan banyak pelanggan yang datang. Para koki sibuk menyiapkan pesanan, dan para pelayan sibuk mengantarkan nya. Tak terkecuali, gadis bersurai merah muda dengan pakaian maidnya sedang mondar-mandir membawa pesanan untuk diberikan ke berbagai meja pelanggan.

Peluh menetes dari pelipisnya yang kemudian ia usap. Menghela napas lega, melayani banyak pelanggan memang melelahkan, tapi ia selalu semangat dalam melakukannya. Ia berusaha memberikan pelayanan terbaik agar bisa tetap bekerja di sini. Hanya tempat ini yang ia gantungkan untuk mendapatkan biaya hidup. Ia bersyukur bosnya sangat baik kepada seluruh karyawan, memberikan gaji yang sesuai dan tepat waktu. Bosnya juga selalu peduli dan berusaha meningkatkan agar restoran ini semakin ramai.

"Sakura-chan.."

Dan lagi, bosnya memiliki sifat yang hangat sehingga membuatnya dekat dengan semua orang.

"Sakura-chan..!?"

"A-ah, iya, Naru- maksudku Uzumaki-sama?"

"Sudah kubilang panggil aku Naruto."

Manik emerald gadis itu berputar bosan. Ia sedikit meringis saat beberapa pelayan lain melihatinya. Bukannya sombong, tapi memang bosnya lebih dekat dengan dirinya ketimbang yang lain. Ia senang akan hal itu, mengingat pasti gajinya takkan ada masalah, dan siapa yang menolak dekat dengan pria tampan? Ia akui bosnya memang tampan, memiliki surai blonde, mata blue sapphire, dan tiga garis seperti kumis kucing di masing-masing pipinya. Ia juga nyaman saat bersama bosnya. Tapi, yang ia tak suka adalah saat ia menjadi bahan gosipan di tempat ia bekerja.

"Sakura-chan!"

Gadis itu tersentak, dan segera menunduk. "Ah, gomennasai, Naruto."

"Apa kau sakit?"

Sakura mendongak, iris mata Naruto memandangnya khawatir. "Iie, aku baik-baik saja. Kenapa bertanya seperti itu?"

"Kau sempat melamun dan mungkin kau kelelahan? Katakan saja padaku, kau boleh beristirahat."

Tawa renyah keluar dari bibir tipis Sakura. Ia tak percaya ada yang mencemaskannya, selain sahabatnya selama 10 tahun belakangan. Ya, meski Naruto mengatakan itu karena wajar sebagai seorang bos terhadap karyawannya.

"Kenapa tertawa?"

"Tidak, terima kasih, Naruto." Sakura mulai meredakan tawanya dan tersenyum tulus. "Aku baik-baik saja. Kurasa para pelanggan itu memanggilku. Aku harus kembali bekerja. Bukankah begitu, bos?"

Naruto mengedarkan pandangan nya, kemudian ikut tersenyum lebar hingga memperlihatkan gigi-gigi putihnya. "Lakukan dengan baik, dattebayo!"

Sakura mengerling sesaat sebelum melangkahkan kakinya mendekati para pelanggan yang terlihat sangat membutuhkannya. "Tentu saja."

Naruto menghela napas melihat kepergian Sakura. "Kurasa akulah yang lelah karena harus kembali ke ruang kerja."

***

Dua minggu lagi, upacara pernikahan akan diselenggarakan. Tapi, mereka baru mempersiapkan segala keperluannya. Seperti saat ini, mereka mendatangi butik untuk membeli gaun dan jas pengantin, setelah menyewa gedung, catering makanan, dan membeli cincin dalam waktu sehari.

"Bagaimana kalau yang ini, Sasuke-kun?" tanya gadis bersurai blonde panjang sambil memperlihatkan sebuah gaun berwarna putih yang tampak berkilauan kepada sang calon suami.

"Hn, bagus."

Gadis itu merengut tak suka dengan respon yang ia terima. "Ya sudah, aku pilih yang itu saja."
Ia mengambil gaun putih yang terlihat seksi dengan perasaan kesal.

"Hn, kalau begitu tolong bungkus semuanya," pinta Sasuke pada petugas butik tersebut. Setelah membayar, Sasuke segera masuk ke dalam mobil diikuti gadis yang berstatus sebagai calon istrinya.

"Kenapa kau selalu seenaknya sih, Sasuke-kun? Tak bisakah kita sedikit melihat-lihat atau kau memberi komentar pada gaun pilihan ku?" kesal gadis itu ketika mobil telah melaju di keramaian jalan raya.

"Aku lelah, dari pagi kita sudah berkeliling untuk menyiapkan semua ini."

"Aku tahu, aku juga lelah. Tapi, ini untuk pernikahan kita! Apa kau tidak peduli?!" nada gadis itu meninggi.

Menghela napas, Sasuke pun memberhentikan mobilnya di pinggir jalan yang kini tampak lengang. "Dengarkan aku."

Sasuke menatap lembut pada gadisnya yang mungkin sedang merajuk. Ia remas tangan gadisnya dengan pelan.

"Apapun yang kau kenakan, kau tetap terlihat cantik, Ino," ucap Sasuke membuat Ino merona kemudian berdehem. Berusaha menetralkan dirinya dari gombalan Sasuke. Ia mencubit kedua pipi tirus lelaki itu.

"Kau bukan Sasukeku."

Sasuke terkekeh sembari melepas cubitan Ino. "Jangan merajuk lagi." Kemudian tersenyum tipis, yang mau tak mau membuat Ino merona lagi.

***

TBC

How Can I Do It?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang