Part 1

849 79 2
                                    

I was walking down the street when I saw your man

(Yeah I saw him)


Angin malam ini berhembus lebih kencang dari biasanya. Jeno merapatkan mantel yang ia kenakan sambil terus melangkah menjauh dari kantor tempatnya bekerja. Ia terus memikirkan makanan apa yang harus ia beli di perjalanan untuk makan malamnya kali ini, dia tidak bisa memasak. Dan lagi, sahabat sekaligus teman satu apartemennya sedang sakit jadi ia harus cepat-cepat pulang agar sahabatnya itu bisa segera makan dan minum obatnya.

Drrrtt.....drrtttt...

Nana's calling

Jeno tersenyum kala melihat ponselnya bergetar karna ada panggilan masuk dari sahabatnya itu. Segera ia tekan tombol jawab dan menaruh ponselnya ke telinga.

"Halo Nana?"

"Jeno! Kau ada dimana? Hatchhhiiii!!! Rrrrrrrr......."

"Flu mu belum sembuh juga? Tadi siang sudah minum obatnya?"

Terdengar suara batuk di seberang sana, "Sudah, tapi hidungku tetap gatal dan tenggorokanku sakit."

"Baiklah, aku baru keluar dari kantor sekarang dan mau membeli makan malam untuk kita. Kau mau kubelikan apa?" Jeno melangkah mendekati mobilnya yang terparkir. Setelah membuka kuncinya ia bergegas masuk dan menyalakan mesinnya.

"Tidak usah Jen, aku sudah makan. Baru saja." Jeno menghentikan gerakannya untuk memasang safetybelt.

"Oh sungguh? Kau membeli makanan? Atau memasak? Hei kau kan sedang sak-"

Orang di seberang sana malah tertawa mendengar pertanyaan Jeno yang bertubi-tubi, "Aku tidak punya tenaga untuk membeli bahkan memasak makanan sekarang. Mark yang membawakannya untukku."

Jeno mematung mendengar suara riang dari sahabatnya itu. Senyum yang tadi tersungging perlahan memudar.

"Hm dia sudah kembali?"

"Iya tadi sore dan langsung datang ke apartemen. Jadi aku menelpon untuk mengabarimu agar jangan membeli makanan dari luar karena Mark membawa banyak sekali makanan, aku saja terkejut melihatnya."

"Baiklah, aku akan langsung pulang saja. Sampai bertemu Nana."

"Sampai bertemu Jeno, hati-hati."

Jeno memutuskan sambungan teleponnya dan meletakkan kepalanya pada setir mobil. Kabar tentang Mark yang sudah pulang membuat moodnya menjadi buruk. Kekasih sahabatnya itu padahal mengatakan baru akan kembali dua bulan lagi dari perjalanan bisnisnya ke luar negeri sehingga Jeno lah yang mengambil alih untuk merawat kekasihnya itu –sahabatnya, Na Jaemin. Jeno tentu dengan senang hati melakukannya karena Jaemin adalah sahabat baiknya sedari bangku sekolah, dan karena sebenarnya ia tidak terlalu menyukai Mark. Entah mengapa di mata Jeno, Mark bukanlah laki-laki baik seperti yang dituturkan oleh Jaemin. Ia memiliki firasat bahwa Mark akan menyakiti sahabatnya. Tapi Jeno bisa apa? Jaemin sangat mencintai Mark dan ia hanya berstatus sebagai sahabat. Keadaan membuatnya kesal sendiri.

"Ah entahlah. Lebih baik aku pulang dan mandi. Mungkin pekerjaan yang membuatku jadi uring-uringan."

*

"Sudah minum obat?" Jeno meletakkan telapak tangannya pada kening Jaemin untuk mengukur suhu tubuhnya. Masih hangat tapi sudah lebih baik dibanding malam sebelumnya. Jaemin memejamkan matanya dan menganggukan kepala.

"Mark membantuku tadi."

"Lalu kemana dia sekarang?"

"Pulang ke apartemennya tentu saja."

That XX [NOMIN]Where stories live. Discover now